Skip to main content

Khutbah Idul Fitri : Memaafkan Itu Sehat

  

اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣)

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ

إِنَّ الحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

 

Hadirin, Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah

Sejak tadi malam, gemuruh alunan suara takbir, tahlil dan tahmid dari jutaan umat muslim di dunia, bergema memenuhi angkasa. Mereka serentak mengucap kalimah suci, mengagungkan asma Allah – Sang Penguasa Jagat Raya, sebagai ungkapan rasa syukur dan sikap penghambaan kepada Allah SWT.

Pagi ini, seluruh kaum muslimin menampakkan rasa syukur dan gembira, setelah mampu melaksanakan puasa dan ibadah lain di bulan Ramadhan. Wajah ceria berhias senyum memancarkan cahaya Ilahi memantul dari hati orang-orang mukmin, yang insya Allah mendapat predikat Muttaqin, orang yang bertaqwa.

Saat ini pula, kita memasuki hari yang penuh kebahagiaan rohani, kelezatan samawi dan kenikmatan spiritual, sejalan dengan Firman Allah pada QS. Al-Baqarah ayat 185 :

 

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

“Dan hendaknya kamu mencukupkan bilangannya dan hendaknya kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

Alhamdulilah, baru saja kita menyelesaikan ibadah puasa Ramadhan yang diakhiri dengan menunaikan zakat fitrah.

 

Ibadah puasa Ramadhan yang baru saja kita laksanakan, sesungguhnya suatu proses pendidikan dan latihan bagi orang-orang beriman,  menghantarkan pada puncak nilai-nilai kemanusiaan yang disebut dengan takwa.

Itulah makna firman Allah,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

 “Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu menjadi orang yang bertakwa,” (Qur’an Surat (QS) Al-Baqarah [2]:183).

Dengan pendidikan dan latihan sebulan lamanya, grafik iman dan takwa kita meningkat, dosa-dosa telah terampuni, dan pahala melimpah diperoleh. Semoga kita lulus ujian dan memperoleh piagam penghargaan yang bertuliskan :

Ghufira lahu ma taqaddama min dzambih - Diampuni dosa-dosanya yang telah lampau,” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).

Tetapi, dosa-dosa yang telah terampuni itu, barulah dosa-dosa yang berhubungan dengan Allah. Sedangkan dosa dan kesalahan kepada sesama manusia belum terampuni sebelum kita saling memaafkan.

Maka, inilah yang kita lihat di hari nan fitri saat ini,  orang saling bersilaturahim, mohon maaf lahir dan batin, agar betul-betul fitri, bersih dari segala noda. Setelah dosa kita terhadap Allah (secara vertikal) diampuni, kesalahan kita terhadap sesama manusia (horizontal) juga terhapus.

 

Hadirin yang berbahagia.

Dalam tradisi masyarakat Indonesia, kita mengenal istilah Halal bi Halal, yang sering dimaknai sebagai bersilaturahim dan bersalaman untuk saling meminta dan memberi maaf agar hati yang membeku menjadi cair. Dengn halal bihalal semua rasa benci, dendam, permusuhan, dengki, buruk sangka dan sifat negatif lainnya hilang dari diri kita. 

Inti Halal bi Halal adalah silaturahim untuk saling memaafkan. Silaturahim berarti menyambung atau menghubungkan tali kasih sayang yang dilandasi nilai-nilai persaudaraan, dan kesetiakawanan diantara seluruh umat manusia.

Hal ini mengambil sumber dari ajaran Islam tentang hubungan manusia dengan Allah (hablun min Alloh) dan hubungan manusia dengan sesamanya (hablun min an-nas).

Dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 22, Allah berfirman,

 

وَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْاۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

”… dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Dalam ayat tersebut pemberian ampunan dari Allah tegas dikaitkan dengan pelaksanaan perintah memberi maaf dan berlapang dada atas kesalahan orang lain terhadap dirinya.

Kaitannya dengan silaturahim, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda : “Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada shalat dan puasa? Yaitu engkau damaikan orang-orang yang bertengkar. Barang siapa yang ingin panjangkan usia dan banyak rejeki, sambungkanlah tali silaturahim.”

Karena itulah, Hari Lebaran atau Idul Fitri ini dianggap saat yang paling tepat untuk merajut tali persaudaraan. Meneguhkan kembali tali silaturahim untuk menemukan makna hidup yang lebih indah. Dihiasi dengan hati yang bening, terlepas dari belenggu penderitaan karena kotornya hati.

