Skip to main content

Lima Hari Raya Orang Mukmin

 

Dalam agama Islam, kita mengenal dua hari raya bagi seluruh kaum muslimin, yakni hari raya Idul Fithri dan hari raya Idul Adha.

 

Hari raya Idul Fithri yaitu dimana hari tersebut dianggap sebagai hari yang suci, karena dosa-dosa yang telah lalu dihapuskan oleh Allah Ta’ala setelah melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Itupun hanya orang-orang tertentu saja yang mampu meraihnya. Dan orang-orang mukminlah yang mampu mendapatkan keistimewaan itu dari sisi Rabb-nya.

 

Sedangkan hari raya Idul Adha adalah hari raya berkurban. Pada hari raya Idul Adha diperingati peristiwa kurban, yaitu ketika Nabi Ibrahim yang bersedia mengorbankan putranya Ismail disembelih atas perintah Allah, kemudian sembelihan itu digantikan oleh Allah dengan seekor domba.

 

Namun menurut sahabat Rasulullah SAW yang mulia, yaitu Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, mengatakan bahwa orang mukmin memiliki 5 hari raya, hari yang ditunggu-tunggu, saat merasakan kebahagiaan tiada tara:

 

Pertama

 

“Setiap hari yang dilalui oleh 

seorang mukmin, sementara ia

tercatat tidak berdosa pada hari tersebut, maka itu adalah hari raya baginya”.

 

Orang mukmin yang mengisi hari-harinya, dimulai dari dia bangun tidur sampai tidur lagi dia isi dengan amalan-amalan kebaikan, isi dengan melakukan banyak ibadah kepada Allah serta menjauhi perbuatan dosa dan maksiat.

 

Ia sadar bahwa apapun ucapan yang dia lontarkan, amalan apapun yang dia kerjakan, baik ucapan dan perbuatan yang baik maupun yang buruk, maka akan ada malaikat yang siap mencatat ucapan dan perbuatannya.

 

Orang mukmin yang hatinya diliputi keimanan yang begitu kuat, sehingga hari-hari yang ia jalani dia takut untuk berbuat dosa dan maksiat. Adapun jika dia berbuat dosa, maka ia segera beristighfar dan bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan menggantinya dengan melakukan amalan-amalan shalih.

 

Kedua

 

“Hari ketika seorang mukmin wafat meninggalkan dunia dengan membawa iman, dengan husnul khatimah maka itu adalah hari raya baginya”.

 

Seorang mukmin ketika ia menghadap Allah SWT. dengan membawa keimanan dalam hatinya, ketika di akhir hayatnya dia mengucapkan kalimat laa ilaaha illallaah. Bagi orang mukmin yang shaleh dan menjaga imannya, maka ia akan dimudahkan oleh Allah dalam menghadapi sakaratul maut dan dimudahkan juga untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan malaikat di alam kubur.

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

(QS. Ali Imran 102)

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

 

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي (30

Artinya:

 

"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoi-Nya. Maka masuklah kedalam golongan Hamba-hambaKu. dan masuklah kedalam surga-Ku." (Q.S. Al-Fajr :27-30)

 

Ibnu Katsir menyatakan bahwa ayat ini menerangkan tentang jiwa yang tenang yang diseru oleh Allah dan akan ditunaikan janji pada mereka untuk masuk surga.

 

Mereka ridho pada jiwanya dan Allah pun ridha pada mereka.

 

Mereka diajak masuk dalam golongan hamba-hamba Allah yang shalih dan mereka pun diajak untuk masuk surga.

 

Kata Ibnu Katsir rahimahullah, ini adalah panggilan Allah pada seseorang menjelang sakratul maut, juga ketika bangkit pada hari kiamat.

 

Sebagaimana para malaikat memberikan kabar gembira seperti ini pada seorang mukmin ketika ia menjelang sakratul maut dan bangkit dari kuburnya. Sama halnya seperti ayat ini.

 

 

Ketiga

 

“Hari ketika seorang mukmin melewati jembatan shirat dan selamat dari huru hara hari kiamat, maka itu adalah hari raya baginya”.

