Inna lillahi wainna ilaihi raji'un. Telah dipanggil Sang Khalik, Drs. Putut Handoko Pramana, M.Si, Sabtu (21/9/2019) sekira pukul 18.30 WIB dalam usia 64 tahun setelah menderita sakit beberapa bulan. Almarhum meninggalkan seorang istri (Apriliana Supardini), tiga orang anak (Sasongko Adi WS, Sekar Aprilia D, Tri Utomo Wahyu Jatmiko) dan 4 cucu.
Ibu Apriliana, bersama tiga putra-putrinya |
Foto kenangan |
Selain dikenal sebagai seorang seniman lukis dan penata artistik terkenal, sebelum meninggal dunia almarhum masih menjadi dosen di Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Sebelas Maret - UNS Surakarta.
Almarhum dikebumikan di Makam Manding, Sragen, berdekatan dengan makam kedua orangtuanya, yakni Bapak Hadi Prayitno dan Ibu Siti Mintarsih.
Berangkat dari rumah duka, Perumahan RC Jalan Tunggulkawung, Ngringo, Palur, Karanganyar, Minggu (22/9) pukul 13.00 dihadiri ratusan pelayat.
Terus Berkarya
Dekan FSRD UNS, Dr. Rahmanu Widayat, M.Sn, saat memberikan sambutan dalam upacara pemberangkatan jenazah menyatakan, merasa sangat kehilangan seorang sosok pengajar yang menginspirasi, teman diskusi yang hangat sekaligus menjadi motivator.
Dr. Rahmanu Widayat, memberikan sambutan |
"Pak Putut adalah seorang pengajar yang menginspirasi para mahasiswa, teman diskusi yang hangat untuk para dosen dan menjadi motivator bagi dosen-dosen muda di FSRD UNS, " ungkap Rahmanu.
Lebih lanjut Rahmanu menceritakan, pada Januari 2019 lalu, walaupun dalam keadaan sakit parah pak Putut masih semangat berkarya, dan mengadakan pameran tunggal bertajuk "Anomali Hitam Putih" di Taman Budaya Jawa Tengah.
Pameran tunggal tersebut menyedot perhatian luas dari para pelukis, kolektor, budayawan dan pecinta seni baik dari dalam maupun luar negeri.
"Bahkan, tiga minggu lalu, karya Pak Putut masih hadir dalam pameran seni oleh mahasiswa dan dosen FSRD UNS yang digagas Prof. Sardono W. Kusumo di kampus Mesen Solo," kenang Rahmanu.
Masih menurut Rahmanu, di kampus FSRD ada salah satu bangunan inspiratif yang dirancang Pak Putut dengan kanopi berbentuk huruf A. Lambang itu menggambarkan kecintaannya kepada FSRD yang diharapkan bisa unggul.
Filosofi Anomali Hitam Putih
Pameran Tunggal bertajuk 'Anomali Hitam Putih' yang digelar Putut H. Pramana tanggal 22-29 Januari 2019 di Taman Budaya Jawa Tengah, sekaligus untuk memperingati 40 Tahun perjalanan Putut dalam berkarya seni.
Seperti dilansir Solotvnews (2/2/2019), Anomali Hitam Putih merupakan karya artistik yang digarap
oleh Putu H Praman sejak sepuluh tahun terakhir. Dalam teori warna, hitam atau
putih tidak termasuk dalam kategori warna, dimana kedua warna tersebut tidak
memiliki beban yang harus dimaknai secara simbolis.
Menurut sang seniman, warna hitam dan putih merupakan sebuah
misteri yang melekat dalam setiap kehidupan manusia dan penyeimbang antara
mikrokosmos atau jagad kecil dan makrokosmos atau jagad besar.
Dengan kata
lain, hitam melambangkan nafsu aluamah, dimana suatu insting dasar manusia
indentik dengan kerakusan, kesrakahan dan pengaruh unsur tanah yang menjadi
pembentuk jasad manusia. Sedangkan, putih sebagai simbol nafsu mutmainah,
dimana suatu jalan kebaikan dengan pengaruh sifat air yang juga pembentuk jasad
manusia.
Sementara itu, menurut salah seorang Seniman Senior Solo, Sardono W. Kusumo, karya Putut H. Pramana sarat akan makna. Ia mengibaratkan Putut sebagai sebuah pohon yang memiliki banyak kreasi dan simbol-simbol artistik yang diciptakan dalam setiap lukisannya.
Kaya Pengalaman
Putut lahir di Sragen, 12 Juni 1956. Sejak mahasiswa hingga menamatkan Sarjana Seni Rupa UNS Solo, dia sering diundang dan terlibat dalam berbagai aktivitas seni lukis, baik di tingkat Lokal, regional, nasional maupun internasional.
Tahun 1997 hingga 1989 diundang untuk mengikuti Biennale Seni Lukis Indonesia oleh Dewan Kesenian Jakarta di TMMI.
Pameran terpenting antara lain : Pameran Seni Rupa Kontemporer di Museum Nasional Jakarta.
2nd ASEAN Traveling Exhibition on Painting, keliling ke negara anggota ASEAN. 2nd Internasional Sapporo Print Hokaido Jepang, Sidney, Australia. Bersama staf pengajar di Manila.
Pameran terpenting antara lain : Pameran Seni Rupa Kontemporer di Museum Nasional Jakarta.
2nd ASEAN Traveling Exhibition on Painting, keliling ke negara anggota ASEAN. 2nd Internasional Sapporo Print Hokaido Jepang, Sidney, Australia. Bersama staf pengajar di Manila.
Menjadi Guru dan Sahabat
Di lingkungan kampus, Almarhum juga dikenal dekat dengan para mahasiswanya. Beberapa mahasiswa merasakan kedekatan itu sebagai dosen atau guru sekaligus sebagai sahabat. Seperti diungkapkan Azhar dan Reno, mahasiswa program studi Desain Komunikasi Visual (DKV) FSRD UNS, yang siang itu ikut melayat.
"Komunikasi Pak Putut dengan para mahasiswa enak sekali. Beliau juga aspiratif mengenai kebutuhan mahasiswa. Saya pernah difasilitasinya ketika ada kesulitan mau pameran," kata Azhar, mahasiswa asal Purbalingga ini.
Azhar (membawa Tas) dan Reno |
Sementara Imron SM, mahasiswa UNS angkatan tahun 1983/84 (dulu bernama Jurusan Desain Grafis Fakultas Sastra Budaya), asal Jakarta punya kesan khusus dengan Almarhum Putut. Pria sederhana ini mengenang Putut dengan untaian kalimat indah.
Imron |
"Kurangkum ingatanku kepadamu,
didalam perjalanan saat nenelusuri masa-masa kuliah dulu,
bersamamu.
Wahai sahabatku, juga guruku
dikala kita bermain musik bersama,
yang masih terngiang jelas dalam ingatanku.
Kadang kau diam adakalanya kau ekspresif,
itulah ingatanku padamu, sahabatku Putut.
Selamat Jalan, Sahabatku.
S'moga Allah SWT memberikan tempat
yang mulia di sisi-Nya."
(Imron SM)
Selamat Jalan, Kangmas Putut H. Pramana. Semoga Allah mengampuni segala dosamu, menerima semua amal ibadahmu, dan menempatkanmu di Surga-Nya. In Syaa Allah, Husnul Khotimah. Aamiin Ya Robbal'aalamiin.
--
Suparto
Comments
Post a Comment