Skip to main content

Bisakah Ramadhan Sepanjang Tahun

 

"Sekiranya umatku mengetahui keutamaan-keutamaan yang ada di bulan Ramadhan, niscaya mereka menghendaki agar sepanjang tahun adalah bulan Ramadhan" (HR Ibnu Majah).

 

Ramadhan telah sebulan berlalu. Semoga seluruh ibadah yang kita kerjakan di bulan Ramadhan tahun ini diterima Allah SWT. Dan kita diampuni segala dosa kita. Serta menjadikan kita semua orang-orang yang bertakwa.

Semoga ibadah yang kita laksanakan selama sebulan Ramadhan itu mampu kita jadikan bekal dalam perjalanan 11 bulan berikutnya. Dan kita diijinkan Allah untuk bertemu Bulan Ramadhan tahun mendatang. Aamiin. Yaa Rabbal ’aalamin.

 

Bagi sebagian hamba, berpisah dengan Ramadhan amat memberatkan hati. Karena  harus berpisah dengan siang yang diisi beragam amal kebajikan, dan berpisah dengan malam untuk beribadah kepada Sang Pencipta.

Bagi hamba-hamba seperti mereka, tidaklah mudah untuk berpisah dengan saat-saat seperti itu. Di saat mayoritas muslim berbahagia dan bersuka cita menyambut satu Syawal, ada sebagian yang berlinang air mata. Bukan karena tidak ikut berbahagia menyambut hari raya Idul Fitri, namun lebih karena kesedihan ketika harus berpisah dengan bulan suci.

Mereka itulah hamba yang dimaksud dalam hadits Nabi di atas. Merekalah hamba-hamba yang berharap agar semua bulan dalam tahun Hijriah adalah Ramadhan.

 

Cinderamata Ramadhan

Bulan suci Ramadhan adalah salah satu anugerah terbesar yang diberikan Allah kepada orang-orang beriman. Pemanfaatan setiap detik di bulan Ramadhan dalam bentuk ibadah kepada-Nya dan amal kebajikan terhadap sesama akan membuahkan hasil. Jika dilakukan secara tulus ikhlas, Ramadhan akan menjadi ladang buah yang siap dipetik dan dipanen.

 

Ramadhan adalah ajang penggemblengan mental dan spiritual seorang muslim untuk bekal persiapan menghadapi pertempuran baru setelah Ramadhan berakhir. Musuh utama yang akan dihadapi adalah hawa nafsu dan syaitan yang selama Ramadhan tersisihkan.

 

Berbahagialah setiap hamba yang telah melatih lisannya di bulan suci untuk berpuasa dari bergunjing dan ucapan kotor. Melatih pandangannya untuk berpuasa dari melihat yang diharamkan. Menahan pendengarannya dari ucapan-ucapan yang dilarang, dari mendengar ghibah, dan sejenisnya. Yang melatih perutnya untuk berpuasa dari segala hal yang diharamkan.

 

Berbahagialah orang yang menahan laparnya dan dapat merasakan kelaparan saudara-saudaranya baik di bulan Ramadhan maupun di bulan-bulan lainnya. Kemudian berbagi kebahagiaan dengan sesama lewat zakat dan sedekah. Beruntunglah mereka yang telah membekali diri dengan sikap peduli dan empati yang dilatih sepanjang Ramadhan.

 

Walaupun gemblengan di bulan ini terasa berat pada tingkat individu, namun pada tingkat kolektif (jama’ah) justru membawa banyak hal positif. Setiap muslim pada bulan Ramadhan sama-sama dapat menyaksikan dan merasakan kebangkitan rohani. Suasana yang sebelumnya "biasa-biasa" saja, berubah menjadi lebih religius dan penuh dengan semangat ibadah.

 

Ibadah puasa dapat membawa pengaruh positif bagi kejiwaan seorang hamba. Rasa lapar, haus serta usaha mengekang hawa nafsu yang dapat membatalkan puasa merupakan pembelajaran yang efektif untuk dapat mengendalikan diri terutama untuk sebelas bulan selanjutnya.