 

Di antara rangkaian peristiwa menegangkan yang akan dialami manusia pada hari Kiamat adalah melintasi jembatan ash-Sirath. 

Saking tegangnya melintasi jembatan 

tersebut, manusia tak lagi peduli dan ingat terhadap orang-orang terdekatnya. Ini pula yang menjadi kekhawtiuran Sayyidah

‘Aisyah di hadapan Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Pada suatu ketika, istri tercinta sang baginda ini tampak menangis tersedu-sedu. Saat ditanya oleh beliau, ia menjawab, “Aku menangis karena teringat pada neraka. Apakah pada hari Kiamat kalian akan ingat kepada keluarga kalian?

 

Beliau menjawab: “Adapun dalam tiga tempat, seseorang tidak akan ingat kepada yang lain : pertama saat di timbangan amal, sampai dia mengetahui apakah 

timbangan amal baiknya ringan atau berat.Kedua, saat beterbangannya catatan amal, sampai dia mengetahui di mana catatannya jatuh, apakah di sebelah kanan, di sebelah kiri, atau di belakangnya. Dan ketiga, saat berada di jembatan al-Shirat yang dipasangkan di antara dua punggung neraka Jahanam, sampai dia mengetahui apakah bisa melintas atau tidak”, (HR. Abu Dawud).

 

Lebih jelasnya, gambaran tentang jembatan ash-Shirath dan orang-orang yang melintas di atasnya dapat disimak secara seksama dalam riwayat ath-Thabrani dari Ibnu Mas‘ud. Melalui riwayat ini,Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyabdakan: “Jembatan al-Sirath dipasangkan di tengah-tengah Jahanam seperti pedang tipis yang sangat tajam. Ia sebuah jembatan yang licin dan menggelincirkan. Di atasnya penuh besi-besi pengait dari api yang siap menyambar, mengait, dan 

menghempaskan ke neraka. Di antara 

mereka ada orang yang melintas secepat petir. Dia berhasil selamat dan tak melekat (bergelantung) pada jembatan.

Ada pula yang melintas secepat angin. Dia berhasil selamat dan tak melekat di atasnya. Ada pula yang melintas secepat kuda. Ada pula yang melintas seperti orang berlari. Ada pula yang melintas seperti orang berjalan cepat. Ada pula yang berjalan seperti orang berjalan normal.

 

Dan manusia yang terakhir melintas adalah seorang laki-laki yang telah hangus terbakar api dan menghadapi kesulitan di atasnya, kemudian dimasukkan Allah ke dalam surga berkat karunia, kemuliaan, dan rahmat-Nya”.

 

Mengingat beratnya peristiwa yang akan dihadapi kelak saat melintasi jembatan ash-Shirath, marilah kita senantiasa mempersiapkan peristiwa tersebut. Jika kita ingin selamat dan melintas ash-Shirath dengan cepat, maka jagalah shalat lima waktu secara berjamaah. Sebab itu pula salah satu pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya, “Siapa saja yang menjaga shalat lima waktu secara berjamaah, maka ia menjadi orang pertama yang melintasi jembatan ash-Shirath yang cepatnya seperti kilat menyambar, kemudian dikumpulkan Allah bersama golongan tabiin.

Demikian seperti yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani dari Abu Hurairah dan Ibnu ‘Abbas.

 

Keempat

 

"Hari ketika seorang mukmin 

memasuki surga, maka itu adalah hari raya baginya".

 

Masuk surga dengan selamat apalagi tanpa hisab adalah dambaan setiap muslim. Namun faktanya, muslim yang masuk surga dengan melalui proses hisab dan bahkan terlebih dahulu merasakan proses siksaan neraka

adalah sebuah keniscayaan. 

Maka beruntunglah bagi orang-orang yang diselamatkan dari siksa neraka dan dimasukkan oleh Allah ke dalam surga.

 

Kelima

 

"Hari ketika seorang mukmin melihat Rabbnya, maka itu adalah hari raya baginya".

