Skip to main content

Ramadhan di Tengah Pandemi Covid-19



Tak terasa hari ini kita memasuki bulan Ramadhan 1441 H. Bagi umat Islam, Ramadhan adalah bulan yang selalu dinanti, bulan penuh rahmat dan ampunan. Bulan diturunkannya Al-Qur’an sebagai sumber petunjuk bagi umat manusia, khususnya kaum muslimin, pembeda antara yang haq dan bathil serta penjelasan mengenai petunjuk itu sendiri. 

Ramadhan satu-satunya nama bulan yang diabadikan Allah dalam Al-Qur’an, di dalamnya terdapat malam yang digambarkan lebih baik dari seribu bulan (lailatul qodar). Bulan yang agung dan berlimpah keberkahan. Itulah Ramadhan.

Maka dengan berbagai keistimewaannya inilah kita dianjurkan bergembira dan bersukacita dalam menyambutnya. Sebab kegembiraan menyambut Ramadhan itu juga menjadi salah satu tanda keimanan seorang muslim. Ibarat akan menyambut tamu agung yang dinanti-nanti, maka kita perlu mempersiapkan segalanya dengan senang hati.

Katakanlah (Muhammad), Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus [10]: 58)

Namun, kegembiraan itu sepertinya harus beriringan dengan kesedihan. Ada musibah berupa wabah Virus Corona yang mungkin akan menemani kita selama Ramadhan, bahkan beberapa bulan ke depannya. Allahu ‘alam.

Ya, dalam tiga bulan ini pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) melanda dunia. Virus yang berawal dari Kota Wuhan di Provinsi Hubei, Cina ini dalam waktu singkat menyebar ke lebih dari 200 negara di dunia, termasuk Indonesia. Pada 11 Maret 2020, WHO (World Health Organization) pun mengumumkannya sebagai pandemi global.

Pemerintah Indonesia meresponnya dengan menyatakan status Bencana Nasional non-alam dan kemudian mengeluarkan aturan sosial dan physical distancing guna mencegah penularan lebih masif. Kampus dan sekolah-sekolah mengalihkan proses belajar menjadi sistem daring, sejumlah perusahaan tutup dan instansi menugaskan karyawan atau pegawainya untuk bekerja dari rumah atau merumahkan karyawannya. Dunia seakan “diistirahatkan” dengan adanya pandemi Covid-19 ini, manusia tidak dapat beraktivitas seperti biasanya.

Pemerintah mengumumkan penambahan kasus Covid-19 di Indonesia. Hingga Kamis (23/4/2020) pukul 12.00 WIB, terdapat 357 kasus baru Covid-19 di Tanah Air.

"Sehingga jumlah totalnya 7.775 orang," ujar Achmad Yurianto di Graha BNPB, Kamis. (Kompas.com - 24/04/2020, 07:50 WIB)

Dalam periode yang sama, terdapat penambahan 47 pasien Covid-19 yang sembuh. Total, hingga Jumat (24/4/2020) pagi ini, terdapat 960 pasien yang dinyatakan sembuh setelah dua kali pemeriksaan swab. 

Namun, ada penambahan 11 pasien Covid-19 yang meninggal dunia.
Sehingga total, ada 647 pasien Covid-19 yang meninggal dunia sejak kasus ini diumumkan untuk kali pertama pada 2 Maret 2020. Selain itu, dampak penyebaran virus corona telah menyebar di 34 provinsi dan 267 kabupaten/kota.

Hal ini tentu menjadi kabar kurang baik, bagi umat Islam di Indonesia yang berharap dapat menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan ketenangan dan kekhusukan.

Walau demikian, di tengah situasi sulit seperti ini kita tetap harus menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan penuh kegembiraan dan harapan.

Sebab Ramadhan adalah momentum olah jiwa tahunan (riyadhah tsanawiyah), dimana ada dua dimensi yang dibentuk disini, yaitu ruhiyah dan jasadiyah. Pertama, dimensi ruhiyah yang mencakup segala hal tentang semangat dan ketaatan dalam beribadah (sholat, tilawah, dzikir, dll). Kedua, dimensi jasadiyah yang menguji ketahanan fisik, dengan adanya larangan makan dan minum dari mulai terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari di waktu maghrib.

Karena Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya banyak keutamaan dan melimpah keberkahan, sayang jika dilalui begitu saja tanpa produktivitas tinggi yang penuh arti.

Membaca buku, menulis, mendengar tausyiah, podcast, mengikuti kajian daring, membuat kerajinan tangan, dll. bisa menjadi alternatif untuk mengisi waktu selama Ramadhan.

