Renungan :
Alkisah, ada seorang tukang kayu merasa kelelahan berkarya
puluhan tahun. Ia ingin segera menjalani kehidupan
pensiunnya, istirahat menikmati hari tuanya. Sejak awal dia adalah tukang kayu berbakat,
berdedikasi tinggi atas pekerjaannya, dan bertanggung jawab penuh. Ketika ia menyampaikan keinginannya ingin istirahat kepada
Sang Majikan, ia malah diberi tugas terakhir sebelum pensiun. Sang Majikan
ingin ia membuat sebuah rumah megah untuknya.
Tukang kayu berpengalaman itu tiba-tiba berubah. Ia menjadi tukang kayu yang malas,
sembrono, dan asal-asalan. Pukulan palu yang biasanya di ayunkan tiga kali,
hanya ia ayunkan satu kali. Itupun ia lakukan dengan setengah hati. Dengan
terpaksa ia menyelesaikan tugas terakhirnya. Ia merasa Sang Majikan tidak lagi
berpihak padanya, ia sungguh kecewa. Dan kekecewaannya ia lampiaskan pada
pekerjaan itu.
Sebuah “Rumah Mewah” yang jauh dari arti “Mewah” akhirnya selesai tepat waktu dan diserahkan kepada sang Majikan. Ketika hari
pensiun tiba, sang tukang kayu akhirnya mendapat sebuah amplop yang berisi
sejumlah uang pensiun dan sebuah “KUNCI” rumah. Ketika ia menerimanya,
segera tersadar, ternyata kunci yang digenggamnya adalah kunci dari “Rumah
Mewah” yang baru selesai dibangunnya.
“Hadiah spesial ini dipersembahkan
padamu, karena kerjamu yang luar biasa dan berdedikasi selama bekerja di sini”,
kata Sang Majikan. Lalu, sang tukang kayu hanya mampu melihat kunci rumah
itu dengan “PENYESALAN”.
Pikirkanlah kisah si tukang kayu
ini. Anggaplah rumah itu sama dengan kehidupan Anda. Setiap kali Anda memalu
paku, memasang rangka, memasang keramik, lakukanlah dengan segenap hati dan
bijaksana. Sebab kehidupanmu saat ini adalah akibat dari pilihanmu di masa
lalu. Masa depanmu adalah hasil dari keputusanmu saat ini.
Bukankah kita seperti tukang kayu tersebut?. Kita sering lupa bahwa kita adalah pembuat
rumah untuk diri kita sendiri. Ketika kita membangun rumah masa depan dengan malas
dan sembrono, kita akan mendapatkan rumah yang mungkin kita tidak sukai. Tapi
itulah rumah yang harus kita tempati, rumah yang kita bangun dengan ayunan
tangan kita. Kita boleh merasa kecewa ketika kita mendapati kenyataan
bahwa rumah kita tidak seindah yang kita impikan, bahkan reyot.
Kita boleh merasa kecewa ketika kita harus melalui kehidupan
yang tidak menyenangkan. Tapi inilah realitas hidup. Kesedihan berkepanjangan
tidak akan mengubah rumah yang telah kita bangun.
Kita sering mengalami kehidupan yang keras, penuh
tantangan. Atau ketika segalanya berubah menjadi kacau dan tidak terkendali,
membuat kita frustasi. Masih ada waktu untuk mengubah rumah masa depan, dengan memperindah
setiap sudut ruangan hati kita. Kita dapat membangun rumah kecil indah melalui
hal-hal sederhana. Melalui pelukan, atau secangkir kopi untuk orantua misalnya. Atau lewat kecupan mesra untuk
pasangan kita, juga
melalui uluran tangan untuk menuntun bocah-bocah kecil kita.
Ketika damai itu tercipta, kita akan mampu memancarkan
cahaya kasihsayang yang terbentuk dari rumah ini melalui uluran tangan bagi
mereka yang membutuhkannya. Kita akan mampu membangun kesempatan untuk tumbuh
dan berkembang, jauh lebih besar dan megah, yang dapat memberikan
kehangatan bagi insan-insan didalamnya. Ketika hal itu tercipta, semua akan terasa
indah. Masalah
yang datang bertubi-tubi akan menjadi batu asah dalam memperindah kualitas
hidup kita.
Beban berat yang kita pikul akan menjadi lebih ringan,
karena kasih sayang dari ayah bunda, saudara, kerabat dan teman akan membantu
kita melaluinya. Dan kita pun akan menjadi kokoh. Ketika kita masih
ada waktu untuk berbagi kasih, mari kita lakukan hal-hal sederhana itu. Mari
peluk orangtua di rumah kita dengan penuh rasa cinta. Kita kecup kening bocah
kecil kita, kita genggam tangan pasangan kita dengan mesra. Mari kita
jabati teman kita dan katakan betapa kita menghargai persahabatan itu. Kita
maafkan mereka yang pernah menyakiti kita.
Yakinlah,
rumah kita akan semakin ceria dan penuh kasih sayang. Rumah kita akan semakin
indah di hari-hari yang kita jalani ini. Ketika kita telah mampu membangun rumah kecil dengan indah, kita
akan dapat membangun keindahan dunia ini. Kita pun akan mampu menghadirkan
surga untuk diri kita.
Semoga bermanfaat.
(Dari berbagai sumber )
Comments
Post a Comment