Menebar kasih sayang terhadap sesama melalui silaturahim terasa indah dan mengesankan. Tapi syaratnya harus tulus ikhlas. Jangan dikotori dengan perasaan untuk mengingat-ingat dan mencari kesalahan, aib dan kejelekan orang lain. Yang perlu justru mengingat-ingat dan meneliti aib dan kejelekan diri sendiri secara jujur, sebelum menilai orang lain.

Silaturahim tidak terbatas hanya saling berkunjung atau  berjabatan tangan saja, tetapi mempunyai makna yang lebih dalam. Yakni kita harus mampu menghubungkan / menyambungkan dan menghimpunkan berdasarkan kasih sayang. Rasulullah SAW, bersabda, ”Yang disebut silaturahim itu bukanlah sekedar seseorang yang membalas kunjungan atau pemberian, tetapi silaturahim itu nenyambungkan yang terputus,”(Hadits Riwayat Bukhari).

Kalau orang berkunjung kepada kita dan kita membalas mengunjunginya, ini tidak memerlukan kekuatan mental yang tinggi. Bisa jadi hal itu dilakukan lantaran kita merasa berhutang budi.

”Tetapi jika ada orang yang tidak pernah bersilaturahim kepada kita, kemudian dengan niat tulus kita kunjungi orang tersebut walaupun harus menempuh perjalanan cukup jauh dan sulit, maka inilah yang disebut silaturahim dengan sebenarnya.”

Apalagi kalau ada orang yang membenci kita, kemudian kita berupaya untuk menemuinya. Padahal, jelas-jelas hak kita pernah terambil / terampas, hati kita sempat terlukai, tetapi kita tidak dedam ingin membalasnya, malah kita kunjungi dengan ketulusan hati, maka disinilah kekuatan dari hahekat silaturahim.

Suatu ketika Rasulullah memberi nasehat, ”Hendaklah kalian mengharapkan kemuliaan dari Allah,”

“Apakah yang dimasud itu ya Rasul,” tanya seorang sahabat.

“Hendaknya kalian suka menghubungkan tali silaturahmi kepada orang yang telah memutuskan engkau, memberikan sesuatu kepada orang yang tidak pernah memberi sesuatu kepadamu, dan hendaknya kamu memaafkan orang yang menyakitimu,”(Hadits Riwayat Al-Hakim).

Itulah tiga hal yang disebut Rasulullah dengan ungkapan afdhalul fadhail (perbuatan yang paling utama diantara yang utama), ”(Ada) suatu perbuatan yang paling utama diantara perbuatan yang utama, bersilaturrahim dengan orang yang memutuskannya, memberi pada orang yang tidak pernah memberi, dan memaafkan orang yang berlaku kurang baik pada kita,” (HR. Imam Thabrani dari Mu’adz bin Jabal).

 

Para Hadirin Yang dirahmati Allah.

Suasana Idul Fitri adalah momen paling tepat untuk melakukan hal ini. Setelah sebulan kita jalankan puasa dan berbagai ibadah yang lain dan berharap diapuni segala dosa kita kepada Allah, maka kita berusaha membersihkan hati, saling memaafkan, meminta dan meberi maaf dengan sesama manusia.

Dalam kondisi demikian, keikhlasan untuk meminta maaf atas segala kesalahan dirinya, maka sikap memaafkan adalah sifat yang mulia dan menjadi ciri bagi orang bertaqwa. Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur’an adalah sikap memaafkan, 

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ

”Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf (kebajikan), serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh,” (QS. Al-A’raf [7]:199)

Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al Qur'an akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan orang lain yang dibenci. Padahal, Allah telah menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik, 

وَاِنْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

”... dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang,” (QS. At-Taghabun, [64]:14)

 

    Di dalam Qur’an Surat Asy-syura [42]:43, Allah berfirman, 

وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ اِنَّ ذٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ

"Barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia," 

Dengan dasar tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an, 

وَالۡكٰظِمِيۡنَ الۡغَيۡظَ وَالۡعَافِيۡنَ عَنِ النَّاسِ​ؕ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الۡمُحۡسِنِيۡنَ​ۚ‏ ١٣٤

"...menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain, dan Allah menyukai orang yang berbuat kebaikan." (QS. Ali ‘Imran [3]:134)

 

اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah

Dalam berbagai referensi disebutkan, mereka yang mampu memaafkan akan menjadi lebih sehat baik jiwa maupun raganya. Penderitaannya berkurang setelah memaafkan orang yang menyakitinya.