 

Dalam bulan Ramadhan seluruh potensi umat disatukan. Umat Islam berlomba-lomba untuk berbuat sebanyak mungkin amal kebajikan. Baik dengan cara memperbanyak ibadah dan sedekah, maupun amalan positif lain. Semua potensi tenaga, waktu dan pikiran umat Islam pada bulan Ramadhan  terfokus pada amalan-amalan positif. Pada bulan ini hampir tidak ada kesempatan sedikitpun untuk pengalokasian seluruh potensi tersebut dalam hal-hal negatif dan sia-sia.

 

Dan bukan hanya potensi umat saja yang bersatu dalam bulan ini. Umat Islam berkumpul diberbagai tempat untuk melaksanakan aktivitas keislamannya secara serentak dan kolektif. Mulai dari berbuka puasa bersama, salat wajib dan salat tarawih berjamaah, dan puncaknya adalah saat umat Islam berbondong-bondong menghadiri salat Idul Fitri di lapangan ataupun di masjid. Semuanya dilakukan dengan semangat persatuan dan kebersamaan, secara jama’ah.

 

Namun semua itu bukanlah tujuan akhir dari semua aktivitas ibadah dan amal kebajikan di bulan Ramadhan. Akhir atau puncak pencapaian seorang hamba dari segala gemblengan dan pembekalan dalam bulan Ramadhan tadi tidak lain adalah takwa. Muara akhir dari pengendalian diri dan hawa nafsu, olah spiritual, penyucian diri serta peduli dan empati adalah ketakwaan kepada Sang Rabbul ‘Izzati.

”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 183).

 

Ketakwaan seorang muslim inilah cinderamata atau kenangan terindah yang ditinggalkan Ramadhan baginya. Cinderamata ini dimaksudkan sebagai bekal dan modal dalam menjalani hari-hari selama sebelas bulan setelah Ramadhan.

Hamba yang bertakwa adalah orang yang senantiasa berhati-hati dan memiliki kepekaan perasaan. Ia selalu merasakan adanya pengawasan kapan dan dimanapun dirinya berada. Baik saat sendiri maupun kala berada di keramaian. Baik di bulan Ramadhan maupun dalam bulan-bulan lainnya.

 

Inilah hakikat takwa yang dapat diraih dari proses interaksi seorang hamba dengan dirinya, dengan sesama dan khususnya dengan Rabbnya selama bulan suci ini.

 

Melestarikan Spirit Ramadhan

Hari-hari Ramadhan boleh saja berlalu, namun hendaknya tidak begitu dengan semangat yang ditinggalkannya. Sedapat mungkin spirit dan segala nilai positif yang telah seorang hamba latih dan praktikkan selama bulan suci itu tetap terbawa dalam aktivitas kesehariannya di luar Ramadhan.

 

Kebanyakan orang setelah beberapa hari berlalunya Ramadhan segera membereskan perkara duniawinya yang mungkin sempat mengalami hambatan disebabkan faktor kondisi dan aktivitas di bulan Ramadhan.

Potensi spiritual yang telah diolah selama Ramadhan sedikit demi sedikit semakin pudar dan meredup. Bahkan tidak sedikit di antaranya kembali terjerumus ke lembah kemaksiatan.

Demi melestarikan spirit Ramadhan dan mempertahankannya, seorang hamba hendaklah memiliki sikap istiqomah. Istiqomah sendiri terdiri atas beberapa unsur yang membangunnya, antara lain; sifat konsisten, komitmen, daya tahan uji serta fokus dalam menjalankan sesuatu atau menggapai sebuah tujuan.

Dalam setiap hari sedikitnya 17 kali seorang hamba diharuskan memohon doa kepada Allah agar diberikan sikap istiqomah ini. Baik disadari atau tidak dalam setiap rakaat shalat fardlu terlantun panjatan doa Ihdinash-shiraathal mustaqiim : Tunjukkan kami (Ya Allah) jalan yang lurus (Al-Fatihah: 6)

Kata ‘lurus’ dalam ayat di atas berarti istiqomah. Lurus dalam ayat tersebut menggambarkan konsistensi, tanpa pernah melenceng atau berbelok. Lurus pada ayat di atas berarti komitmen dan fokus dalam menggapai tujuan.

