Di sela-sela persiapan acara pernikahan putrinya di Solo, Presiden
Joko Widodo (Jokowi), Selasa (7/11/2017)
mengunjungi Kabupaten Sragen untuk membagikan 10.200 sertifikat tanah kepada
9.072 orang yang berasal dari 6 wilayah Kabupaten se Solo Raya. Pembagian
sertifikat tanah berlangsung di Stadion Taruna Sragen.
Semua warga memegang
sertifikat tanah berwarna biru. Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofjan Djalil
mengatakan ada 9.072 warga yang hadir dalam pemberian sertifikat ini.
"Semua sudah dapat sertifikat? Coba angkat tinggi-tinggi
semuanya, mau saya hitung," kata Jokowi setelah memberikan sertifikat
secara simbolis kepada warga.
"Itu kalau nggak diangkat, nggak dicek, kita nggak tahu, apa benar segitu jumlahnya," lanjut Jokowi tersenyum.
"Itu kalau nggak diangkat, nggak dicek, kita nggak tahu, apa benar segitu jumlahnya," lanjut Jokowi tersenyum.
"Kenapa sertifikat ini penting, saya kejar-kejar terus ke Pak BPN. Setiap saya ke desa, setiap saya ke daerah dari Sabang sampai Merauke yang dikeluhkan adalah sengketa tanah, di mana-mana sengketa tanah," tegas Presiden dalam sambutannya.
Menurut Jokowi, sengketa kerap terjadi baik antar masyarakat,
maupun masyarakat dengan institusi, seperti perusahaan, lembaga, atau instansi
pemerintah.
Dirinya menargetkan seluruh lahan yang ada di Provinsi Jawa Tengah
tersertifikasi pada 2023.
"Di seluruh Indonesia lima juta. Tahun depan saya sudah
targetkan tujuh juta harus sudah keluar, tahun depannya lagi sembilan juta
harus keluar," kata Jokowi.
Selain itu, Presiden juga meminta warga yang mendapat sertifikat
dan hendak mengagunkannya ke bank untuk berhati-hati menghitung pinjaman dan
angsuran.
"Kalau mau pinjam dihitung dulu, bisa mengatur atau
mengembalikan tidak. Dihitung betul dikalkulasi," ujar Presiden
mengingatkan.
Menurut Presiden, jumlah masyarakat yang mengagunkan sertifikat
tanah yang dimilikinya untuk memperoleh pinjaman tidaklah sedikit. Dalam setiap
kunjungan kerja, Presiden Joko Widodo (Jokowi) selalu mengingatkan warga untuk
mengalkulasi dengan cermat sebelum mengagunkan sertifikat tersebut.
Lebih lanjut, Kepala Negara juga mengingatkan agar pinjaman
tersebut hanya digunakan untuk hal-hal yang bersifat produktif dan bermanfaat
dalam mengembangkan usaha.
“Pakailah untuk modal kerja, pakailah untuk modal investasi,
jangan dipakai untuk gagah-gagahan,” kata Kepala Negara.
Dan yang paling penting, Presiden berpesan kepada masyarakat untuk
menghindari pinjaman pada rentenir. Mengingat, rentenir memungut bunga pinjaman
yang sangat besar dan akan memberatkan masyarakat.
“Sudah pegang sertifikat ini hati-hati, apalagi pinjamnya ke
rentenir, jangan! Mpun ampun. Jangan! Bunganya bisa 12 kali lipatnya bank, mpun
mesti ilange niku pinjemnya ke rentenir niku. Hindari yang namanya rentenir,”
tegas Presiden.
Guna mengatasi hal tersebut, pemerintah telah menyiapkan kebijakan
kredit usaha rakyat (KUR) yang memiliki bunga rendah sekitar 9 persen per
tahun.
“Tahun depan 7 persen, itu per tahun loh. Berarti sebulan tidak
ada 1 persen,” ucap Presiden.
Terakhir, Presiden meminta masyarakat penerima sertifikat untuk
menjaga dengan baik sertifikat yang dimilikinya. Hal ini diperlukan mengingat
pentingnya fungsi sertifikat sebagai bukti hukum hak atas tanah yang sah.
Presiden mengingatkan masyarakat harus menjaga kondisi fisik sertifikat agar terhindar dari kerusakan dengan melaminasi dan memfotokopinya.
“Kenapa di plastic/dilaminating? Supaya kalau bocor gentingnya ini
tidak rusak sertifikat ini. Kalau hilang sudah punya fotokopi, mengurusnya
mudah tinggal ke kantor BPN lagi, ngoten
lho, nggih?,” tutur Presiden.
Suparto
Comments
Post a Comment