Di pagi hari nan penuh berkah ini, kita berkumpul untuk melaksanakan shalat Idul Adha.
Kita ruku' dan sujud sebagai wujud ketataan kepada Allah Swt. Kita gemakan takbir dan tahmid sebagai pernyataan atas kebesaran dan keagungan-Nya.
Takbir yang kita ucapkan bukan sekedar gerak bibir tanpa arti. Tetapi merupakan pengakuan dalam hati, menyentuh dan menggetarkan relung-relung jiwa manusia yang beriman.
Allah Maha Besar. Allah Maha Agung. Tiada yang patut disembah kecuali hanya Allah.
Marilah kita tundukkan kepala dan tengadahkan jiwa di hadapan Allah Yang Maha Besar. Enyahkan sifat angkuh dan congkak yang dapat menjauhkan dari rahmat Allah.
Apapun kebesaran yang kita sandang, amat kecil di hadapan Allah. Betapa pun perkasa kita, tak berdaya di hadapan Allah Yang Maha Kuat. Sehebat apapun kekuasaan dan pengaruh kita, tidak ada artinya dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.
Ada dua peristiwa penting dan utama yang dijalani umat Muslim sedunia di Hari Raya Idul Adha, yakni ibadah haji dan ibadah kurban. Namun pada situasi saat ini, kedua ibadah tersebut harus dilaksanakan di tengah pandemi virus Corona atau Covid-19 yang sampai saat ini belum mereda.
Ujian dari Allah ini jangan sampai menurunkan semangat spiritual kita umat Islam. Kita yakin bahwa selalu ada hikmah dibalik setiap musibah yang diberikan oleh Allah.
Seperti kita ketahui, akibat Virus Corona yang mewabah di berbagai penjuru dunia, Jamaah Haji Indonesia tahun 2020 tidak diberangkatkan ke Tanah Suci. Hal ini dilakukan pemerintah untuk menjaga keselamatan jiwa jamaah dari tertular virus Corona. Pemerintah Arab Saudi pun tidak mengizinkan jamaah dari luar negeri untuk menjalankan rukun Islam kelima ini. Hanya warga Arab Saudi dan warga Asing yang berada di Arab Saudi saja yang diperkenankan melaksanakan ibadah Haji. Itu pun dengan pembatasan jumlah dan peraturan yang sangat ketat.
Bagi calon haji tahun 2020, keputusan ini tentu sangat berat diterima. Setelah sekian lama menunggu antrean kuota haji dengan berbagai macam usaha untuk melunasi ongkos naik haji, tapi giliran saatnya berangkat harus mengalami penundaan.
Namun ada hikmah yang bisa diambil dari keputusan ini. Di antaranya adalah kesabaran dan ketawakalan. Allah SWT berfirman dalam Qur’an Surat Al-Anfal ayat 46: “Bersabarlah kalian, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”.
Kesabaran adalah sikap yang paling
dibutuhkan dalam menjalankan ibadah haji.
Dalam ibadah haji, kesabaran diperlukan dalam semua prosesnya. Hampir seluruh rangkaian ibadah haji membutuhkan kesabaran. Mulai dari pendaftaran sampai dengan pelaksanaan dan kembali ke Tanah Air. Tanpa kesabaran, jamaah haji tidak akan mampu melewati rangkaian ibadah yang memerlukan kekuatan mental dan fisik.
Ini hikmah kepada calon haji yang ditunda keberangkatannya, untuk melatih kesabaran sebelum waktunya berangkat nanti.
Sikap sabar juga diperlukan dalam semua aspek kehidupan kita.
Hikmah kedua adalah kepasrahan atau tawakkal kepada Allah Swt. Jika kita memiliki tekad bulat dalam melaksanakan sesuatu, maka kita harus tawakal kepada Allah. QS Ali Imran 159:
“Apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.”
Kita harus tawakal pada Allah karena semua tidak lepas dari ketetapan Allah.
Ibadah kedua di hari Raya Idul Adha, adalah ibadah kurban. Di tengah wabah Corona, ibadah kurban akan lebih bermakna dan terasa bagi masyarakat ekonomi lemah. Selama pandemi, berbagai sektor ikut terkena imbas. Banyak warga yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya karena kehilangan mata pencarian.
Kurban menjadi bukti kepedulian sosial untuk saling membantu. Memberikan kesadaran, bahwa harta yang kita miliki bukanlah mutlak milik kita. Harta dan materi di dunia hanya titipan dari Allah, di dalamnya ada hak orang lain
Kenikmatan yang kita rasakan tidak akan berkurang sedikitpun kalau kita mau berbagi dengan orang lain melalui ibadah kurban.