Istiqomah memang bukan sesuatu yang mudah diraih. Maka wajar jika setiap hari minimal 17 kali seorang hamba memohon untuk tetap diberikan sikap ini. Dalam suasana kondusif di bulan Ramadhan setiap hambapun dilatih untuk beristiqomah dalam menjalankan setiap ibadah dan amal kebajikan serta menjauhi segala larangan dan mengendalikan hawa nafsunya.

Ada beberapa kiat yang bisa dilaksanakan seorang hamba agar dapat tetap istiqomah melestarikan spirit Ramadhan, khususnya kualitas ketakwaan yang telah diraih, dan mentransfernya dalam hari-hari di bulan lainnya. Hal ini tidak lain agar seorang hamba tidak kembali ke jalan kesesatan, kegelapan dan melepaskan ketakwaannya kepada Allah setelah Ramadhan berlalu.

Ramadhan sbagai titik tolak

Menjadikan bulan Ramadhan sebagai titik tolak perjuangan selama setahun, dan bukan sebagai tujuan akhir, akan membantu melestarikan spiritualitas Ramadhan tetap membara. Karena Ramadhan adalah bulan perubahan menuju hal-hal positif. Ramadhan adalah momen pembekalan mental dan spiritual.

Aspek-aspek yang dilatih dalam Ramadhan mulai dari keteraturan dan ketepatan waktu, keseimbangan antara suplemen jasmani dan rohani, kesabaran, muhasabah hingga kepekaan sosial, semuanya adalah modal awal menghadapi perjalan panjang.

Semua bekal, nilai dan takwa yang telah didapat selama Ramadhan harus diaplikasikan dan dipraktekkan secara berkesinambungan dalam kehidupan kesehariannya, bukan untuk dilupakan dan ditinggalkan begitu saja.

Memerangi syaitan

Syaitan pergi dan terkucilkan dengan datangnya Ramadhan. Namun segera setelah Ramadhan berlalu syaitan akan kembali mendekati setiap insan dan menjerumuskannya ke lembah kenistaan.

Syaitan adalah musuh yang seringkali luput dari perhatian atau bahkan tidak diperhitungkan sama sekali. Padahal jelas sudah sejauh mana permusuhan syaitan terhadap manusia dan apa yang ia inginkan darinya.

Syaitan sangat teliti dalam merencanakan setiap strategi untuk membuat manusia berbuat dosa dan lalai akan Tuhannya. Betapa konsisten dan istiqomahnya syaitan dalam mencapai tujuannya, yaitu menjerumuskan sebanyak mungkin manusia ke dalam neraka. Setelah Ramadhan, syaitan harus tetap diperangi, bukan untuk dijadikan kawan.

 

Dan fenomena tersebut adalah dampak tidak langsung darinya. Banyak orang yang mulai mengakhirkan sholat. Mushaf-mushaf Al- Qur’an kembali menghiasi rak-rak buku, tak tersentuh bahkan berdebu.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan setelah Ramadhan berlalu untuk menghindari meluasnya fenomena di atas.

Pertama adalah memastikan untuk mendirikan sholat lima waktu secara berjama’ah, khususnya di shubuh hari. Sedapat mungkin sholat berjama’ah dilakukan di dalam masjid. Kalau hal itu belum bisa dilakukan, setidaknya menjaga untuk mendirikan sholat tepat di awal waktunya.

Kedua dengan tetap membaca Al-Qur’an al-Karim. Hendaknya seorang muslim menjaga tadarus Al-Qur’an setiap harinya, walau hanya satu halaman. Sedikit namun konsisten, itulah yang terbaik dari sesuatu.

Ketiga adalah dzikir dan mengingat Allah. Dengan tetap membaca do’a dan dzikir-dzikir di pagi dan petang hari, mulai dari do’a bangun tidur, sebelum makan, bercermin, keluar dari rumah hingga kembali dan berdo’a lagi sebelum tidur.

