Tulisan ini berawal dari sebuah pernyataan yang kemudian berujung
pertanyaan. Pernyataannya adalah Islam itu agama yang mudah dan luas (al-islamu
dinun yusrun wus’atun). Sedangkan pertanyaannya adalah mana dalil pendukung
pernyataan tersebut dan bagaimana penjabarannya? Apakah pernyataan itu
dibenarkan oleh nushush al-syari’ah (teks-teks syariah)?
Untuk menjawabnya, terlebih dahulu kita perlu melacak dari mana
pernyataan itu berasal. Ternyata ia langsung dari Baginda Nabi shallallahu‘alaihi
wasallam. Ada dalam sebuah hadis dengan sanad sahabat Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu. Di sana beliau menyatakan:
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ
غَلَبَهُ ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا ، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ
وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ
Artinya,
“Sesungguhnya agama itu mudah. Dan selamanya agama tidak akan memberatkan
seseorang melainkan memudahkannya. Karena itu, luruskanlah, dekatilah, dan
berilah kabar gembira! Minta tolonglah kalian di waktu pagi-pagi sekali, siang
hari di kala waktu istirahat dan di awal malam,” (HR. al-Bukhari [39] dan
Muslim [2816]).
Maksud
hadis ini ialah syariat yang Allah turunkan kepada umat Baginda Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam mudah dan tidak sulit. Allah telah mengangkat
hal-hal yang memberatkan mereka. Sehingga ia tidak memaksa seorang hamba
kecuali sesuai kemampuannya.
Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
Artinya, “Allah menghendaki kalian
kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan,” (Q.S. al-Baqarah [2] : 185).
Dalam ayat
lain, Allah SWT berfirman: وَجَاهِدُوْا
فِى اللّٰهِ حَقَّ جِهَادِهۗ هُوَ اجْتَبٰىكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِى
الدِّيْنِ مِنْ حَرَجٍۗ مِلَّةَ اَبِيْكُمْ اِبْرٰهِيْمَۗ هُوَ سَمّٰىكُمُ
الْمُسْلِمِيْنَ ەۙ مِنْ قَبْلُ وَفِيْ هٰذَا لِيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ شَهِيْدًا
عَلَيْكُمْ وَتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِۖ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ
وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاعْتَصِمُوْا بِاللّٰهِ ۗهُوَ مَوْلٰىكُمْۚ فَنِعْمَ
الْمَوْلٰى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ
Artinya, “Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang
sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran
untukmu dalam agama. (Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah
menamakan kamu orang-orang muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam
(Al-Quran) ini, agar Rasul (Muhammad) itu menjadi saksi atas dirimu dan agar
kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka laksanakanlah salat;
tunaikanlah zakat, dan berpegang-teguhlah kepada Allah. Dialah Pelindungmu; Dia
sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong,” (Q.S. al-Hajj [22]: 78).
Di dalam
tafsirnya, Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini sebagai berikut, “Allah tidak
membebani kalian melainkan sebatas kemampuan. Tiada sesuatu yang dibebankan
kepada kalian kemudian kalian merasa berat atasnya, melainkan Allah sediakan
jalan keluarnya.” (Lihat: Tafsir Ibn Katsir, Damaskus: Dar al-Fikr, tt.: Juz 5,
hal. 455).
Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: إِذَا
أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ Artinya, “Apabila aku perintahkan kepada kalian
mengerjakan suatu perkara, maka laksanakanlah semampu kalian,” (HR.
al-Bukhari-Muslim).
Sebagai
bukti penerapan ayat dan hadis di atas adalah Allah telah banyak menurunkan
rukhshah (dispensasi) dalam praktik ibadah, seperti kebolehan berbuka puasa
bagi orang sakit atau sedang bepergian jauh pada bulan Ramadlan. Shalat boleh
dilaksanakan sambil duduk manakala seseorang tidak mampu berdiri, dan masih
banyak lagi rukhshah lainnya.
Pertanyaannya,
bagaimana kalau ada yang mengatakan bahwa agama itu sulit? Setidaknya
ada dua kemungkinan bagi orang yang memiliki anggapan itu. Pertama, ia
mungkin takut berjihad sehingga berpaling dari mengikutinya sambil mengatakan
agama itu sulit. Contohnya, ia berat mengeluarkan infak dan sedekah, padahal
untuk membangun madrasah, membangun fasilitas umum, dan sejenisnya. Orang ini
seperti terhijab hatinya dari menyaksikan keindahan dan kemudahan agama Allah
SWT.
Kedua, ia mungkin sedang mengajukan keberatan bila diajak berkorban dan
berjuang bersama. Dua kondisi ini sudah disindir oleh
Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadis riwayat Mu‘adz ibn Jabal.
Hadis ini secara jelas menggambarkan rukhshah dan kemudahan dimaksud.