#DiRumahAja, tentu yang paling utama memperbanyak amal ibadah kepada Allah. Dengan ruang terbatas di tengah pandemi Covid-19 bukan menjadi alasan untuk kita melakukan banyak kemalasan dan kemubadziran.

Apalagi jika kita berkaca pada sejarah, banyak peristiwa besar dalam peradaban umat Islam terjadi di bulan Ramadhan. Perang Badar pada tanggal 17 Ramadhan 2 Hijriyah, pertempuran kaum muslimin dengan kaum kafir Quraisy, dimana dengan rasio kekuatan 1/3 dari musuh, umat Islam mampu memenangi pertempuran tersebut. Kita tidak dapat membayangkan bagaimana sebuah pasukan yang sedang berpuasa bisa terus berperang mengangkat pedang. Bahkan memenangkan pertempuran yang sama sekali tidak seimbang. Namun itulah janji Allah, Tuhan yang tidak pernah ingkar akan janji-Nya.

Di Indonesia Ramadhan juga bulan bersejarah karena proklamasi kemerdekaan jatuh pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 yang bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 Hijriyah. Ini artinya puasa di bulan Ramadhan bukan alasan untuk malas berpikir maupun bertindak.

Sekarang disaat kita berpuasa, berjuang melawan hawa nafsu, juga perang melawan virus corona dengan berbagai cara yang sudah ditunjukkan oleh pemerintah dan para ahlinya yang dikenal dengan protokol kesehatan. 

Puasa Untuk Orang Beriman

Allah berfirman. “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS. Al-Baqarah, 183)

Perintah berpuasa sesungguhnya bukan titah biasa. Kata amanu di ayat tersebut merupakan panggilan khusus bagi mereka yang mengaku dirinya beriman. Ini berbeda dengan lafadz lain semisal ayuha an-naas (wahai manusia), yang merupakan seruan umum kepada semua umat manusia. Dengan berpuasa, kita telah mengaku diri sekaligus membuktikan sebagai orang yang beriman.

Sekali lagi, bulan Ramadhan adalah bulan yang berlimpah pahala kebaikan,. Untuk mendapat pahala tersebut kita harus menguatkan iman kita, agar bisa melakukan banyak amalan kebaikan. Melakukan ibadah, baik yang wajib maupun sunnah, mulai dari sholat wajib, tarawih, tilawah, dzikir, sedekah, dan memperluas wawasan keislaman. Tujuan akhir dari itu semua adalah untuk mencapai derajat takwa (la’allakum tattaquun).

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni” (HR. Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu mari kita senantiasa membersihkan jiwa maupun raga dengan terus meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt. Jadikan bulan Ramadhan kali ini sebagai momentum refleksi dan muhasabah diri atas apa yang dilakukan sebelas bulan kebelakang.

Kita harus tetap husnudhan, bersangka baik kepada Allah. Barangkali dengan adanya wabah ini Allah menghendaki agar kaum muslimin lebih banyak waktu dalam mendekatkan diri dan memperbanyak ibadah kepada-Nya. 

kita juga harus berhusnudha kepada sesama, dengan bijak dalam merespon perbedaan yang terjadi di tengah masyarakat. Faktanya, diantara kita terbelah dalam melaksanakan ibadah di tengah musibah ini. Ada yang tidak melaksanakan ibadah shalat berjamaah, baik rawatif maupun shalat Jumat di masjid, atas dasar seruan MUI dan Pemerintah untuk menghindari penyebaran virus ini. Sedangkan sebagian lagi ada yang tetap melaksanakan shalat berjamaah di masjid, dengan keyakinan bahwa masjid adalah tempat terbaik untuk beribadah. 

Dengan sikap bijak, masing-masing pihak hendaknya tidak saling mengujat dan tidak menganggap pihak lain sebagai yang salah. 

Mari kita berdo’a semoga pandemi Covid-19 ini segera berlalu, agar kita bisa menjalani Ramadhan dengan tenang dan khusuk.

