Nabi Muhammad SAW membawa agama Islam dengan misi kasih sayang dan penyempurnaan akhlak.
Selain itu, beliau juga diutus membawa agama Islam dengan hal-hal yang memudahkan, bukan menyulitkan.
Hal ini pun secara tegas pernah disampaikan oleh beliau di dalam salah satu hadisnya sebagaimana berikut.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ أَنَّ أَعْرَابِيًّا بَالَ فِى الْمَسْجِدِ فَثَارَ إِلَيْهِ النَّاسُ ليَقَعُوا بِهِ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعُوهُ وَأَهْرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ ذَنُوبًا مِنْ مَاءٍ أَوْ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِيْنَ. رواه البخاري.
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, “(Suatu hari) ada seorang suku Badui kencing di dalam masjid, para sahabat pun sepontan naik pitam akan menghentikannya (mengusirnya), lalu Rasulullah saw. pun bersabda kepada mereka, “Biarkanlah ia dan siramkanlah di atas air kencingnya satu timba air atau seember air, karena sungguh kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidak diutus memberikan kesulitan.” (HR: Bukhari).
Berdasarkan kisah tersebut, betapa Rasulullah SAW sangat enjoy dan bijak dalam memutuskan segala sesuatu.
Rasulullah SAW tidak langsung tergesa-gesa dan terburu-buru memarahi orang Badui yang kencing sembarangan tersebut.
Tetapi, beliau justru lebih memilih untuk mencari solusinya bukan menambah masalah. Beliau sengaja membiarkan terlebih dahulu orang Badui tersebut menuntaskan kencingnya agar kencingnya hanya berpusat pada satu titik saja. Berbeda jika orang Badui itu justru dilarang dan diusir langsung.
Pasti ia akan terbirit-birit lari dengan terkencing-kencing yang berceceran kemana-mana dan najis pun malah merembet kemana-mana.
Rasulullah SAW pun juga memperhatikan akibat kesehatan orang Badui itu jika justru disuruh menahan kencingnya.
Kisah tersebut juga menggambarkan betapa Rasulullah SAW sangat toleran, sabar, dan mau membimbing umatnya yang belum tahu dengan penuh kasih sayang.
Beliau tidak malah menghakimi orang Badui tersebut dengan marah-marah.
Bahkan beliau juga melarang sahabatnya untuk tidak bertindak anarkis dan melarang orang Badui tersebut.
Selain di dalam hadis tersebut Rasulullah SAW mengajarkan kepada para sahabat untuk bersabar dan jangan mudah marah dalam menghadapi orang Badui itu. Dalam sebuah hadist dikisahkan:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَوْصِنِيْ ، قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). فَرَدَّدَ مِرَارًا ؛ قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ
Dari Abu Hurairah RA., bahwa ada laki-laki berkata kepada Rasulullah Saw, "berilah wasiat kepadaku." Sabda Nabi SAW : Laa taghdlob! "Janganlah engkau mudah marah!" Maka diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda beliau, Laa taghdlob! "Janganlah engkau mudah marah!"(HR. Bukhari).
Marah merupakan energi negatif dari seseorang yang tidak mampu lagi mengendalikan dirinya.
Salah satu bahaya marah bagi seseorang adalah munculnya penyakit seperti darah tinggi, diabetes, dan stroke. Marah juga dapat menyebabkan sesak napas, sempit dada, gelisah, dan prasangka buruk.
Marah juga dapat melahirkan kebencian, permusuhan dan dendam. Di mata orang yang sedang marah, semua kebaikan menjadi tertutup oleh kemarahannya. Na'udzubillahi min dzalik.
...
Beliau juga mengajarkan cara menyucikan tanah yang terkena najis dengan cukup mengguyurkannya dengan air. Hal ini disebabkan karena pada zaman dahulu masjid belum berlantai, tetapi masih berupa tanah.
Dan nasihat pamungkas Rasulullah SAW kepada para sahabatnya di dalam hadis tersebut adalah agar mereka (dan kita semua sebagai umatnya) tidak mempersulit diri, tetapi hendaknya mereka mempermudah. Khususnya ketika berkaitan dengan orang lain. Dengan demikian agama itu bukan mempersulit tetapi mempermudah.
Comments
Post a Comment