Keempat berkawan dengan hamba yang sholih. Mencari dan memilih sahabat atau kawan sholih dalam mendampingi kegiatan keseharian akan membantu melestarikan ketaatan dan ketakwaan seorang hamba. Seorang kawan yang sholih senantiasa mengajak kepada kebaikan dan selalu mengingatkan di kala kawannya melakukan kemaksiatan.

Kelima, senantiasa memanjatkan do’a kepada Sang Pencipta. Banyak ayat dan hadits yang memberitahukan tentang keutamaan do’a dan menyarankan manusia untuk memperbanyaknya. Allah telah menjamin bahwa Ia akan menjawab dan mengabulkan do’a hambanya, terlebih hamba-hamba yang dekat kepada-Nya.

Bahkan Allah SWT murka kepada setiap hamba yang tidak pernah memanjatkan do’a kepada-Nya, seakan ia sudah tidak memerlukan Rahmat dari-Nya lagi. Setiap manusia pasti membutuhkan pertolongan Tuhannya. Maka sudah selayaknya seorang manusia mengalokasikan sedikit dari waktunya dalam sehari untuk berdo’a kepada-Nya, walau sekedar dua atau tiga menit. Berdo’a untuk ditetapkan atau ditambahkan kadar ketaatan dan ketakwaannya.

Demikian beberapa langkah yang bisa dilaksanakan setelah Ramadhan. Setelah sebulan berpuasa dengan segala aktivitas ibadah yang penuh dengan spiritualitas dan penyucian diri, seorang hamba akan lahir menjadi manusia baru, yakni manusia yang lebih mengedepankan perilaku religi sekaligus merawat moralitas. Manusia baru ini tidak membedakan antara sebelas bulan pasca Ramadhan dan Ramadhan itu sendiri. Spirit Ramadhan terus membimbingnya pada sebelas bulan lainnya. Baginya Ramadhan tetap ada di sepanjang tahun.

Sumber : http://www.scribd.com/doc/18981225/Ramadhan-Sepanjang-Tahun  yang mengutip Buku Panduan Ramadhan 1430, Dept. Media & Informasi PPI Maroko. Ramadhan Sepanjang Tahun



Comments

Popular posts from this blog

TANGGAP WACANA ATUR PAMBAGYA HARJA

Pada rangkaian acara resepsi pernikahan, keluarga yang mempunyai hajat (punya kerja), berkewajiban menyampaikan sambutan (tanggap wacana) selamat datang kepada seluruh hadirin. Dalam tatacara resepsi adat Jawa disebut Atur Pambagya Harja, atau atur pambagya wilujeng. Dalam sambutan ini, orang yang punya kerja akan mewakilkan kepada orang tertentu yang ditunjuk, biasanya ketua RT/RW, atau orang yang dituakan di lingkungannya. Nah, ketika menjadi ketua RT, saya pernah mendapat tugas untuk menyampaikan pidato (tanggap wacana) tersebut. ****** Berikut contoh / tuladha atur pambagya harja yang pernah saya sampaikan…. Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -        Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -        Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Allah SWT, Gusti Ingkang Mah

CONTOH ATUR PANAMPI PASRAH TEMANTEN SARIMBIT ACARA NGUNDUH MANTU

Bp-Ibu Bambang Sutopo  Assalamu'alaikum wrwb. 1.      Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.. 2.      Panjenenganipun Bapa Suwardi minangka sulih sarira saking Bapa Gito Suwarno-Ibu Tuginem, ingkang tuhu kinurmatan. 3.      Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang bagya mulya. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Allah SWT - Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bp. Bambang Sutopo, S.Pd,  sekalian Ibu Jari, keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah saking kulawarga Bapa Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem. Ingkang sepisan , kula minangkani punapa ingkang dados kersanipun Bapa Bambang Sutopo sekalian dalasan sedaya kulawarga, ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bp Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem-sapendherek,  ingkang pidalem w onten ing   Dukuh Jenggrik,  Desa Purwosuman,  Kec. Sidoharjo, Kab Sragen. Kaping kalih , menggah salam taklim 