 

Melihat Wajah Allah pada hari kiamat adalah suatu kenikmatan bagi penduduk surga. Penghuni surga akan melihat Rabb mereka, tak mungkin mereka ragu hingga lemah dalam melihat Rabb mereka. Mereka melihat  Rabb mereka seperti melihat bulan pada malam purnama. Inilah sebagaimana disebutkan dalam ayat,

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ , إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

“Wajah-wajah (orang-rang mukmin) 

pada hari itu berseri-seri. Kepada

Rabbnyalah mereka melihat.” (QS. Al-Qiyamah: 22-23).

 

Juga dalam Firman Allah, “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah). Dan wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) dalam kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. (QS.Yunus: 26). 

 لِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوا الْحُسْنٰى وَزِيَادَةٌ ۗوَلَا يَرْهَقُ وُجُوْهَهُمْ قَتَرٌ وَّلَا ذِلَّةٌ ۗاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ

Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya yang berjudul Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim mengakatakan Yang dimaksud al-husna adalah surga, sedangkan az-ziyadah adalah melihat wajah Allah pada hari kiamat. Dalam ayat lainnya disebutkan,

 

لَهُم مَّا يَشَآءُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ

 “Mereka di dalamnya memperoleh

Apa yang mereka kehendaki; dan 

pada sisi Kami ada tambahannya.” (QS. Qaaf: 35). Tambahan di sini maksudnya, Allah akan menampakkan wajah pada mereka. Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika penghuni surga telah masuk surga, Allah Ta’ala berfirman, (yang artinya) “Apakah kalian (wahai penghuni surga) menginginkan sesuatu sebagai tambahan (dari kenikmatan surga)?” Maka mereka menjawab, 

“Bukankah Engkau telah memutihkan

Wajah-wajah kami? 

Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari (azab) neraka?” Maka (pada waktu itu) Allah membuka hijab (yang menutupi wajah-Nya Yang Mahamulia), dan penghuni surga tidak pernah mendapatkan suatu (kenikmatan) yang lebih mereka sukai daripada melihat (wajah) Allah ‘azza wa jalla.”

 

Kemudian Rasulullah Saw. membaca ayat tersebut di atas (Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya). (HR. Muslim No.181)


 


Comments

Popular posts from this blog

TANGGAP WACANA ATUR PAMBAGYA HARJA

Pada rangkaian acara resepsi pernikahan, keluarga yang mempunyai hajat (punya kerja), berkewajiban menyampaikan sambutan (tanggap wacana) selamat datang kepada seluruh hadirin. Dalam tatacara resepsi adat Jawa disebut Atur Pambagya Harja, atau atur pambagya wilujeng. Dalam sambutan ini, orang yang punya kerja akan mewakilkan kepada orang tertentu yang ditunjuk, biasanya ketua RT/RW, atau orang yang dituakan di lingkungannya. Nah, ketika menjadi ketua RT, saya pernah mendapat tugas untuk menyampaikan pidato (tanggap wacana) tersebut. ****** Berikut contoh / tuladha atur pambagya harja yang pernah saya sampaikan…. Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -        Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -        Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Allah SWT, Gusti Ingkang Mah

CONTOH ATUR PANAMPI PASRAH TEMANTEN SARIMBIT ACARA NGUNDUH MANTU

Bp-Ibu Bambang Sutopo  Assalamu'alaikum wrwb. 1.      Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.. 2.      Panjenenganipun Bapa Suwardi minangka sulih sarira saking Bapa Gito Suwarno-Ibu Tuginem, ingkang tuhu kinurmatan. 3.      Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang bagya mulya. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Allah SWT - Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bp. Bambang Sutopo, S.Pd,  sekalian Ibu Jari, keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah saking kulawarga Bapa Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem. Ingkang sepisan , kula minangkani punapa ingkang dados kersanipun Bapa Bambang Sutopo sekalian dalasan sedaya kulawarga, ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bp Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem-sapendherek,  ingkang pidalem w onten ing   Dukuh Jenggrik,  Desa Purwosuman,  Kec. Sidoharjo, Kab Sragen. Kaping kalih , menggah salam taklim 

