الحَمْدُ
لِلّٰهِ
أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ
لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّـدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ
الدِّيْنَ. أَمَّا بَعْدُ .فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ
بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ
وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . قَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ
وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Segala puji bagi Allah swt, Tuhan semesta alam yang terus
mengalirkan nikmat yang tak bisa dihitung satu persatu kepada kita, di
antaranya adalah nikmat iman dan takwa sehingga kita masih bisa menikmati
manisnya Islam yang akan membawa kita selamat dunia akhirat. Tiada kata lain
yang patut diucapkan kecuali kalimat Alhamdulillahirabbil 'Alamin. Dengan terus
bersyukur, insyaAllah karunia nikmat yang diberikan akan terus ditambah oleh
Allah swt.
وَاِذْ
تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ
اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan,
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu,
tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar
sangat keras”.(QS. Surat Ibrahim: 7)
Syukur yang kita ungkapkan ini juga harus senantiasa
direalisasikan dalam wujud nyata melalui penguatan ketakwaan kepada Allah swt
yakni dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan syukur
dan takwa ini, maka kita akan senantiasa menjadi pribadi yang senantiasa diberi
perlindungan dan petunjuk dalam mengarungi samudera kehidupan di dunia dan bisa
terus menjalankan misi utama hidup di dunia yakni beribadah kepada Allah swt.
Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 56:
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali
untuk beribadah kepada-Ku.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dalam putaran waktu dan keseharian umat Islam, bulan
Ramadhan yang baru saja berlalu, menjadi momentum intensifnya kegiatan ibadah yang kita lakukan baik dari
sisi kualitas maupun kuantitasnya. Frekuensi ibadah seperti puasa, shalat,
membaca Al-Qur’an, bersedekah, dan ibadah-ibadah lainnya menjadi warna dominan
di bulan mulia tersebut. Semangat ini seiring dengan kemuliaan Ramadhan yang di
dalamnya banyak memiliki keutamaan dan keberkahan. Ramadhan menjadi bulan
‘penggemblengan’ jasmani dan rohani umat Islam untuk menjadikannya pribadi yang
senantiasa dekat dengan sang khalik, Allah swt.
Namun pertanyaannya, bagaimana pasca-Ramadhan? Apakah kita
mampu mempertahankan kualitas dan kuantitas ibadah kita? Apakah setelah-Ramadhan,
kita kembali seperti sedia kala dengan semangat ibadah seadanya? Apakah takwa,
sebagai buah dari perintah puasa Ramadhan, sudah kita rasakan dalam diri kita?
Tentu pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh diri kita sendiri sebagai bahan
muhasabah atau introspeksi diri agar spirit ibadah kita tidak mengendur setelah berakhirnya Ramadhan.
Oleh karena itu, pada kesempatan khutbah ini, khatib ingin mengajak untuk melihat kembali lintasan perjalanan ibadah kita selama
Ramadhan sehingga menjadi spirit dan motivasi agar pasca Ramadhan, ibadah kita
bisa ditingkatkan, atau minimal mempertahankannya. Melihat masa lalu itu
penting sebagai modal untuk menghadapi masa depan sebagaimana Firman Allah:
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ
وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (masa depan, akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Al-Ḥasyr :18)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Semangat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah
sebenarnya sudah tergambar dari makna kata Syawal yang merupakan bulan setelah
Ramadhan sekaligus waktu perayaan Hari Raya Idul Fitri.
Dari segi bahasa, kata “Syawal” (شَوَّالُ) berasal dari kata “Syala” (شَالَ) yang
memiliki arti “irtafaá” (اِرْتَفَعَ) yakni meningkatkan. Makna ini seharusnya
menjadi inspirasi kita untuk tetap mempertahankan grafik kualitas dan kuantitas
ibadah pasca-Ramadhan. Dalam mempertahankannya, perlu upaya serius di antaranya
adalah dengan melakukan 3 M yakni Muhasabah, Mujahadah, dan Muraqabah.