ATUR PASRAH BOYONG TEMANTEN KEKALIH

Salah satu rangkaian adat Jawa setelah melangsungkan resepsi pernikahan adalah, keluarga temanten perempuan memboyong kedua mempelai kepada keluarga orangtua mempelai laki-laki (besan).  Sebelum masuk rumah keluarga besan, diadakan acara “Atur Pasrah” dari keluarga mempelai perempuan, dan “Atur Panampi” dari keluarga besan. Berikut adalah tuladha (contoh) sederhana “Atur Pasrah” yang saya susun dan laksanakan. *** Assalamu ‘alaikum Wr.Wb. Bismillahirrahmanirrahim. Al-hamdu lillahi rabbil ‘alamin. * Para sesepuh pinisepuh ingkang dahat kinabekten ** Panjenenganipun Bp.Waluyo dalasan Ibu Sumarni ingkang kinurmatan *** P ara rawuh kakung putri ingkang bagya mulya . Kanti  ngunjukaken raos syukur dumateng Allah SWT, Gusti Ingkang Moho Agung. Sowan kula mriki dipun saroyo dening panjenenganipun Bapa Haji Supriyadi, S.Pd dalasan Ibu Hajah Lasmi ingkang pidalem wonten Plumbungan Indah RT.27/RW.08 Kelurahan Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Sragen, kepareng matur

Pidato Kocak Dai Gokil

Humor sebagai salah satu bumbu komunikasi dalam berpidato hingga kini masih diakui kehebatannya. Ketrampilan   menyelipkan humor-humor segar dalam berpidato atau ceramah,   menjadi daya pikat tersendiri bagi audien atau pendengarnya sehingga membuat mereka betah mengikuti acara sampai selesai. Buku saku berjudul “Pidato-pidato Kocak ala Pesantren” karya Ustad Nadzirin (Mbah Rien) ini mungkin bisa menjadi referensi bagi pembaca yang ingin menciptakan suasana segar dalam berpidato. Buku setebal   88 halaman yang diterbitkan oleh Mitra Gayatri Kediri (tanpa tahun) ini berisi contoh-contoh pidato penuh humor. Membaca buku yang menyajikan enam contoh pidato yang oleh penulisnya dimaksudkan untuk bekal dakwah   para dai gokil dan humoris ini saya ngakak abis .  Pengin tahu cuplikannya? Silahkan simak berikut ini. “Saudara dan saudari.  Baik eyang putra maupun eyang putri…Semua tanpa kecuali yang saya cintai… Meski kalian semua tidak merasa saya cintai…” “…..Allah tela

Atur Wangsulan Lamaran Calon Temanten

Meski tugas juru bicara untuk menyampaikan lamaran (pinangan) seperti yang saya tulis kemarin berlangsung 'glagepan' dan 'gobyoss', namun oleh beberapa teman,  saya dianggap 'sukses'.  "Bagus Pak. Sederhana dan 'cekak aos' apa yang menjadi inti," kata teman.  Tapi bagi saya pribadi, respon teman itu mungkin bisa diartikan lain. Sekedar untuk menyenangkan saya atau 'nyindir'. Namun tetap saya ucapkan terima kasih, karena memberi saya kesempatan untuk belajar dari pengalaman.  Betul. Beberapa hari setelah kejadian itu, saya diminta lagi untuk menjadi 'juru bicara' sebagai pihak yang harus menyampaikan jawaban/tanggapan atas lamaran di keluarga lain. Saya pun tak bisa mengelak. Karena waktunya sangat mendadak maka konsep saya tulis tangan dengan banyak coretan.  Seperti diketahui, setelah adanya lamaran dari keluarga pihak lelaki, biasannya diikuti dengan kunjungan balasan untuk  menyampaikan jawaban atau balasan.