Beberapa orang pernah menyatakan, setelah memaafkan kesalahan orang lain, ia merasakan dirinya lebih baik, secara batiniyah maupun jasmaniyahnya. Gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress [tekanan jiwa], susah tidur dan sakit perut makin berkurang setelah dirinya menjadi orang yang suka memaafkan.

Sifat pemaaf memicu terciptanya kondisi yang lebih baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri. Sebaliknya, kemarahan dan kejengkelan terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri orang, dan merusak keseimbangan emosional bahkan kesehatan jasmani mereka.

Kemarahan adalah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Memaafkan, di sisi lain, meskipun berat, terasa membahagiakan, sekaligus menunjukkan akhlak terpuji. Memaafkan mampu menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang indah dan sehat, baik secara lahir maupun batin.

 

Memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang.

 

Dari sisi kebugaran jiwa, dengan memaafkan orang lain, ruang emosi kita akan relatif bersih dari beban negatif kebencian, dendam pada orang lain.

Sebenarnya, kebencian kita pada orang lain justru merugikan kita lebih dulu sebelum membahayakan orang lain. Karena hari-hari yang kita lalui habis untuk memikirkan orang yang kita benci, sehingga hati kita menjadi panas membara.

Kalau kita tidak mau memaafkan orang lain dan kita tidak sudi menerima permintaan maaf dari orang lain. Maka akan menyebabkan kebencian dan dendam terus berlanjut sehingga merusak sistem emosi.

Apa yang harus kita lakukan?. Bersihkan hati dengan  menghapus kebencian dan dendam dari kesalahan orang lain yang kita anggap telah merugikan, menyakiti kita. Kemudian, menghapus keinginan untuk membalas dendam.

Namun, tujuan sebenarnya dari memaafkan – sebagaimana segala sesuatu lainnya – haruslah untuk mendapatkan ridha Allah. Kenyataan bahwa sifat-sifat akhlak seperti ini, dan bahwa manfaatnya telah dibuktikan secara ilmiah, telah dinyatakan dalam banyak ayat Al Qur’an, adalah satu saja dari banyak sumber kearifan yang dikandungnya.

Dalam agama Islam, memaafkan termasuk salah satu karakteristik utama ketakwaan dan termasuk perilaku / sifat yang sangat disenangi Allah.

Dengan demikian, betapa pentingnya kita menyambungkan tali kasih sayang (silaturahim). Kalau kasih sayang tersambung kepada makhluk-makhluk Alloh, maka Allah pun akan menyayangi kita. Apabila kasih sayang Allah tercurah untuk kita, akan terasa indah dan bahagia kita menikmati hidup di dunia ini. Dan insya Allah,  kita juga akan menjadi orang yang beruntung hidup di dunia dan akhirat.

Semoga kita bisa melestarikan nilai-nilai luhur ajaran Islam tersebut sepanjang hayat setelah berakhirnya Ramadhan tahun ini.

Akhirnya, dalam kesempatan merayakan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriyah ini mari kita bersihkan  hati kita untuk saling memaafkan. Hilangkan segala dendam dan kesumpekan hati. Agar tercipta kedamaian dan harmonisasi diantara kita semua.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.

Mari kita berdoa semoga Allah menjauhkan kita dari segala penyakit dan bencana yang menghinakan.  Dan melimpahkan keselamatan, kekuatan dan kesehatan lahir  batin, hidup kita selalu barokah, bermanfaat bagi sesama dalam rangka meraih ridla Allah, kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat. Aamiin, ya Rabbal ‘aalamiin.

إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ مُحَمَّد اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ٍ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Sragen, 1 Syawwal 1445 H.

Suparto

Comments

Popular posts from this blog

TANGGAP WACANA ATUR PAMBAGYA HARJA

Pada rangkaian acara resepsi pernikahan, keluarga yang mempunyai hajat (punya kerja), berkewajiban menyampaikan sambutan (tanggap wacana) selamat datang kepada seluruh hadirin. Dalam tatacara resepsi adat Jawa disebut Atur Pambagya Harja, atau atur pambagya wilujeng. Dalam sambutan ini, orang yang punya kerja akan mewakilkan kepada orang tertentu yang ditunjuk, biasanya ketua RT/RW, atau orang yang dituakan di lingkungannya. Nah, ketika menjadi ketua RT, saya pernah mendapat tugas untuk menyampaikan pidato (tanggap wacana) tersebut. ****** Berikut contoh / tuladha atur pambagya harja yang pernah saya sampaikan…. Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -        Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -        Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Allah SWT, Gusti Ingkang Mah