كُنْتُ مَعَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، فَأَصْبَحْتُ يَوْمًا
قَرِيبًا مِنْهُ وَنَحْنُ نَسِيرُ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي
بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي عَنِ النَّارِ، قَالَ: لَقَدْ
سَأَلْتَنِي عَنْ عَظِيمٍ ، وَإِنَّهُ لَيَسِيرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللَّهُ
عَلَيْهِ ، تَعْبُدُ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكْ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ ،
وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصُومُ رَمَضَانَ، وَتَحُجُّ البَيْتَ
Artinya,
“Suatu ketika aku bersama Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam dalam suatu
perjalanan safar. Dan saat berjalan aku berada sangat dekat dengan beliau.
Kemudian aku berkata, ‘Wahai Rasullallah! Ajarkanlah aku suatu amal yang bisa
memasukkanku ke surga dan semakin menjauhkanku dari neraka!’ Beliau menjawab,
‘Sungguh kamu telah mengajukan sebuah pertanyaan yang sangat agung kepadaku.
Namun sesungguhnya hal itu mudah bagi orang yang dikehendaki oleh Allah.
Sembahlah Allah, dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun! Laksanakan
shalat, tunaikan zakat, berpuasalah di bulan Ramadhan lalu laksanakanlah haji,”
(HR. al-Tirmidzi).
Apa
indikator bahwa Allah memudahkan seorang hamba dalam melaksanakan agama-Nya?
Sebuah hadis dalam Syarah Riyadh al-Shalihin menyatakan:
فأنت تجد المؤمن الذي شرح الله صدره للإسلام يصلي براحة ، وطمأنينة ،
وانشراح صدر، ومحبة للصلاة، ويزكي كذلك ، ويصوم كذلك ، ويحج كذلك ، ويفعل الخير
كذلك، فهو يسير عليه ، سهل قريب منه
Artinya,
“Kamu akan menemukan orang mukmin yang dadanya dilapangkan Allah untuk
menampung (nilai-nilai) Islam. Ia shalat dengan nyaman, tenang, lapang dada,
dan penuh kecintaan kepada shalat. Demikian pula dalam berzakat, berpuasa,
menunaikan ibadah haji, dan beramal kebajikan lainnya. Dan semua itu
dilakukannya dengan mudah, bahkan sangat mudah.” (Lihat: Syarah Riyadl
al-Shalihin, Juz 2, hal. 100)
Demikian
sekilas penjelasan tentang pernyataan “Islam itu agama yang mudah dan luas.”
Pernyataan ini pun ternyata didukung oleh teks-teks syariat. Semoga bermanfaat
bagi kita semua. Wallahu a’lam.
Ustadz Muhammad Syamsudin, Tim Peneliti Aswaja NU Center PWNU Jawa
Timur
Selasa, 12 November 2019 | 15:46 WIB
Muhammad Syamsudin
Sumber: https://nu.or.id/syariah/islam-itu-agama-yang-mudah-mana-dalilnya-LHzm0
-----
Islam Adalah Agama yang Mudah
Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir
Jawas
Islam adalah agama yang mudah dan sesuai dengan
fitrah manusia. Islam adalah agama yang tidak sulit. Allah Azza wa Jalla
menghendaki kemudahan kepada umat manusia dan tidak menghendaki kesusahan
kepada mereka. Allah Azza wa Jalla mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wa sallam sebagai rahmat.
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan Kami tidak
mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam.” [Al-Anbiyaa/21: 107]
Allah menurunkan
Al-Qur-an untuk membimbing manusia kepada kemudahan, keselamatan, kebahagiaan
dan tidak membuat manusia celaka, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :
مَا
أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَىٰ إِلَّا تَذْكِرَةً لِّمَن يَخْشَىٰ
تَنزِيلًا مِّمَّنْ خَلَقَ الْأَرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلَى
“Kami tidak menurunkan Al-Qur-an ini kepadamu
(Muhammad) agar engkau menjadi susah; melainkan sebagai peringatan bagi orang
yang takut (kepada Allah), diturunkan dari (Allah) yang menciptakan bumi dan
langit yang tinggi.” [Thaahaa/20: 2-4]
Contoh tentang kemudahan Islam:
1.
Menuntut ilmu
syar’i, belajar Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salaf adalah mudah.
Kita dapat belajar setiap hari atau sepekan dua kali, di sela-sela waktu kita
yang sangat luang.
2.
Mentauhidkan
Allah dan beribadah hanya kepada-Nya adalah mudah.
3.
Melaksanakan
Sunnah-Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah mudah, seperti
memanjangkan jenggot, memakai pakaian di atas mata kaki, dan lainnya.
4.