ATUR PASRAH CALON TEMANTEN KAKUNG BADE IJAB ( Kanthi Prasaja ) )

Setelah dua kali mendapat mandat menjadi ‘talanging basa’ atau juru bicara untuk menyampaikan dan menerima ‘lamaran’ atau pinangan, dikesempatan lain ternyata saya ‘dipaksa’ lagi menjalani tugas untuk urusan adat Jawa. Kali ini, saya diminta salah satu keluarga untuk menjadi juru bicara ‘atur pasrah calon temanten kakung’ - pasrah calon mempelai pria, kepada calon besan menjelang acara ijab qabul. Permintaan tersebut saya jalani, meski, sekali lagi, dengan cara yang amat sederhana dan apa adanya. Pengetahuan dan pengalaman yang sangat minim tidak menghalangi saya untuk melaksanakan tugas tersebut sebagai bagian dari pengabdian di tengah masyarakat. ****** Berikut contoh atau tuladha apa yang saya sampaikan tersebut. Assalamu 'alaikum wr.wb. ·           *** Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.      *** Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. ·          *** Panjenenganipun Bapak Susilo ingkang hamikili Bapak Sukimin sek

Tanggap Wacana Basa Jawi dan Contoh Lamaran

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi yang berpengaruh pada perubahan perilaku masyarakat, ternyata masih banyak orang tetap memegang teguh   dan ‘nguri-nguri’ (melestarikan) warisan ‘Budaya Jawa’. Salah satu warisan tersebut adalah ‘Tanggap Wacana Basa Jawi’ atau pidato bahasa jawa dalam acara-acara adat maupun ‘pasamuan’ (pertemuan) keluarga dan warga kampung, terutama   di ‘tlatah’ (daerah) Jawa Tengah dan Jawa Timur. Atau di berbagai daerah di Indonesia yang terdapat komunitas atau kelompok masyarakat ‘Jawa’. Bagi sebagian orang, meski mereka hidup di lingkungan masyarakat berbudaya Jawa, tanggap wacana basa jawi (pidato bahasa jawa) sering dianggap momok karena sulit pengetrapannya. Ketidakmampuan mereka bisa karena sudah ngga peduli dengan bubaya jawa atau ngga mau belajar, sehingga keadaan sekarang ini ibarat ‘Wong Jowo Ilang Jawane’ – orang Jawa sudah kehilangan jatidirinya sebagai orang Jawa. Namun bagi orang yang kebetulan di- tua -kan di li

ATUR PAMBAGYA HARJA WILUJENG

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -       Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -       Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingkang Maha Kawasa, awit saking peparing ni’mat saha berkahipun, panjenengan dalasan kula saget makempal manunggal, wonten papan punika kanthi wilujeng mboten wonten alangan satunggal punapa. Para Rawuh Kakung Sumawana Putri ingkang minulya. Kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bapa Ignasius Sarono, S.Pd dalasan Ibu Dra. Christiana Sri Wahyuni Kustiasih, M.Pd , ingkang pidalem ing Plumbungan Indah Sragen, wonten kalenggahan punika kepareng matur : Sepisan , bilih Bapa Ibu Iganasius Sarono ngaturaken syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingakang Maha Kawasa, awit   saking Berkahi-pun, saha donga pangestu panjenengan sedaya, sampun kal

ATUR PANAMPI PASRAH CALON TEMANTEN BADE IJAB

Assalamu'alaikum wrwb. -    Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten. -    Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. -    Panjenenganipun Bapak….                  ingkang hamikili Bapak Karjiyono, SE, MM – Ibu Rr. Erniani Djihad Sismiyati (alm) ingkang tuhu kinurmatan. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka sulih salira saking panjenenganipun Bp. Haji Mulyono Raharjo, S.Pd, MM   sekalian Ibu Sri Sayekti, Sm,Hk keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah calon temanten kakung. Ingkang sepisan , kula minangkani Bapak Mulyono Raharjo sekalian, dalasan sedaya kulawarga ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bapak Karjiyono, sapendherek, ingkang pidalem wonten ing   Jombor Lor, RT.01/18, Kel. Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Ngayogyakarta Hadiningrat. Kaping kalih , menggah salam taklim Bp. Karjiyono sekalian lumantar panjenengan s