Secara harfiyah musibah
artinya mengenai, menimpa atau membinasakan. Musibah adalah kejadian apa saja
yang menimpa manusia yang tidak dikehendakinya. Kita sepakat bahwa tidak ada
satupun dari kita yang menghendaki musibah gempa bumi dan gelombang Tsunami,
tanah longsor, wabah penyakit dll.
Musibah telah terjadi, meskipun kita tidak menghendakinya tetap dan mungkin akan terjadi lagi, bahkan yang lebih besar dan lebih dahsyat. Musibah bisa dikelompokkan dengan dua sudut pandang. Musibah bisa disebut sebagai ujian jika orang atau masyarakat yang tertimpa musibah adalah mereka yang baik, shaleh atau taat kepada Allah swt, hal ini dinyatakan dalam firman Allah swt:
Sungguh, Kami akan menguji
kamu berupa sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
“Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kami akan kembali kepada-Nya”. Mereka
itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (QS Al Baqarah [2]:155-157).
Dari ayat tadi, sikap yang
harus ditunjukkan orang beriman adalah selalu sabar atas ujian yang tidak
menyenangkan.
Pada banyak ayat dinyatakan
bahwa Allah swt selalu bersama dengan orang yang sabar. Karena itu, sesulit dan
seberat apapun persoalan yang dihadapi oleh seorang muslim, maka kebersamaan
dengan Allah swt dalam bentuk kesabaran harus semakin diperkokoh. Tanpa itu
kesulitan tidak akan tertanggulangi bahkan bisa jadi malah semakin diperbesar
oleh syaitan dan hawa nafsu sendiri.
Musibah bisa juga disebut atau dikelompokkan sebagai azab ketika yang tertimpa adalah orang-orang yang durhaka kepada Allah swt, Mereka sering melakukan kemaksiatan dan sangat sulit menerima nasihat dan peringatan dari manusia, termasuk dari para Nabi. Disinilah kita perlu meneliti, mengkaji dan memperhatikan sejarah orang-orang yang durhaka, Allah swt berfirman:
Maka apakah mereka tidak
mengadakan perjalanan di bumi. Sehingga dapat memperhatikan bagaimana kesudahan
orang orang-orang yang sebelum mereka. Allah telah membinasakan mereka, dan
bagi orang-orang kafir akan menerima (nasib) yang serupa itu (QS Muhammad
[47]:10).
Jamaah Rahimakumullah.
Musibah yang menimpa di
berbagai wilayah di negeri kita serta di berbagai kawasan lain di muka bumi
ini, bila menimpa orang-orang yang baik mudah-mudahan mereka yang selamat
semakin diperkokoh kesabarannya, demikian pula dengan keluarganya yang berada
di tempat lain, sedangkan yang wafat semoga diampuni dosanya dan ditempatkan
oleh Allah swt di tempat yang menyenangkan dalam kehidupan akhirat. Bila ini
merupakan azab untuk orang-orang yang durhaka kepada Allah swt, maka hal ini
seharusnya menyadarkan semua untuk kembali ke jalan hidup yang benar menurut
Allah dan Rasul-Nya dan yang sudah berada pada jalan yang benar untuk terus
istiqomah (memiliki pendirian yang kuat) agar tetap berada di jalan ini.
Terlepas dari ujian atau
azab, maka bencana yang menimpa sesama manusia ini apalagi yang terjadi di
negeri kita adalah saudara kita sebangsa, setanah air bahkan seagama, maka
seharusnya bisa kita tunjukkan sikap positif yang sebaik-baiknya. Lalu apa yang
harus kita tunjukkan?. Paling tidak, ada tiga sikap positif yang harus kita
tunjukkan.