Shalat hanya
diwajibkan 5 waktu dalam 24 jam. Orang yang khusyu’ dalam shalat, paling lama
10 menit, dalam hitungan hari ia melaksanakan shalatnya dalam sehari hanya 50
menit dalam waktu 24 x 60 menit.
5.
Orang sakit
wajib shalat, boleh sambil duduk atau berbaring jika tidak mampu berdiri.
6.
Jika tidak ada
air (untuk bersuci), maka dibolehkan tayammum.
7.
Jika terkena
najis, hanya dicuci bagian yang terkena najis, (agama lain harus menggunting
pakaian tersebut dan dibuang).
8.
Musafir
disunnahkan mengqashar (meringkas) shalat dan boleh menjama’ (menggabung) dua
shalat apabila dibutuhkan, seperti shalat Zhuhur dengan ‘Ashar, dan Maghrib
dengan ‘Isya’.
9.
Seluruh
permukaan bumi ini dijadikan untuk tempat shalat dan boleh dipakai untuk
bersuci (tayammum).
10.
Puasa hanya
wajib selama satu bulan, yaitu pada bulan Ramadlan setahun sekali.
11.
Orang sakit dan
musafir boleh tidak berpuasa asal ia mengganti puasa pada hari yang lain,
demikian juga orang yang nifas dan haidh.
12.
Orang yang sudah
tua renta, perempuan hamil dan menyusui apabila tidak mampu boleh tidak
berpuasa, dengan menggantinya dalam bentuk fidyah.[2]
13.
Zakat hanya
wajib dikeluarkan sekali setahun, bila sudah sampai nishab dan haul.
14.
Haji hanya wajib
sekali seumur hidup. Barangsiapa yang ingin menambah, maka itu hanyalah sunnah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya oleh al-Aqra’ bin Habis
tentang berapa kali haji harus ditunaikan, apakah harus setiap tahun ataukah
hanya cukup sekali seumur hidup? Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab:
بَلْ
مَرَّةً وَاحِدَةً فَمَنْ زَادَ فَهُوَ تَطَوُّعٌ.
“Haji
itu (wajibnya) satu kali, barangsiapa yang ingin menambah, maka itu sunnah.”[3]
15.
Memakai jilbab
mudah dan tidak berat bagi muslimah sesuai dengan syari’at Islam. Untuk masalah
jilbab silahkan lihat kitab Jilbab Mar’ah Muslimah oleh Syaikh Imam Muhammad
Nashirudin al-Albani rahimahullah.
16.
Qishash (balas
bunuh) hanya untuk orang yang membunuh orang lain dengan sengaja.[4]
Allah Azza wa Jalla menginginkan kemudahan dan tidak
menginginkan kesulitan atas hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala:
يُرِيدُ
اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
“…Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…” [Al-Baqarah/2: 185]
مَا
يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَٰكِن يُرِيدُ
لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“…Allah tidak ingin
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.” [Al-Maa-idah/5: 6]
وَمَا
جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
“… Dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam
agama …” [Al-Hajj/22: 78]
Agama Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah
manusia, baik dalam hal ‘aqidah, syari’at, ibadah, muamalah dan lainnya. Allah
Azza wa Jalla menyuruh manusia untuk menghadap dan masuk ke agama fitrah. Allah
Azza wa Jalla berfirman:
فَأَقِمْ
وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ
عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
(Islam); (sesuai) fitrah Allah yang Dia telah menciptakan manusia menurut
(fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Ar-Ruum/30: 30]
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَامِنْ
مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ
يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ.
“Tidaklah seorang bayi dilahirkan kecuali dalam
keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani,
atau Majusi.”[5]
Tidak mungkin, Allah Azza wa Jalla yang telah
menciptakan manusia, kemudian Allah Azza wa Jalla memberikan beban kepada
hamba-hamba-Nya apa yang mereka tidak sanggup lakukan, Mahasuci Allah dari
sifat yang demikian.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَا
يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya.” [Al-Baqarah/2: 286]
Tidak ada hal apa pun yang sulit dalam Islam. Allah
Azza wa Jalla tidak akan membebankan sesuatu yang manusia tidak mampu
melaksanakannya.
Sabda Rasulullah Saw.
إِنَّ
الدِّيْنَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ إِلاَّ غَلَبَهُ، فَسَدِّدُوْا
وَقَارِبُوْا، وَأَبْشِرُوْا، وَاسْتَعِيْنُوْا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ
وَشَيْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ.
“Sesungguhnya agama
(Islam) itu mudah. Tidaklah seseorang mempersulit (berlebih-lebihan) dalam
agamanya kecuali akan terkalahkan (tidak dapat melaksanakannya dengan
sempurna). Oleh karena itu, berlaku luruslah, sederhana (tidak melampaui
batas), dan bergembiralah (karena memperoleh pahala) serta memohon pertolongan
(kepada Allah) dengan ibadah pada waktu pagi, petang dan sebagian malam.”[6]
Orang yang menganggap
Islam itu berat, keras, dan sulit, hal tersebut hanya muncul karena:
1.
