مَا مَثَلُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَاۤءٍ اَنْزَلْنٰهُ
مِنَ السَّمَاۤءِ فَاخْتَلَطَ بِهٖ نَبَاتُ الْاَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ
وَالْاَنْعَامُۗ حَتّٰٓى اِذَآ اَخَذَتِ الْاَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ
وَظَنَّ اَهْلُهَآ اَنَّهُمْ قٰدِرُوْنَ عَلَيْهَآ اَتٰىهَآ اَمْرُنَا لَيْلًا
اَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنٰهَا حَصِيْدًا كَاَنْ لَّمْ تَغْنَ بِالْاَمْسِۗ كَذٰلِكَ
نُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
Tafsir Ibnu Katsir Surat
Yunus: 24
“Sesungguhnya
perumpamaan kehidupan dunia itu adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan
dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi,
di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi
itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan
pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah
kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan
(tanam-tanaman) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum
pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami)
kepada orang-orang yang berpikir.”
Allah ﷻ membuat perumpamaan
tentang bunga kehidupan dunia dan perhiasannya serta kefanaannya yang cepat
dengan tumbuh-tumbuhan yang dikeluarkan oleh Allah dari tanah melalui air hujan
yang diturunkan dari langit. Tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka
ragam macam dan jenisnya itu ada yang dimakan oleh manusia; ada pula yang
dimakan oleh binatang ternak, seperti rumput, ilalang, dan lain sebagainya.
“Hingga apabila bumi itu
telah sempurna keindahannya.” Yakni perhiasannya yang fana telah sempurna.
“Dan memakai (pula)
perhiasannya.” Sehingga semua yang dikeluarkannya tampak indah dihiasi dengan
bunga-bungaan yang aneka ragam warna dan bentuknya.
“Dan pemilik-pemiliknya
mengira bahwa mereka pasti menguasainya.” Maksudnya, mampu menuai dan memetik
hasilnya. Ketika mereka dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba datanglah sa'iqah
atau angin kencang yang sangat dingin sehingga dedaunannya menjadi kering dan
buahnya membusuk. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:
“Tiba-tiba datanglah
kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang hari, lalu Kami jadikan
(tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit.” Yakni menjadi
kering, yang sebelumnya segar lagi hijau.
“Seakan-akan belum
pernah tumbuh kemarin.” Yaitu seakan-akan tidak pernah tumbuh sebelum itu,
seakan-akan belum pernah tumbuh dengan segar.
Demikianlah keadaan
semua urusan sesudah kehancurannya, maka akan kelihatan seakan-akan belum
pernah ada.
Dan Allah ﷻ telah berfirman
menceritakan tentang orang-orang yang binasa:
وَاَخَذَ
الَّذِيْنَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دِيَارِهِمْ جٰثِمِيْنَۙ
“Lalu mereka mati
bergelimpangan di dalam rumahnya, seolah-olah mereka belum pernah berdiam di
tempat itu.” (Hud: 67-68)
كَاَنۡ لَّمۡ
يَغۡنَوۡا فِيۡهَا ؕ اَلَاۤ اِنَّ ثَمُوۡدَا۟ كَفَرُوۡا رَبَّهُمۡؕ اَلَا
بُعۡدًا لِّـثَمُوۡدَ
٦٨
seolah-olah mereka belum pernah tinggal1 di tempat itu. Ingatlah, kaum Samud
mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, binasalah kaum Samud.
Kemudian Allah ﷻ berfirman:
“Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami).” (Yunus: 24)
Maksudnya, begitulah
caranya Kami menjelaskan bukti-bukti dan dalil-dalil.
“Kepada orang-orang yang
berpikir.”
Agar mereka mengambil
pelajaran dari perumpamaan ini yang menunjukkan akan lenyapnya dunia dari
pemiliknya dengan cepat, tetapi mereka terpedaya olehnya, merasa yakin dan pasti
bahwa diri mereka pasti dapat memetik hasilnya pada waktunya, tetapi akhirnya
dunia luput dari mereka.
