Setiap perjalanan selalu menorehkan kenangan, baik menyenangkan, mendebarkan, menyedihkan dan berbagai perasaan lain.
Perjalanan ke kawasan Gunung Bromo kali ini, meski untuk kedua kalinya saya lakukan, tetap memberikan kesan yang berbeda dibandingkan dengan tujuh tahun lalu.
***
Tiba di Desa Sukapura Probolinggo untuk start menuju puncak dengan kendaraan Jeep Hardtop, waktu sudah menunjukkan pukul 03.00. Ini agak lambat. Seharusnya pukul 02.00.
Dari empat kelompok, saya satu kendaraan bersama istri, dokter Shinta dan Lily. Kelompok kami didampingi Agung, pemandu travel.
Seperti biasa, wisata ke kawasan Gunung Bromo target utamanya bisa melihat keindahan alam saat matahari terbit (sunrise) dari puncak gunung.
Karena waktu start agak lambat, driver langsung tancap gas menembus kegelapan agar tidak kesiangan menuju target.
Jalan berliku dan tanjakan ekstrim yang kami lalui mulai mengguncang tubuh para penumpang. Berkali-kali kami berteriak dan saling berkomentar saat menyalip atau disalip kendaraan lain yang jumlahnya ribuan. Teriakan dan tertawa lepas juga untuk mengurangi rasa takut dan rasa dingin yang menggigit tulang.
Namun secepat perjalanan yang kami lakukan ternyata tidak bisa mencapai target. Sampai di titik sebelum puncak, waktu sudah mendekati pukul 07.00. Sinar mentari pun mulai menyebar menerangi bumi di kawasan Gunung Bromo.
Sementara ratusan kendaraan mobil pengangkut rombongan terlihat mengular. Macet total. Gak bisa bergerak. Banyak penumpang turun untuk berjalan kaki. Tapi sebagian besar hanya pasrah.
"Kita sudah gak mungkin bisa menyaksikan keindahan Sunrise," gumam beberapa orang.
"Ya, kita hanya bisa menyaksikan kerumunan manusia yang kecewa," sambung yang lain.
"Udahlah, mending kita ngopi-ngopi aja di warung. Lupakan semua kekecewaan. Kita syukuri aja. Memang kita hanya bisa merencanakan, tapi semua tergantung kehendak Allah SWT." Seorang setengah baya mencoba menetralisir keadaan.
Inilah secuil catatan perjalanan kedua saya kawasan ke Bromo. Ternyata Allah belum mengijinkan kami menyaksikan keindahan Sunrise dari sebuah puncak di kawasan Gunung Bromo.
Sebenarnya ada banyak kejadian yang bisa kami ceritakan dalam perjalanan kali ini. Misalnya mobil yang kami tumpangi terperosok dalam jepitan lubang jalan di sebuah tikungan maut, di atas jurang menganga. Dalam kegelapan lagi.
Tapi...
Tetaplah bersangka baik untuk semua keadaan. Kita terima dengan rasa syukur dan ikhlas.
Suparto
Comments
Post a Comment