Kebodohan
tentang Islam, umat Islam tidak belajar Al-Qur-an dan As-Sunnah yang shahih
menurut pema-haman Shahabat, tidak mau menuntut ilmu syar’i.
2.
Mengikuti hawa
nafsu. Orang yang mengikuti hawa nafsu, hanya akan menganggap mudah apa-apa
yang sesuai dengan hawa nafsunya.
3.
Banyak berbuat
dosa dan maksiyat, sebab dosa dan maksiyat menghalangi seseorang untuk berbuat
kebajikan dan selalu merasa berat untuk melakukannya.
4.
Mengikuti agama
nenek moyang dan mengikuti banyaknya pendapat orang. Jika ia mengikuti
Al-Qur-an dan As-Sunnah, niscaya ia akan mendapat hidayah dan Allah Azza wa
Jalla akan memudahkan ia dalam menjalankan agamanya.
Allah Azza wa Jalla
mengutus Rasul-Nya untuk menghilangkan beban dan belenggu-belenggu yang ada
pada manusia, sebagaimana yang tersurat dalam Al-Qur-an:
الَّذِينَ
يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا
عِندَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنجِيلِ يَأْمُرُهُم بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ
عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي
كَانَتْ عَلَيْهِمْ ۚ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ
وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنزِلَ مَعَهُ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“ (Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul,
Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis), yang (namanya) mereka dapati tertulis
dalam kitab Taurat dan Injil yang ada di pada mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala
yang buruk dan membebaskan dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang
ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya
(Al-Qur-an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” [Al-A’raaf/7: 157]
Syari’at Islam adalah
mudah. Kemudahan syari’at Islam berlaku dalam semua hal, baik dalam ushul
(pokok) maupun furu’ (cabang), baik tentang ‘aqidah, ibadah, akhlak, mu’amalah,
jual beli, pinjam meminjam, pernikahan, hukuman dan lainnya.
Semua perintah dalam
Islam mengandung banyak manfaat. Sebaliknya, semua larangan dalam Islam
mengandung banyak kemudharatan di dalamnya. Maka, kewajiban atas kita untuk
sungguh-sungguh memegang teguh syari’at Islam dan mengamalkannya.
Rasulullah Saw bersabda:
يَسِّرُوْا
وَلاَ تُعَسِّرُوْا وَبَشِّرُوْا وَلاَ تُنَفِّرُوْا.
“Permudahlah dan jangan
mempersulit, berikanlah kabar gembira dan jangan membuat orang lari.”[9]
[Disalin
dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih,
Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Po Box 264 Bogor
16001, Cetakan ke 3]
_______
Footnote
[1]
Pembahasan ini diambil dari Kamaluddin al-Islami oleh Syaikh ‘Abdullah bin
Jarullah bin Ibrahim (hal. 42) dan Shuwarun min Samaahatil Islaam oleh DR.
‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdurrahman bin ‘Ali ar-Rabii’ah, cet. Darul Mathbu’aat
al-Haditsah, Jeddah th. 1406 H, dan kitab-kitab lainnya
[2]
Lihat Irwaa-ul Ghalil fii Takhriiji Ahaadits Manaaris Sabiil (IV/17-25) juga
Shifat Shaumin Nabiy (hal. 80-85) oleh Syaikh Salim al-Hilaly dan Syaikh ‘Ali
Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid, cet. Maktabah al-Islamiyyah, th. 1412 H.
[3]
HR. Abu Dawud (no. 1721), al-Hakim (II/293), an-Nasa-i (V/111), dan Ibnu Majah
(no. 2886), lafazh ini milik Abu Dawud.
[4]
Lihat QS. Al-Baqarah 178-179
[5]
HR. Al-Bukhari (no. 1358) dan Muslim (no. 2658), dari Shahabat Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu.
[6]
HR. Al-Bukhari (no. 39), Kitabul Iman bab Addiinu Yusrun, dan an-Nasa-i
(VIII/122), dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu
[7]
Lihat surat al-Baqarah ayat 54
[8]
Lihat Shuwarun min Samaahatil Islaam oleh Dr. ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdur Rahman
bin ‘Ali ar-Rabii’ah.
[9]
HR. Al-Bukhari (no. 69, 6125), Muslim (no. 1734) dan Ahmad (III/131) dari
Shahabat Anas Radhiyallahu anhu. Lafazh ini milik al-Bukhari.
Referensi
: https://almanhaj.or.id/2219-islam-adalah-agama-yang-mudah.html
Comments
Post a Comment