Karena sesungguhnya
watak dunia itu selalu lari dari orang yang memburunya dan selalu memburu orang
yang menghindarinya. Allah ﷻ telah membuat perumpamaan
dunia dengan tumbuh-tumbuhan dalam berbagai ayat dari Kitab-Nya. Di dalam surat
Al-Kahfi, Allah ﷻ telah berfirman:
“Dan berilah perumpamaan
kepada mereka (manusia) kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan
dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi,
kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan
adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Kahfi: 45)
Tafsir Surat Al-Kahfi,
ayat 45
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ
نَبَاتُ الأرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا
Dan berilah perumpamaan
kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan
dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi,
kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering dan diterbangkan oleh angin. Dan
adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Artinya, Dia mampu
menciptakan keadaan seperti itu dan membuat perumpamaan seperti itu. Sering
sekali Allah Swt. membuat perumpamaan seperti itu untuk kehidupan dunia.
Dan firman Allah Swt.
dalam surat Az-Zumar, yaitu:
{أَلَمْ تَرَ أَنَّ
اللَّهَ أَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الأرْضِ ثُمَّ
يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ
مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لأولِي
الألْبَابِ}
Apakah kamu tidak
memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit. Maka
diaturnya menjadi sumber-sumber di bumi, kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air
itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya. (Az-Zumar: 21),
Dalam surat Al-Hadid
disebutkan oleh firman-Nya:
{اعْلَمُوا أَنَّمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ
وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ
نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي
الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ}
Ketahuilah bahwa
sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,
perhiasan, dan bermegah-megah antara kalian serta berbangga-bangga tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para
petani. (Al-Hadid : 20)
*******************
Firman Allah Swt.:
الْمَالُ وَالْبَنُونَ
زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ
ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا
Harta dan anak-anak
adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh
adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi
harapan.
(Al-Kahfi: 46)
Sama halnya dengan makna
yang terkandung di dalam ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ
الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ
الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ
ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ}
“Dijadikan indah bagi
manusia kecintaan pada aneka kesenangan yang berupa perempuan, anak-anak, harta
benda yang bertimbun tak terhingga berupa emas, perak, kuda pilihan, binatang
ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah
tempat kembali yang baik.”
(Ali Imran: 14).
{إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ
وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ}
Sesungguhnya harta
kalian dan anak-anak kalian hanyalah cobaan (bagi kalian); dan di sisi
Allah-lah pahala yang besar. (At-Taghabun: 15)
Dengan kata lain,
kembali kepada Allah dan menyibukkan diri dengan beribadah kepada-Nya adalah
lebih baik bagi kalian daripada menyibukkan diri dengan hal-hal tersebut, menghimpun
dunia (harta), serta merasa khawatir yang berlebihan terhadap hal-hal tersebut.
Karena itulah dalam
firman Allah :
{وَالْبَاقِيَاتُ
الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا}
Tetapi amalan-amalan
yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih
baik untuk menjadi harapan. (Al-Kahfi: 46)
Ibnu Abbas, Sa'id ibnu
Jubair, serta lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf yang bukan hanya seorang
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-baqiyatus salihatu ialah salat lima
waktu.
Ata ibnu Abu Rabah dan
Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud
dengan al-baqiyatus salihat ialah ucapan:
سُبْحَانَ اللَّهِ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ
Mahasuci Allah, dan
segala puji bagi Allah, dan tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah Mahabesar.
Hal yang sama dikatakan
pula oleh Amirul Mu’minin Usman ibnu Affan ketika ditanya mengenai makna
al-baqiyah ini, maka ia menjawab bahwa hal itu adalah ucapan:
لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ لله، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَلَا حَوْلَ
وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
Tidak ada Tuhan selain
Allah, dan Mahasuci Allah, dan segala puji bagi Allah, dan Allah Mahabesar, dan
tidak ada upaya (untuk menghindari kedurhakaan) dan tidak ada kekuatan (untuk
melakukan ibadah) kecuali hanya dengan (pertolongan) Allah, Yang Mahatinggi
lagi Mahaagung.