CONTOH ATUR PANAMPI PASRAH TEMANTEN SARIMBIT ACARA NGUNDUH MANTU

Bp-Ibu Bambang Sutopo  Assalamu'alaikum wrwb. 1.      Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.. 2.      Panjenenganipun Bapa Suwardi minangka sulih sarira saking Bapa Gito Suwarno-Ibu Tuginem, ingkang tuhu kinurmatan. 3.      Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang bagya mulya. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Allah SWT - Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bp. Bambang Sutopo, S.Pd,  sekalian Ibu Jari, keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah saking kulawarga Bapa Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem. Ingkang sepisan , kula minangkani punapa ingkang dados kersanipun Bapa Bambang Sutopo sekalian dalasan sedaya kulawarga, ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bp Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem-sapendherek,  ingkang pidalem w onten ing   Dukuh Jenggrik,  Desa Purwosuman,  Kec. Sidoharjo, Kab Sragen. Kaping kalih , menggah salam taklim 

ATUR PASRAH BOYONG TEMANTEN KEKALIH

Salah satu rangkaian adat Jawa setelah melangsungkan resepsi pernikahan adalah, keluarga temanten perempuan memboyong kedua mempelai kepada keluarga orangtua mempelai laki-laki (besan).  Sebelum masuk rumah keluarga besan, diadakan acara “Atur Pasrah” dari keluarga mempelai perempuan, dan “Atur Panampi” dari keluarga besan. Berikut adalah tuladha (contoh) sederhana “Atur Pasrah” yang saya susun dan laksanakan. *** Assalamu ‘alaikum Wr.Wb. Bismillahirrahmanirrahim. Al-hamdu lillahi rabbil ‘alamin. * Para sesepuh pinisepuh ingkang dahat kinabekten ** Panjenenganipun Bp.Waluyo dalasan Ibu Sumarni ingkang kinurmatan *** P ara rawuh kakung putri ingkang bagya mulya . Kanti  ngunjukaken raos syukur dumateng Allah SWT, Gusti Ingkang Moho Agung. Sowan kula mriki dipun saroyo dening panjenenganipun Bapa Haji Supriyadi, S.Pd dalasan Ibu Hajah Lasmi ingkang pidalem wonten Plumbungan Indah RT.27/RW.08 Kelurahan Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Sragen, kepareng matur

Pidato Kocak Dai Gokil

Humor sebagai salah satu bumbu komunikasi dalam berpidato hingga kini masih diakui kehebatannya. Ketrampilan   menyelipkan humor-humor segar dalam berpidato atau ceramah,   menjadi daya pikat tersendiri bagi audien atau pendengarnya sehingga membuat mereka betah mengikuti acara sampai selesai. Buku saku berjudul “Pidato-pidato Kocak ala Pesantren” karya Ustad Nadzirin (Mbah Rien) ini mungkin bisa menjadi referensi bagi pembaca yang ingin menciptakan suasana segar dalam berpidato. Buku setebal   88 halaman yang diterbitkan oleh Mitra Gayatri Kediri (tanpa tahun) ini berisi contoh-contoh pidato penuh humor. Membaca buku yang menyajikan enam contoh pidato yang oleh penulisnya dimaksudkan untuk bekal dakwah   para dai gokil dan humoris ini saya ngakak abis .  Pengin tahu cuplikannya? Silahkan simak berikut ini. “Saudara dan saudari.  Baik eyang putra maupun eyang putri…Semua tanpa kecuali yang saya cintai… Meski kalian semua tidak merasa saya cintai…” “…..Allah tela

Atur Wangsulan Lamaran Calon Temanten

Meski tugas juru bicara untuk menyampaikan lamaran (pinangan) seperti yang saya tulis kemarin berlangsung 'glagepan' dan 'gobyoss', namun oleh beberapa teman,  saya dianggap 'sukses'.  "Bagus Pak. Sederhana dan 'cekak aos' apa yang menjadi inti," kata teman.  Tapi bagi saya pribadi, respon teman itu mungkin bisa diartikan lain. Sekedar untuk menyenangkan saya atau 'nyindir'. Namun tetap saya ucapkan terima kasih, karena memberi saya kesempatan untuk belajar dari pengalaman.  Betul. Beberapa hari setelah kejadian itu, saya diminta lagi untuk menjadi 'juru bicara' sebagai pihak yang harus menyampaikan jawaban/tanggapan atas lamaran di keluarga lain. Saya pun tak bisa mengelak. Karena waktunya sangat mendadak maka konsep saya tulis tangan dengan banyak coretan.  Seperti diketahui, setelah adanya lamaran dari keluarga pihak lelaki, biasannya diikuti dengan kunjungan balasan untuk  menyampaikan jawaban atau balasan.

