Ketakutan dan kesedihan sebagai sebuah gejala psikologis dan religious, sebenarnya dapat dilacak asal-usulnya melalui pemahaman mengenai sejumlah faktor yang memperpanjang proses ketakutan dan kesedihan tersebut. Menurut M. Ali Rahmatullah (2005), ada empat faktor yang menjadi sumber munculnya ketakutan dan kesedihan. Pertama, ketiadaan atau kurangnya ilmu . Seseorang yang tiada atau kurang berilmu, terutama keilmuan agama, akan menderita kesedihan yang panjang. Mereka yang tidak mengetahui hakikat sesuatu akan tersesat dalam segala hal. Manusia lebih sering berprasangka buruk kepada Allah karena kurangnya ilmu pengetahuan keagamaan. Contohnya, ketika seseorang ditimpa penyakit, kebanyakan manusia menganggapnya suatu siksaan baginya, padahal itu tidak seluruhnya benar. Dalam beberapa nash agama diterangkan bahwa penyakit itu sebenarnya ujian bagi manusia, yang dengan penyakit itu Allah berkehendak mengangkat derajatnya dan mengampuni dosanya. Beg