Hal ini diriwayatkan
oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:
."..telah menceritakan
kepada kami Abu Abdur Rahman Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Haiwah,
telah menceritakan kepada kami Abu Uqail, bahwa ia pernah mendengar Al-Haris
(bekas budak Usman r.a.) mengatakan, "Pada suatu hari Usman duduk di suatu
majelis, dan kami pun duduk bersamanya. Maka datanglah juru azan kepadanya
(memberitahukan masuknya waktu salat), lalu ia meminta air dalam sebuah wadah
—menurutku jumlah air tersebut kurang lebih satu mud banyaknya—, kemudian
dipakainya untuk wudu. Sesudah itu ia berkata, 'Saya pernah melihat Rasulullah
Saw. melakukan wudu seperti wuduku ini (yang kuperagakan kepada kalian),' lalu
beliau Saw. bersabda: 'Barang siapa melakukan wudu seperti wuduku ini, kemudian
ia berdiri dan salat Lohor, maka diampuni baginya semua dosa yang ada, antara
salat Lohor dan salat Subuhnya. Kemudian bila ia salat Asar, maka diampuni
baginya semua dosa yang ada antara salat Asar dan salat Lohornya. Kemudian bila
ia salat Magrib, maka diampuni baginya semua dosa yang ada antara salat Magrib
dan salat Asarnya. Kemudian bila ia salat Isya, maka diampuni baginya semua
dosa yang ada antara salat Magrib dan salat Isyanya. Kemudian barangkali ia
tidur di malam harinya, lalu bangun di pagi hari dan melakukan wudu dan salat
Subuh, maka diampuni baginya semua dosa yang ada antara salat Isya dan salat
Subuhnya. Semuanya itu adalah kebaikan-kebaikan yang dapat menghapuskan
keburukan-keburukan (dosa-dosa). Orang-orang bertanya, 'Ini adalah
kebaikan-kebaikan. Maka apakah yang dimaksud dengan al-baqiyatus salihat, hai
Usman?' Usman menjawab bahwa yang dimaksud dengannya ialah kalimah: 'Tidak ada
Tuhan selain Allah, Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, Allah Mahabesar,
tidak ada upaya (untuk menjauhkan diri dari kedurhakaan) dan tidak ada kekuatan
(untuk mengerjakan ibadah) kecuali hanya dengan (pertolongan) Allah, Yang Mahatinggi
lagi Mahaagung.
وَقَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ:
أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ خُثَيْم، عَنْ نَافِعٍ عَنْ
سَرْجس، أَنَّهُ أَخْبَرَهُ أنه سأل ابن عمر عن: {الْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ}
قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ،
وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ.
Ibnu Juraij mengatakan,
telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Usman ibnu Khaisam, dari Nafi' ibnu
Sarjis; ia pernah menceritakan kepadanya bahwa ia bertanya kepada Ibnu Umar
tentang apa yang dimaksud dengan istilah al-baqiyatus salihat. Maka Ibnu Umar
r.a. menjawab: Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Mahabesar, Mahasuci Allah,
dan tidak ada daya serta tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah.
Tafsir Surat Az-Zumar,
ayat 21-22
{أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ
يَنَابِيعَ فِي الأرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ
ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا إِنَّ فِي ذَلِكَ
لَذِكْرَى لأولِي الألْبَابِ (21) أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ
فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ
اللَّهِ أُولَئِكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ (22) }
Apakah kamu tidak
memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, lalu
diatur-Nya menjadi sumber-sumber air di bumi, kemudian ditumbuhkan-Nya dengan
air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering,
lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur
berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Maka apakah orang-orang yang
dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam, lalu ia mendapat cahaya
dari Tuhannya (sama dengan orang-orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan
yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah.
Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.