Kita tidak perlu khawatir karena nikmat Allah Swt sangat banyak dan kita tidak akan mampu menghitungnya.
"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, pasti kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(An-Nahl: 18)
Perintah dan keutamaan berkurban,
diterangkan Al-Qur’an dan Hadits.
“Inna a’thainakal kautsar, fashalli lirabbika wan-har. Innasya ni-aka huwal abtar.” (surat Al-Kautsar).
“Sesungguhnya Kami telah memberimu banyak nikmat. Maka laksanakan sholat karena Aku dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang yang membencimu, dialah orang yang telah terputus dari nikmat.”
Dalam Hadits Riwayat Ashmad dan Ibnu Majjah, seorang Sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW,
”Apakah Udl-hiyah (Qurban) itu?”
Rasulullah menjawab, itu adalah sunnah ayahmu, Ibrahim.
”Apa yang kita peroleh dari
Udl-hiyah?”, tanya sabahat.
”Pada setiap bulu ada kebaikan
(untukmu)”, jawab Nabi.
”Termasuk bulu-bulu halusnya?”,
tanya sabahat lagi.
”Ya, pada tiap helai dari bulu-bulu halusnya juga ada kebaikan untukmu”, tegas Nabi.
Namun yang lebih penting dalam ibadah kurban itu bukan pada hewan yang disembelih, tapi nilai keikhlasan dan ketaqwaan yang melandasinya.
Dalam surat Al-Haj [22]:37, diterangkan, ”Daging hewan qurban dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketaqwaanmu. Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang diberikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Ketaqwaan menjadi motivasi yang menggerakkan hati untuk berkurban hanya mengharap ridla Allah. Nilai ketaqwaan dan keikhlasan inilah yang harus menjiwai segala aktivitas manusia.
Ibadah kurban menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah serta wujud rasa syukur atas segala ni’mat-Nya.
Kita sadar bahwa semua yang kita miliki pada hakekatnya hanya titipan atau amanat dari Allah.
Ibadah Qurban memang dilakukan setahun sekali, tapi pengaruhnya, yaitu nilai ketaqwaan dan keikhlasan serta semangat berkurban tetap menjadi nafas segala kegiatan, sepanjang waktu, selama hayat dikandung badan.
Dengan demikian, hakekat Qurban bukan hanya pada saat ‘Idul Ad-ha saja, tetapi juga diwaktu-waktu yang lain dengan ruang lingkup yang lebih luas.
Mulai dari menyantuni fakir miskin, mengelola TPQ, aktif dalam syiar (dakwah) Islam, mengeluarkan sebagian rejeki untuk perjuangan umat, dan lain sebagainya. Semuanya itu butuh pengorbanan, baik harta benda, tenaga dan pikiran.
Jika semua itu dilakukan karena keikhlasan dan ketaqwaan serta hanya mengharap ridla Allah, yakinlah Allah akan menolong dan meneguhkan langkah kita untuk meraih kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.
Idul Adha hadir untuk mengingatkan akan tingginya nilai ibadah yang penuh pelajaran tentang ketataan dan ketundukan kepada kekuasaan Allah.
Kita bisa menarik dua hikmah dari ibadah kurban di masa pandemi. Pertama hikmah vertikal, yakni semakin dekatnya kita kepada Allah Swt, dan hikmah horizontal yakni kedekatan dengan sesama manusia untuk saling berbagi rezeki di tengah situasi sulit akibat pandemi ini.
Semoga ibadah kita di hari raya Idul Adha tahun ini diterima Allah SWT dan kita memperoleh hikmah dalam meraih kemuliaan dunia dan akhirat. Aamiin.
Demikian sedikit pesan dalam khutbah kali ini, semoga ada manfaatnya.Waqurrabbigh-fir war-ham wa anta khairurrahimiin.
Marilah kita berdoa, semoga Allah memberikan kesabaran, kekuatan dan kesehatan serta menjauhkan kita dari segala penyakit, terutama virus Corona.
Semoga Allah menerima amal kebaikan
dan ibadah kita, mengampuni dosa-dosa kita, dosa orangtua dan semua umat
Muslim, dan kelak apabila Allah
menentukan kematian, kita menjadi hamba Allah yang Husnul Khatimah, kembali
kepada Allah dengan Ridha dan diridai-Nya.
Aamiin. Ya Rabbal ‘alamin.
Comments
Post a Comment