ATUR PASRAH BOYONG TEMANTEN KEKALIH

Salah satu rangkaian adat Jawa setelah melangsungkan resepsi pernikahan adalah, keluarga temanten perempuan memboyong kedua mempelai kepada keluarga orangtua mempelai laki-laki (besan).  Sebelum masuk rumah keluarga besan, diadakan acara “Atur Pasrah” dari keluarga mempelai perempuan, dan “Atur Panampi” dari keluarga besan. Berikut adalah tuladha (contoh) sederhana “Atur Pasrah” yang saya susun dan laksanakan. *** Assalamu ‘alaikum Wr.Wb. Bismillahirrahmanirrahim. Al-hamdu lillahi rabbil ‘alamin. * Para sesepuh pinisepuh ingkang dahat kinabekten ** Panjenenganipun Bp.Waluyo dalasan Ibu Sumarni ingkang kinurmatan *** P ara rawuh kakung putri ingkang bagya mulya . Kanti  ngunjukaken raos syukur dumateng Allah SWT, Gusti Ingkang Moho Agung. Sowan kula mriki dipun saroyo dening panjenenganipun Bapa Haji Supriyadi, S.Pd dalasan Ibu Hajah Lasmi ingkang pidalem wonten Plumbungan Indah RT.27/RW.08 Kelurahan Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Sragen, kepareng matur

Pidato Kocak Dai Gokil

Humor sebagai salah satu bumbu komunikasi dalam berpidato hingga kini masih diakui kehebatannya. Ketrampilan   menyelipkan humor-humor segar dalam berpidato atau ceramah,   menjadi daya pikat tersendiri bagi audien atau pendengarnya sehingga membuat mereka betah mengikuti acara sampai selesai. Buku saku berjudul “Pidato-pidato Kocak ala Pesantren” karya Ustad Nadzirin (Mbah Rien) ini mungkin bisa menjadi referensi bagi pembaca yang ingin menciptakan suasana segar dalam berpidato. Buku setebal   88 halaman yang diterbitkan oleh Mitra Gayatri Kediri (tanpa tahun) ini berisi contoh-contoh pidato penuh humor. Membaca buku yang menyajikan enam contoh pidato yang oleh penulisnya dimaksudkan untuk bekal dakwah   para dai gokil dan humoris ini saya ngakak abis .  Pengin tahu cuplikannya? Silahkan simak berikut ini. “Saudara dan saudari.  Baik eyang putra maupun eyang putri…Semua tanpa kecuali yang saya cintai… Meski kalian semua tidak merasa saya cintai…” “…..Allah tela

Atur Wangsulan Lamaran Calon Temanten

Meski tugas juru bicara untuk menyampaikan lamaran (pinangan) seperti yang saya tulis kemarin berlangsung 'glagepan' dan 'gobyoss', namun oleh beberapa teman,  saya dianggap 'sukses'.  "Bagus Pak. Sederhana dan 'cekak aos' apa yang menjadi inti," kata teman.  Tapi bagi saya pribadi, respon teman itu mungkin bisa diartikan lain. Sekedar untuk menyenangkan saya atau 'nyindir'. Namun tetap saya ucapkan terima kasih, karena memberi saya kesempatan untuk belajar dari pengalaman.  Betul. Beberapa hari setelah kejadian itu, saya diminta lagi untuk menjadi 'juru bicara' sebagai pihak yang harus menyampaikan jawaban/tanggapan atas lamaran di keluarga lain. Saya pun tak bisa mengelak. Karena waktunya sangat mendadak maka konsep saya tulis tangan dengan banyak coretan.  Seperti diketahui, setelah adanya lamaran dari keluarga pihak lelaki, biasannya diikuti dengan kunjungan balasan untuk  menyampaikan jawaban atau balasan.