Allah Swt. menceritakan
bahwa asal mula air yang ada di dalam tanah berasal dari langit, seperti yang
disebutkan oleh firman-Nya:
{وَأَنزلْنَا مِنَ
السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا}
dan Kami turunkan dari
langit air yang amat bersih. (Al-Furqan: 48)
Apabila telah diturunkan
air dari langit, maka air itu tersimpan di dalam bumi, lalu Allah Swt.
mengalirkannya ke berbagai bagian bumi menurut apa yang dikehendaki-Nya, dan
Allah menyumberkannya menjadi mata air-mata air, ada yang kecil dan ada yang
besar menurut apa yang diperlukan. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya
dalam surat ini:
{فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ
فِي الأرْضِ}
lalu diatur-Nya menjadi
sumber-sumber air di bumi. (Az-Zumar: 21)
Ibnu Abu Hatim
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan
kepada kami Amr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Abu Qutaibah alias
Atabah ibnul Yaqzan, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna
firman-Nya: Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah
menurunkan air dari langit, lalu diatur-Nya sumber-sumber air di bumi.
(Az-Zumar: 21). Tiada suatu air pun di dalam bumi, melainkan berasal dari air
yang diturunkan dari langit, tetapi rongga-rongga yang ada di dalam bumilah
yang mengubahnya. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: lalu diatur-Nya
menjadi sumber-sumber air di bumi. (Az-Zumar: 21) Maka barang siapa yang ingin
mengubah air yang asin menjadi tawar, hendaklah ia menguapkannya (dan uapnya
itu akan menjadi air yang tawar).
Hal yang sama telah
dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair dan Amir Asy-Sya'bi, bahwa semua air yang ada
di dalam tanah berasal dari langit.
Sa'id ibnu Jubair
mengatakan bahwa asalnya dari salju. Yakni salju itu terhimpun di atas
gunung-gunung dan menetap di puncaknya, lalu dari bawahnya menyumberlah mata
air-mata air.
***********
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ}
kemudian ditumbuhkan-Nya
dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya. (Az-Zumar: 21)
Yaitu kemudian dari air
yang diturunkan dari langit dan yang timbul dari sumber air yang ada di bumi
dikeluarkanlah tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam bentuk, rasa, bau, dan
manfaatnya. {ثُمَّ يَهِيجُ}
lalu ia menjadi kering.
(Az-Zumar: 21)
Yakni sesudah kelihatan
segar dan muda, terus menjadi tua. maka kamu lihat menjadi kuning yang
bercampur kering.{ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا}
kemudian dijadikan-Nya
hancur berderai-derai. (Az-Zumar: 21)
Maksudnya, sesudah itu
menjadi kering dan hancur berguguran.
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لأولِي الألْبَابِ}
Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. (Az-Zumar: 21)
Yakni orang-orang yang
mengambil pelajaran dari fenomena ini akan menyimpulkan bahwa pada mulanya
dunia itu seperti gambaran tersebut; diawali dengan hijau segar dan indah, lalu
menjadi tua dan cacat. Dahulunya muda, kini menjadi tua dan pikun serta lemah;
dan sesudah semuanya itu lalu mati. Orang yang berbahagia adalah orang sesudah
itu mendapat kebaikan.
Sering kali Allah Swt.
membuat perumpamaan bagi kehidupan dunia ini dengan air yang diturunkan-Nya
dari langit, lalu dengannya ditumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan dan
buah-buahan, sesudah itu menjadi hancur berguguran. Sebagaimana yang disebutkan
di dalam firman-Nya melalui ayat lain, yaitu:
{وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزلْنَاهُ مِنَ
السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ
الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا}
Dan berilah perumpamaan
kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami
turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka
bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin.
Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Kahfi: 45)
************
Adapun firman Allah
Swt.:
{أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ
رَبِّهِ}
Maka apakah orang-orang
yang dibukakan hatinya untuk (menerima) agama Islam, lalu ia mendapat cahaya
dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? (Az-Zumar: 22)
Maksudnya, apakah sama orang yang demikian dengan orang yang membatu hatinya
lagi jauh dari kebenaran? Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي
بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا}
Dan apakah orang yang
sudah mati, kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang
terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat
manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang
sekali-kali tidak dapat keluar darinya? (Al-An’am: 122)
Karena itulah disebutkan
dalam surat ini oleh firman-Nya:فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ
قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ
Maka kecelakaan yang
besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya umtuk mengingat Allah.
(Az-Zumar: 22)
Yakni hati mereka tidak
lunak saat menyebut nama Allah, tidak khusyuk, tidak sadar dan tidak memahami.
{أُولَئِكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ}
Mereka itu dalam
kesesatan yang nyata. (Az-Zumar: 22)
http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-al-hadid-ayat-20-21.html
Tafsir Surat Al-Hadid,
ayat 20-21
{اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ
وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ
أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ
حُطَامًا وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ (20) سَابِقُوا إِلَى
مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالأرْضِ
أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ
يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (21) }
Ketahuilah bahwa
sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,
perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para
petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning,
kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan
dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu. Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan
dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan
bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia
Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai
karunia yang besar.
Allah Swt. berfirman,
menceritakan hinanya kehidupan dunia dan kerendahannya. Untuk itu maka Dia
berfirman:
{أَنَّمَا الْحَيَاةُ
الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي
الأمْوَالِ وَالأوْلادِ}
sesungguhnya kehidupan
dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan
bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan
anak. (Al-Hadid: 20)
Yakni sesungguhnya
kesimpulan dari kehidupan dunia bagi para pemiliknya adalah hal-hal tersebut,
sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ
وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ
الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ}
Dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Ali Imran: 14)
Kemudian Allah Swt.
menggambarkan tentang perumpamaan kehidupan dunia, bahwa sesungguhnya kehidupan
dunia itu adalah kemewahan yang fana dan nikmat yang pasti lenyap. Untuk itu
Dia berfirman:
{كَمَثَلِ غَيْثٍ}
seperti hujan.
(Al-Hadid: 20)
Yaitu hujan yang turun
sesudah manusia berputus asa dari kedatangannya, seperti yang diungkapkan oleh
firman-Nya:
وَهُوَ الَّذِي يُنزلُ
الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا
Dan Dialah Yang
menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa. (Asy-Syura: 28)
Adapun firman Allah
Swt.:
{أَعْجَبَ الْكُفَّارَ
نَبَاتُهُ}
yang tanam-tanamannya
mengagumkan para petani. (Al-Hadid: 20)
Artinya, tanam-tanaman
yang ditumbuhkan berkat hujan itu mengagumkan para petaninya. Maka sebagaimana
para petani merasa kagum dengan hal tersebut, begitu pula halnya orang-orang
kafir mengagumi kehidupan dunia; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang
paling menyenanginya dan tiada yang terlintas dalam benak mereka selain
darinya.
{ثُمَّ يَهِيجُ
فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا}
kemudian tanaman itu
menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur.
(Al-Hadid: 20)
Yakni tanam-tanaman itu
kering dan kelihatan kuning, padahal sebelumnya tampak hijau dan segar,
kemudian semuanya menjadi hancur berantakan alias kering kerontang. Demikian
pula kehidupan dunia, pada mulanya kelihatan muda, lalu tumbuh dewasa dan
menua, akhirnya pikun dan peot. Demikian pula manusia pada permulaan usianya
dan usia mudanya, ia kelihatan segar, padat, berisi, serta penampilannya hebat.