MUHASABAH adalah melakukan introspeksi diri terhadap proses
perjalanan ibadah di bulan Ramadhan. Muhasabah ini bisa dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan kepada diri kita sendiri tentang: Apa yang telah kita
lakukan di bulan Ramadhan? Apakah kita sudah memiliki niat yang benar dalam
menjalankan ibadah di bulan Ramadhan? Apa yang menjadikan kita semangat
beribadah di bulan Ramadhan? Pernahkan kita melanggar kewajiban-kewajiban di
bulan Ramadhan?. Dan pertanyaan introspektif lainnya untuk
mengevaluasi ibadah kita selama ini.
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini akan memotivasi kita
untuk semangat dan memperbaiki diri sehingga akan berdampak kepada kualitas dan
kuantitas ibadah pasca-Ramadhan. Terkait pentingnya Muhasabah ini Rasulullah
bersabda:
الْكَيِّسُ
مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ
نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
Artinya: “Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang
menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah
kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa
nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.' (HR Tirmidzi).
Selanjutnya adalah MUJAHADAH, yakni bersungguh-sungguh dalam
berjuang untuk mempertahankan tren positif ibadah bulan Ramadhan. Di bulan
Syawal ini, kita harus tancapkan tekad untuk terus melestarikan
kebiasaan-kebiasaan positif selama Ramadhan. Perjuangan ini akan banyak
menghadapi tantangan, baik dari lingkungan sekitar kita maupun dari diri kita
sendiri. Oleh karenanya, kita harus memiliki tekad kuat dan benar agar hambatan
dan tantangan yang bisa mengendurkan semangat ibadah kita bisa kita
kalahkan.
Allah telah memberikan motivasi pada orang yang
bersungguh-sungguh dalam berjuang sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surat
Al-Ankabut ayat 69:
وَالَّذِيْنَ
جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh)
untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang orang yang berbuat baik.”
Cara selanjutnya adalah MURAQABAH, yakni mendekatkan diri
kepada Allah. Dengan muraqabah ini, akan muncul kesadaran diri selalu diawasi
oleh Allah swt sekaligus memunculkan kewaspadaan untuk tidak melanggar perintah
Allah sekaligus bersemangat untuk menjalankan segala perintah-Nya. Sikap-sikap
ini merupakan nilai-nilai yang ada dalam diri orang-orang yang bertakwa. Mereka
adalah orang yang yakin dan percaya kepada yang ghaib dan tak tampak oleh mata.
Rasulullah saw bersabda:
أَنْ
تَعْبـــُدَ اللَّهَ كَأَنَّــكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ
يَرَاكَ
Artinya: “Hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan
engkau melihat-Nya, sebab meski engkau tidak melihat-Nya, Dia melihatmu...” (HR
Bukhari).
Nilai-nilai ketakwaan dengan senantiasa melakukan muraqabah
ini seharusnya memang sudah tertancap dalam hati kita karena muara dari ibadah
puasa di bulan Ramadhan sendiri adalah ketakwaan. Hal ini sudah ditegaskan
dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah: 183:
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ
مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ١٨٣
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah Jumat kali ini, semoga kita bisa senantiasa
mempertahankan dan meningkatkan kualitas serta kuantitas ibadah kita
pasca-Ramadhan dengan Muhasabah, Mujahadah, dan Muraqabah. Semoga kita diberi
kekuatan oleh Allah swt dalam mengemban misi ibadah ini. Aamiin ya Rabbal 'aalamiin.
بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ
وَالسَّلَامُ عَلٰى مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ
الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ
وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا
بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ
فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللّٰهُمَّ
صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى
اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ
عَلٰى اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ
اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ
تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ
اَللّٰهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ.
َ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sumber :https://kemenag.go.id/islam/khutbah-jumat-3-cara-menjaga-spirit-ibadah-pasca-ramadhan
Comments
Post a Comment