Di dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash (28) ayat 71-72, Allah melontarkan pertanyaan seputar siang dan malam yang sangat menarik untuk dikaji dan direnungkan.
Pada ayat 71 Allah bertanya :
katakanlah (Muhammad), “Bagaimana pendapatmu, jika Allah menjadikan untukmu
malam itu terus menerus sampai Hari Kiamat. Siapakah tuhan selain Allah yang
akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Apakah kamu tidak mendengar?
Di ayat 72, Allah melanjutkan : katakanlah
(Muhammad), “Bagaimana pendapatmu, jika Allah menjadikan untukmu siang itu
terus menerus sampai Hari Kiamat. Siapakah tuhan selain Allah yang akan
mendatangkan malam kepadamu sebagai waktu istirahatmu? Apakah kamu tidak
memperhatikan?
Pertanyaan tersebut memancing
nalar manusia untuk berpikir dan mencari jawab, sekaligus bertanya : mengapa
Allah menyampaikan pertanyaan seperti itu?
Agus Mustofa, insinyur lulusan
Teknik Nuklir Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, seorang penulis
buku-buku Serial Diskusi Tasawuf Modern, yang sudah menghasilkan karya sekitar
50 judul buku, membuat analisis berdasarkan kajian ilmu fisika modern. Dalam
bukunya berjudul Pusaran Energi Ka’bah
(2003), Agus mengawali analisisnya dengan sebuah pertanyaan, “apa jadinya
kalau bumi ini mengalami siang terus atau malam terus sampai hari kiamat?”
Agus mengambil contoh kondisi
kota Surabaya. Suhu pada umumnya pagi hari di kota Surabaya, berkisar di bawah
30 derajat Celsius. Ketika siang mulai menjelang, maka suhu beranjak di atas 30
derajat. Dan puncaknya pada jam 12 siang sampai jam 14 siang, suhu udara bisa
mencapai 33-34 derajat, atau bahkan lebih.
Pernahkah kita memperhatikan aspal
jalan raya Surabaya pada siang hari?. Di permukaannya terlihat mengepul uap
tipis, dan aspalnya menjadi lembek. Diperkirakan panas permukaan jalan itu di
atas 50 derajat. Kalau disiramkan air di sana, tak seberapa lama kemudian air
tersebut akan menguap, dan jalanan itu pun kering kembali.
Kalau kita lihat di atas, hanya
dalam kurun waktu setengah hari saja, panas udara dan permukaan bumi bisa
mengalami peningkatan suhu yang demikian tinggi. “Apa jadinya kalau matahari
tidak bergeser kearah barat, tetapi tetap berada di atas kita terus
menerus?”, tanya Agus.
Diperkirkan, dalam waktu 100 jam,
air di permukaan bumi akan mulai mendidih. Dan banyak yang mulai menguap. Dan
apa yang kemudian terjadi 100 jam berikutnya? Diperkirakan seluruh air di muka
bumi sudah habis menguap, dan darah di tubuh kita pun ikut mendidih. Dengan
kata lain, tidak ada kehidupan yang
tahan di muka bumi yang hanya punya siang terus menerus !
Jadi tidak perlu menunggu waktu
sampai hari kiamat seperti retorika Allah dalam firman-Nya seperti tersebut di
atas! Cukup dengan 200 jam saja !
Sebenarnya Allah sudah tahu
secara pasti bahwa seluruh kehidupan di muka bumi ini akan mengalami kemusnahan
kalau di muka bumi hanya ada siang terus menerus. Akan tetapi, Allah
mempertanyakan kepada kita, dengan maksud untuk memancing perhatian kita. Dan
kemudian memahami petapa besar kasih sayang Allah yang dicurahkan untuk kita
semua.
Sebaliknya, apakah yang terjadi
jika Allah hanya menciptakan malam terus di bumi? Cobalah lihat suhu udara di
daerah padang pasir, sebutlah di Arab Saudi. Pada keadaan normal, siang hari di
sana bisa mencapai 50 derajat Celsius, sedangkan malam hari mencapai 14 derajat. Puncaknya adalah antara
jam 12 malam sampai sekitar jam dua dini hari.
Apakah yang terjadi dalam kurun
waktu 100 jam setelah suhu terendah itu? Jika, matahari tidak pernah muncul
lagi, alias malam terus, maka dalam kurun waktu itu suhu akan terus menerus
turun hingga mencapai 0 derajat, dimana air akan mulai membeku. Dan ketika
diteruskan sampai 100 jam berikutnya, maka seluruh air di muka bumi akan
membeku, termasuk cairan tubuh kita!
Jadi, sungguh sangatlah dahsyat
dampak dari pergantian siang dan malam hari. Sebuah rutinitas yang tidak semua
kita pernah memikirkannya. Karena itu Allah memancing kita untuk memahami.
Apakah tujuan utamanya? Tidak lain, agar kita sadar bahwa di balik terjadinya
rutinitas pergantian siang dan malam hari itu terdapat sesuatu yang luar biasa
yang terkait dengan Sebuah Kekuatan
Besar yang mengendalikan alam sekitar kita, yaitu Allah Sang Maha Perkasa.
Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Allah di dalam Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran (3) : 191-192, ”Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat
tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : Ya Tuhan kami,
tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami
dari siksa neraka”. (Suparto)
Comments
Post a Comment