Pertama, mengokohkan kesabaran. Secara harfiyah, sabar artinya menahan atau mengekang. Yakni menahan diri dari melakukan sesuatu yang tidak dibenarkan Allah swt karena mengharap ridha-Nya. Sayyid Quthub di dalam tafsirnya mengakui bahwa ketika usaha sedemikian sulit, maka kadang-kadang kesabaran menjadi lemah. Karena itulah diiringkan shalat dalam kondisi seperti ini. Sebab, shalat adalah penolong yang tidak akan hilang dan bekal yang tidak akan habis. Shalat juga menjadi penolong yang akan selalu memperbaharui kekuatan, serta bekal yang selalu memperbaiki hati. Dengan shalat ini kesabaran akan tetap ada dan tidak akan terputus. Justeru shalat akan mempertebal kesabaran sehingga akhirnya kaum muslimin akan ridha, tenang, teguh dan yakin. Allah swt berfirman:
Hai orang-orang yang
beriman, mohonkanlah pertolongan Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya
Allah senantiasa beserta orang-orang yang sabar (QS Al Baqarah [2]:153).
Sikap kedua yang
harus kita tunjukkan bila terjadi musibah adalah memberikan pertolongan.
Sebagai bukti dari rasa senasib sepenanggungan bahwa musibah di berbagai daerah
di negeri kita adalah musibah kita bersama, maka menjadi kewajiban kita untuk
membantu atau menolong sesuai dengan tingkat kemampuan kita masing-masing,
bahkan bila kita merasa tidak mampu, maka kitapun harus mengorbankan
kepentingan-kepentingan pribadi, keluarga dan kelompok yang tidak urgen (tidak
penting sekali), karena sesulit-sulitnya kita, saudara kita yang kini telah
kehilangan begitu banyak keluarga dan harta jauh lebih sulit. Ini berarti, yang
teruji dari musibah di suatu daerah bukan hanya orang-orang yang berada di
daerah itu, tapi kita semua.
Persoalan bencana di
berbagai daerah adalah persoalan yang sangat besar yang bisa jadi pemerintah
tidak sanggup mengatasinya, karenanya dibutuhkan partisipasi semua pihak tanpa
harus saling menuduh dengan tuduhan-tunduhan keji. Tugas kita sekarang adalah
menolong. Allah swt berfirman:
Dan tolong menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya (QS Al Maidah [5]:2).
Jamaah yang berbahagia
Ketiga, yang merupakan sikap positif dalam menghadapi bencana adalah optimis. Kita mengakui bahkan bisa merasakan betapa sulit dan berat persoalan yang dihadapi oleh masyarakat yang dilanda bencana khususnya dan kita semua sebagai warga bangsa akibat dari musibah itu. Namun kitapun tidak boleh larut dalam kesedihan, sebab bila bicara tentang kesulitan, maka banyak sekali dari generasi terdahulu yang dipaparkan dalam sejarah, termasuk di dalam Al-Qur’an yang jauh lebih sulit lagi, karena itu ketika Nabi Muhammad saw mengalami kondisi yang sangat sulit dalam perjuangan, beliau tidak boleh bersikap berlebihan dalam arti tidak boleh merasa sebagai orang yang paling sulit. Harta boleh habis, saudara atau keluarga boleh berkurang, bahkan kekuatan kita menjadi semakin lemah, tapi yakinlah bahwa masih ada Allah swt yang Maha Berkuasa dan Maha Tahu atas kondisi yang kita alami, karena itu setiap kita harus istiqamah dalam kebenaran, Allah swt berfirman:
Maka tetaplah kamu pada
jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang-orang
yang bertaubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya
Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS Hud [11]:112).
Oleh karena setiap kita,
baik yang menjadi korban, keluarga, teman hingga sesama muslim dan sebagai
warga bangsa, harus memiliki sikap optimis bahwa ada hari esok yang lebih baik.
Seiring dengan sikap
optimisme, juga selalu berdo’a kepada Allah swt agar kita memperoleh kemudahan
dan kekuatan yang dibutuhkan dalam mengatasi persoalan.
Demikian, semoga bermanfaat bagi kita semua, amien.
Mari kita berdoa
Comments
Post a Comment