ATUR PASRAH CALON TEMANTEN KAKUNG BADE IJAB ( Kanthi Prasaja ) )

Setelah dua kali mendapat mandat menjadi ‘talanging basa’ atau juru bicara untuk menyampaikan dan menerima ‘lamaran’ atau pinangan, dikesempatan lain ternyata saya ‘dipaksa’ lagi menjalani tugas untuk urusan adat Jawa. Kali ini, saya diminta salah satu keluarga untuk menjadi juru bicara ‘atur pasrah calon temanten kakung’ - pasrah calon mempelai pria, kepada calon besan menjelang acara ijab qabul. Permintaan tersebut saya jalani, meski, sekali lagi, dengan cara yang amat sederhana dan apa adanya. Pengetahuan dan pengalaman yang sangat minim tidak menghalangi saya untuk melaksanakan tugas tersebut sebagai bagian dari pengabdian di tengah masyarakat. ****** Berikut contoh atau tuladha apa yang saya sampaikan tersebut. Assalamu 'alaikum wr.wb. ·           *** Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.      *** Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. ·          *** Panjenenganipun Bapak Susilo ingkang hamikili Bapak Sukimin sek

Tanggap Wacana Basa Jawi dan Contoh Lamaran

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi yang berpengaruh pada perubahan perilaku masyarakat, ternyata masih banyak orang tetap memegang teguh   dan ‘nguri-nguri’ (melestarikan) warisan ‘Budaya Jawa’. Salah satu warisan tersebut adalah ‘Tanggap Wacana Basa Jawi’ atau pidato bahasa jawa dalam acara-acara adat maupun ‘pasamuan’ (pertemuan) keluarga dan warga kampung, terutama   di ‘tlatah’ (daerah) Jawa Tengah dan Jawa Timur. Atau di berbagai daerah di Indonesia yang terdapat komunitas atau kelompok masyarakat ‘Jawa’. Bagi sebagian orang, meski mereka hidup di lingkungan masyarakat berbudaya Jawa, tanggap wacana basa jawi (pidato bahasa jawa) sering dianggap momok karena sulit pengetrapannya. Ketidakmampuan mereka bisa karena sudah ngga peduli dengan bubaya jawa atau ngga mau belajar, sehingga keadaan sekarang ini ibarat ‘Wong Jowo Ilang Jawane’ – orang Jawa sudah kehilangan jatidirinya sebagai orang Jawa. Namun bagi orang yang kebetulan di- tua -kan di li

ATUR PAMBAGYA HARJA WILUJENG

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -       Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -       Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingkang Maha Kawasa, awit saking peparing ni’mat saha berkahipun, panjenengan dalasan kula saget makempal manunggal, wonten papan punika kanthi wilujeng mboten wonten alangan satunggal punapa. Para Rawuh Kakung Sumawana Putri ingkang minulya. Kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bapa Ignasius Sarono, S.Pd dalasan Ibu Dra. Christiana Sri Wahyuni Kustiasih, M.Pd , ingkang pidalem ing Plumbungan Indah Sragen, wonten kalenggahan punika kepareng matur : Sepisan , bilih Bapa Ibu Iganasius Sarono ngaturaken syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingakang Maha Kawasa, awit   saking Berkahi-pun, saha donga pangestu panjenengan sedaya, sampun kal

ATUR PANAMPI PASRAH CALON TEMANTEN BADE IJAB

Assalamu'alaikum wrwb. -    Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten. -    Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. -    Panjenenganipun Bapak….                  ingkang hamikili Bapak Karjiyono, SE, MM – Ibu Rr. Erniani Djihad Sismiyati (alm) ingkang tuhu kinurmatan. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka sulih salira saking panjenenganipun Bp. Haji Mulyono Raharjo, S.Pd, MM   sekalian Ibu Sri Sayekti, Sm,Hk keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah calon temanten kakung. Ingkang sepisan , kula minangkani Bapak Mulyono Raharjo sekalian, dalasan sedaya kulawarga ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bapak Karjiyono, sapendherek, ingkang pidalem wonten ing   Jombor Lor, RT.01/18, Kel. Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Ngayogyakarta Hadiningrat. Kaping kalih , menggah salam taklim Bp. Karjiyono sekalian lumantar panjenengan s