Kemudian secara berangsur-angsur mulai menua dan semua wataknya berubah dan
merasa kehilangan sebagian dari kekuatannya. Lalu jadilah ia manusia yang
lanjut usia dan lemah kekuatannya, sedikit geraknya dan tidak mampu mengerjakan
sedikit pekerjaan pun, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam
firman-Nya:
{اللَّهُ الَّذِي
خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ
مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ
الْقَدِيرُ}
Allah, Dialah yang
menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah
keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu
lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan
Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. (Ar-Rum: 54)
Mengingat perumpamaan
ini menunjukkan akan lenyapnya dunia dan kehancurannya serta kehabisan usianya
sebagai suatu kepastian, dan bahwa negeri akhirat itu ada dan pasti, maka
diperingatkanlah untuk berhati-hati dalam menghadapinya, sekaligus mengandung
anjuran untuk berbuat kebaikan yang akan membawa pahala kebaikan di negeri
akhirat nanti. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَفِي الآخِرَةِ
عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ
الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ}
Dan di akhirat (nanti)
ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan
dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Al-Hadid: 20)
Artinya, tiada di negeri
akhirat yang akan datang dalam waktu yang dekat kecuali ini atau itu, yakni
adakalanya azab yang keras dan adakalanya ampunan dari Allah dan rida-Nya.
Firman Allah Swt.:
{وَمَا الْحَيَاةُ
الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ}
Dan kehidupan dunia ini
tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
Yakni kesenangan yang
fana lagi memperdayakan orang yang cenderung kepadanya, karena hanya dialah
yang teperdaya olehnya dan merasa kagum dengannya, hingga ia mempunyai
keyakinan bahwa tiada negeri lain selain dunia ini dan di balik ini tidak ada
hari berbangkit. Padahal kehidupan dunia ini amatlah hina/rendah bila
dibandingkan dengan kehidupan akhirat.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Ali ibnu Harb Al-Mausuli, telah menceritakan kepada kami Al-Muharibi,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu
Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tempat
cambuk di dalam surga lebih baik daripada dunia dan seisinya, bacalah oleh kalian
akan firman-Nya, {وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ}
Ibnu "Dan kehidupan
dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
Hadis ini telah
disebutkan di dalam kitab sahih, tanpa tambahan ayat; hanya Allah-lah Yang Maha
Mengetahui.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ ووَكِيع، كِلَاهُمَا عَنِ الْأَعْمَشُ، عَنْ
شَقِيقٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَلْجنة أَقْرَبُ إِلَى أَحَدِكُمْ مِنْ شِرَاك
نَعْلِهِ، وَالنَّارُ مِثْلُ ذَلِكَ".
Imam Ahmad mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir dan Waki', keduanya dari Al-A'masy,
dari Syaqiq, dari Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda: Sesungguhnya surga itu lebih dekat kepada seseorang dari kamu
daripada tali terompahnya, dan neraka pun sama seperti itu.
Imam Bukhari
meriwayatkan hadis ini secara tunggal di dalam kitab Raqa-iq melalui hadis As-Sauri,
dari Al-A'masy dengan sanad yang sama. Di dalam hadis ini terkandung makna yang
menunjukkan dekatnya kebaikan dan keburukan dengan manusia.
Oleh karena itulah maka
Allah menganjurkan kepada manusia untuk bersegera mengerjakan kebaikan yaitu
berupa amal-amal ketaatan, dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan. Karena
dengan mengerjakan amal-amal ketaatan terhapuslah dosa-dosa dan
kesalahan-kesalahan orang yang bersangkutan, sekaligus menghasilkan baginya
pahala dan derajat. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{سَابِقُوا إِلَى
مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالأرْضِ}
Berlomba-lombalah kamu
kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit
dan bumi. (Al-Hadid:21)
Makna yang dimaksud
ialah jenis langit dan bumi. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain
melalui firman-Nya:
{وَسَارِعُوا إِلَى
مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ
لِلْمُتَّقِينَ}
Dan bergegaslah kamu
kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan
bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Ali-Imran: 133)
Dan dalam surat ini
disebutkan:
{أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ
آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ
وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ}
yang disediakan bagi
orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia
Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai
karunia yang besar. (Al-Hadid: 21)
Yakni apa yang telah
disediakan oleh Allah bagi mereka merupakan karunia dan kebaikan dari-Nya
kepada mereka.
Comments
Post a Comment