ATUR PASRAH CALON TEMANTEN KAKUNG BADE IJAB ( Kanthi Prasaja ) )

Setelah dua kali mendapat mandat menjadi ‘talanging basa’ atau juru bicara untuk menyampaikan dan menerima ‘lamaran’ atau pinangan, dikesempatan lain ternyata saya ‘dipaksa’ lagi menjalani tugas untuk urusan adat Jawa. Kali ini, saya diminta salah satu keluarga untuk menjadi juru bicara ‘atur pasrah calon temanten kakung’ - pasrah calon mempelai pria, kepada calon besan menjelang acara ijab qabul. Permintaan tersebut saya jalani, meski, sekali lagi, dengan cara yang amat sederhana dan apa adanya. Pengetahuan dan pengalaman yang sangat minim tidak menghalangi saya untuk melaksanakan tugas tersebut sebagai bagian dari pengabdian di tengah masyarakat. ****** Berikut contoh atau tuladha apa yang saya sampaikan tersebut. Assalamu 'alaikum wr.wb. ·           *** Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.      *** Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. ·          *** Panjenenganipun Bapak Susilo ingkang hamikili Bapak Sukimin sek

Tanggap Wacana Basa Jawi dan Contoh Lamaran

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi yang berpengaruh pada perubahan perilaku masyarakat, ternyata masih banyak orang tetap memegang teguh   dan ‘nguri-nguri’ (melestarikan) warisan ‘Budaya Jawa’. Salah satu warisan tersebut adalah ‘Tanggap Wacana Basa Jawi’ atau pidato bahasa jawa dalam acara-acara adat maupun ‘pasamuan’ (pertemuan) keluarga dan warga kampung, terutama   di ‘tlatah’ (daerah) Jawa Tengah dan Jawa Timur. Atau di berbagai daerah di Indonesia yang terdapat komunitas atau kelompok masyarakat ‘Jawa’. Bagi sebagian orang, meski mereka hidup di lingkungan masyarakat berbudaya Jawa, tanggap wacana basa jawi (pidato bahasa jawa) sering dianggap momok karena sulit pengetrapannya. Ketidakmampuan mereka bisa karena sudah ngga peduli dengan bubaya jawa atau ngga mau belajar, sehingga keadaan sekarang ini ibarat ‘Wong Jowo Ilang Jawane’ – orang Jawa sudah kehilangan jatidirinya sebagai orang Jawa. Namun bagi orang yang kebetulan di- tua -kan di li

ATUR PAMBAGYA HARJA WILUJENG

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -       Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -       Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingkang Maha Kawasa, awit saking peparing ni’mat saha berkahipun, panjenengan dalasan kula saget makempal manunggal, wonten papan punika kanthi wilujeng mboten wonten alangan satunggal punapa. Para Rawuh Kakung Sumawana Putri ingkang minulya. Kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bapa Ignasius Sarono, S.Pd dalasan Ibu Dra. Christiana Sri Wahyuni Kustiasih, M.Pd , ingkang pidalem ing Plumbungan Indah Sragen, wonten kalenggahan punika kepareng matur : Sepisan , bilih Bapa Ibu Iganasius Sarono ngaturaken syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingakang Maha Kawasa, awit   saking Berkahi-pun, saha donga pangestu panjenengan sedaya, sampun kal

ATUR PANAMPI PASRAH CALON TEMANTEN BADE IJAB

Assalamu'alaikum wrwb. -    Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten. -    Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. -    Panjenenganipun Bapak….                  ingkang hamikili Bapak Karjiyono, SE, MM – Ibu Rr. Erniani Djihad Sismiyati (alm) ingkang tuhu kinurmatan. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka sulih salira saking panjenenganipun Bp. Haji Mulyono Raharjo, S.Pd, MM   sekalian Ibu Sri Sayekti, Sm,Hk keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah calon temanten kakung. Ingkang sepisan , kula minangkani Bapak Mulyono Raharjo sekalian, dalasan sedaya kulawarga ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bapak Karjiyono, sapendherek, ingkang pidalem wonten ing   Jombor Lor, RT.01/18, Kel. Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Ngayogyakarta Hadiningrat. Kaping kalih , menggah salam taklim Bp. Karjiyono sekalian lumantar panjenengan s