Ketika Informasi Hoax Menjadi Viral
Shalat Idul Adha 10 Dzulhijjah 1439, Rabu (22/8/2018) di lapangan Plumbungan, Karangmalang, Sragen, diikuti ribuan jamaah. Shalat Idul Adha diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) bekerjasama dengan Takmir Masjid Juanda Plumbungan.
Yang menjadi imam sekaligus khatib adalah H. Fuad Mulyadi Nazir, M.Pd, Ketua Majlis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Sragen.
Dalam khutbahnya Fuad menyampaikan pesan moral dibalik pesatnya perkembangan teknologi informasi.
Awalnya Fuad mengungkapkan kisah tentang ketaatan Nabi Ibrahim yang fenomenal.
"Ibrahim memberikan teladan tentang pengabdian sejatinya yang hanya kepada Allah. Dengan sikap ini, seberat apapun kalau itu dari Allah, maka akan dilaksanakan dengan ikhlas," kata Fuad.
"Kini kita berada pada zaman now... jaman milenial. Jaman yang telah menguak kebenaran ilmiah Al-Qur'an. Yang semestinya semakin menguatkan keyakinan dan aqidah umat Islam sehingga kian meningkatkan pengabdiannya kepada Allah." Fuad mengingatkan.
Tapi zaman now memang sangat berbeda dengan jaman Nabi Ibrahim.
Ketauhidan zaman Nabi Ibrahim mendapat tantangan dengan bermunculannya Tuhan-tuhan tandingan buatan manusia, berupa patung. Komunikasi dilakukan secara langsung tatap muka.
Sedangkan zaman now ketauhidan mendapat tantangan dari produk teknologi modern. Banyak komunikasi dilakukan tidak secara langsung, melalui alat yang tak terasa. Yang menjadikan manusia, luruh dimensi rasanya.
Coba kita lihat sekarang. Masyarakat yang hidup dalam jejaring media sosial, kalau menumpahkan ketidak-senangannya akan menunjukkan wataknya yang meluap. Tanpa rasa canggung, karena tidak berhadapan secara fisik. Berbagai ujaran kebencian, ketidak-sukaan, amarah, dan segala hal negatif diekspresikan. Filter terhadap informasi juga kurang diperhatikan.
"Kini informasi Hoax sering kali viral. Itulah salah satu dampak yang muncul dari kompleksitas zaman milenial," kata Fuad bernada prihatin.
Menurut Fuad, penanda zaman milenial adalah dominasi kependudukan oleh generasi milenial kelahiran 1980-2000 ditambah generasi Z yang lahir sesudahnya. Keduanya mencapai jumlah 60% dari penduduk Indonesia.
Ciri khas generasi milenial adalah pengguna produk dan teknologi digital yang berdampak pada perubahan masyarakat modern tahap lanjut dalam hal gaya hidup, pola pikir, dan cara bersikap.
Gaya hidup milenial berpengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan. Yang paling terasa, meningkatnya peran media sosial dimana penggerak utamanya adalah generasi milenial.
Perangkat elektronik yang makin canggih, dapat menjadikan dunia ada dalam genggamannya. Jika pemanfaatannya tidak tepat, maka dapat membahayakan diri sendiri bahkan mengotori amal ibadah seseorang.
Fenomena Generasi Milenial
Mengutip Pew Research Center, Fuad mendeskripsikan generasi milenial sebagai kelompok yang percaya diri, terbuka terhadap perubahan, kreatif, haus perhatian, toleran, dan mudah beradaptasi.
Fenomena masyarakat milenial yang kreatif, selalu berusaha membuat perubahan. Perubahan yang terjadi akan mengalami percepatan ketika bersentuhan dengan teknologi komunikasi dan informasi.
Generasi milenial lahir ketika televisi sudah berwarna dengan remote control. Sejak kecil sudah, familier dengan Handphone (HP) dan video game.
Ciri lainnya, masyarakat milenial semakin jauh dari komunikasi keluarga. Mereka memang berkumpul, tetapi masing-masing asyik dengan HPnya sendiri-sendiri.
"Sehingga muncul istilah bahwa HP menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh. Fenomena ini diistilahkan sebagai pubbing," tegas Fuad.
Perilaku seperti itu kini menghinggapi sebagian besar generasi muda. Dan ini kita waspadai, karena mereka cenderung meninggalkan budaya dan agama serta terjebak konsumerisme dan hedonisme (memuja kesenangan).
Agar generasi milenial berada pada jalur pengabdian kepada Allah, Fuad menyampaikan pesan Ali Bin Abu Thalib : "Didiklah anak-anakmu sesuai zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu."
Comments
Post a Comment