Comments

Popular posts from this blog

TANGGAP WACANA ATUR PAMBAGYA HARJA

Pada rangkaian acara resepsi pernikahan, keluarga yang mempunyai hajat (punya kerja), berkewajiban menyampaikan sambutan (tanggap wacana) selamat datang kepada seluruh hadirin. Dalam tatacara resepsi adat Jawa disebut Atur Pambagya Harja, atau atur pambagya wilujeng. Dalam sambutan ini, orang yang punya kerja akan mewakilkan kepada orang tertentu yang ditunjuk, biasanya ketua RT/RW, atau orang yang dituakan di lingkungannya. Nah, ketika menjadi ketua RT, saya pernah mendapat tugas untuk menyampaikan pidato (tanggap wacana) tersebut. ****** Berikut contoh / tuladha atur pambagya harja yang pernah saya sampaikan…. Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -        Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -        Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Allah SWT, Gusti Ingkang Mah

CONTOH ATUR PANAMPI PASRAH TEMANTEN SARIMBIT ACARA NGUNDUH MANTU

Bp-Ibu Bambang Sutopo  Assalamu'alaikum wrwb. 1.      Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.. 2.      Panjenenganipun Bapa Suwardi minangka sulih sarira saking Bapa Gito Suwarno-Ibu Tuginem, ingkang tuhu kinurmatan. 3.      Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang bagya mulya. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Allah SWT - Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bp. Bambang Sutopo, S.Pd,  sekalian Ibu Jari, keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah saking kulawarga Bapa Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem. Ingkang sepisan , kula minangkani punapa ingkang dados kersanipun Bapa Bambang Sutopo sekalian dalasan sedaya kulawarga, ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bp Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem-sapendherek,  ingkang pidalem w onten ing   Dukuh Jenggrik,  Desa Purwosuman,  Kec. Sidoharjo, Kab Sragen. Kaping kalih , menggah salam taklim 

ATUR PASRAH BOYONG TEMANTEN KEKALIH

Salah satu rangkaian adat Jawa setelah melangsungkan resepsi pernikahan adalah, keluarga temanten perempuan memboyong kedua mempelai kepada keluarga orangtua mempelai laki-laki (besan).  Sebelum masuk rumah keluarga besan, diadakan acara “Atur Pasrah” dari keluarga mempelai perempuan, dan “Atur Panampi” dari keluarga besan. Berikut adalah tuladha (contoh) sederhana “Atur Pasrah” yang saya susun dan laksanakan. *** Assalamu ‘alaikum Wr.Wb. Bismillahirrahmanirrahim. Al-hamdu lillahi rabbil ‘alamin. * Para sesepuh pinisepuh ingkang dahat kinabekten ** Panjenenganipun Bp.Waluyo dalasan Ibu Sumarni ingkang kinurmatan *** P ara rawuh kakung putri ingkang bagya mulya . Kanti  ngunjukaken raos syukur dumateng Allah SWT, Gusti Ingkang Moho Agung. Sowan kula mriki dipun saroyo dening panjenenganipun Bapa Haji Supriyadi, S.Pd dalasan Ibu Hajah Lasmi ingkang pidalem wonten Plumbungan Indah RT.27/RW.08 Kelurahan Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Sragen, kepareng matur

Pidato Kocak Dai Gokil

Humor sebagai salah satu bumbu komunikasi dalam berpidato hingga kini masih diakui kehebatannya. Ketrampilan   menyelipkan humor-humor segar dalam berpidato atau ceramah,   menjadi daya pikat tersendiri bagi audien atau pendengarnya sehingga membuat mereka betah mengikuti acara sampai selesai. Buku saku berjudul “Pidato-pidato Kocak ala Pesantren” karya Ustad Nadzirin (Mbah Rien) ini mungkin bisa menjadi referensi bagi pembaca yang ingin menciptakan suasana segar dalam berpidato. Buku setebal   88 halaman yang diterbitkan oleh Mitra Gayatri Kediri (tanpa tahun) ini berisi contoh-contoh pidato penuh humor. Membaca buku yang menyajikan enam contoh pidato yang oleh penulisnya dimaksudkan untuk bekal dakwah   para dai gokil dan humoris ini saya ngakak abis .  Pengin tahu cuplikannya? Silahkan simak berikut ini. “Saudara dan saudari.  Baik eyang putra maupun eyang putri…Semua tanpa kecuali yang saya cintai… Meski kalian semua tidak merasa saya cintai…” “…..Allah tela

Atur Wangsulan Lamaran Calon Temanten

Meski tugas juru bicara untuk menyampaikan lamaran (pinangan) seperti yang saya tulis kemarin berlangsung 'glagepan' dan 'gobyoss', namun oleh beberapa teman,  saya dianggap 'sukses'.  "Bagus Pak. Sederhana dan 'cekak aos' apa yang menjadi inti," kata teman.  Tapi bagi saya pribadi, respon teman itu mungkin bisa diartikan lain. Sekedar untuk menyenangkan saya atau 'nyindir'. Namun tetap saya ucapkan terima kasih, karena memberi saya kesempatan untuk belajar dari pengalaman.  Betul. Beberapa hari setelah kejadian itu, saya diminta lagi untuk menjadi 'juru bicara' sebagai pihak yang harus menyampaikan jawaban/tanggapan atas lamaran di keluarga lain. Saya pun tak bisa mengelak. Karena waktunya sangat mendadak maka konsep saya tulis tangan dengan banyak coretan.  Seperti diketahui, setelah adanya lamaran dari keluarga pihak lelaki, biasannya diikuti dengan kunjungan balasan untuk  menyampaikan jawaban atau balasan.

ATUR PASRAH CALON TEMANTEN KAKUNG BADE IJAB ( Kanthi Prasaja ) )

Setelah dua kali mendapat mandat menjadi ‘talanging basa’ atau juru bicara untuk menyampaikan dan menerima ‘lamaran’ atau pinangan, dikesempatan lain ternyata saya ‘dipaksa’ lagi menjalani tugas untuk urusan adat Jawa. Kali ini, saya diminta salah satu keluarga untuk menjadi juru bicara ‘atur pasrah calon temanten kakung’ - pasrah calon mempelai pria, kepada calon besan menjelang acara ijab qabul. Permintaan tersebut saya jalani, meski, sekali lagi, dengan cara yang amat sederhana dan apa adanya. Pengetahuan dan pengalaman yang sangat minim tidak menghalangi saya untuk melaksanakan tugas tersebut sebagai bagian dari pengabdian di tengah masyarakat. ****** Berikut contoh atau tuladha apa yang saya sampaikan tersebut. Assalamu 'alaikum wr.wb. ·           *** Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.      *** Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. ·          *** Panjenenganipun Bapak Susilo ingkang hamikili Bapak Sukimin sek

Tanggap Wacana Basa Jawi dan Contoh Lamaran

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi yang berpengaruh pada perubahan perilaku masyarakat, ternyata masih banyak orang tetap memegang teguh   dan ‘nguri-nguri’ (melestarikan) warisan ‘Budaya Jawa’. Salah satu warisan tersebut adalah ‘Tanggap Wacana Basa Jawi’ atau pidato bahasa jawa dalam acara-acara adat maupun ‘pasamuan’ (pertemuan) keluarga dan warga kampung, terutama   di ‘tlatah’ (daerah) Jawa Tengah dan Jawa Timur. Atau di berbagai daerah di Indonesia yang terdapat komunitas atau kelompok masyarakat ‘Jawa’. Bagi sebagian orang, meski mereka hidup di lingkungan masyarakat berbudaya Jawa, tanggap wacana basa jawi (pidato bahasa jawa) sering dianggap momok karena sulit pengetrapannya. Ketidakmampuan mereka bisa karena sudah ngga peduli dengan bubaya jawa atau ngga mau belajar, sehingga keadaan sekarang ini ibarat ‘Wong Jowo Ilang Jawane’ – orang Jawa sudah kehilangan jatidirinya sebagai orang Jawa. Namun bagi orang yang kebetulan di- tua -kan di li

ATUR PAMBAGYA HARJA WILUJENG

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -       Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -       Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingkang Maha Kawasa, awit saking peparing ni’mat saha berkahipun, panjenengan dalasan kula saget makempal manunggal, wonten papan punika kanthi wilujeng mboten wonten alangan satunggal punapa. Para Rawuh Kakung Sumawana Putri ingkang minulya. Kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bapa Ignasius Sarono, S.Pd dalasan Ibu Dra. Christiana Sri Wahyuni Kustiasih, M.Pd , ingkang pidalem ing Plumbungan Indah Sragen, wonten kalenggahan punika kepareng matur : Sepisan , bilih Bapa Ibu Iganasius Sarono ngaturaken syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingakang Maha Kawasa, awit   saking Berkahi-pun, saha donga pangestu panjenengan sedaya, sampun kal

ATUR PANAMPI PASRAH CALON TEMANTEN BADE IJAB

Assalamu'alaikum wrwb. -    Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten. -    Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. -    Panjenenganipun Bapak….                  ingkang hamikili Bapak Karjiyono, SE, MM – Ibu Rr. Erniani Djihad Sismiyati (alm) ingkang tuhu kinurmatan. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka sulih salira saking panjenenganipun Bp. Haji Mulyono Raharjo, S.Pd, MM   sekalian Ibu Sri Sayekti, Sm,Hk keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah calon temanten kakung. Ingkang sepisan , kula minangkani Bapak Mulyono Raharjo sekalian, dalasan sedaya kulawarga ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bapak Karjiyono, sapendherek, ingkang pidalem wonten ing   Jombor Lor, RT.01/18, Kel. Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Ngayogyakarta Hadiningrat. Kaping kalih , menggah salam taklim Bp. Karjiyono sekalian lumantar panjenengan s