Skip to main content

Perumpamaan Kehidupan Dunia Di Dalam Al Quran

 

 


 
مَا مَثَلُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَاۤءٍ اَنْزَلْنٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ فَاخْتَلَطَ بِهٖ نَبَاتُ الْاَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْاَنْعَامُۗ حَتّٰٓى اِذَآ اَخَذَتِ الْاَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ اَهْلُهَآ اَنَّهُمْ قٰدِرُوْنَ عَلَيْهَآ اَتٰىهَآ اَمْرُنَا لَيْلًا اَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنٰهَا حَصِيْدًا كَاَنْ لَّمْ تَغْنَ بِالْاَمْسِۗ كَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

 

Tafsir Ibnu Katsir Surat Yunus: 24

“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia itu adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanaman) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir.”

 

Allah  membuat perumpamaan tentang bunga kehidupan dunia dan perhiasannya serta kefanaannya yang cepat dengan tumbuh-tumbuhan yang dikeluarkan oleh Allah dari tanah melalui air hujan yang diturunkan dari langit. Tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka ragam macam dan jenisnya itu ada yang dimakan oleh manusia; ada pula yang dimakan oleh binatang ternak, seperti rumput, ilalang, dan lain sebagainya.

 

“Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya.” Yakni perhiasannya yang fana telah sempurna.

 

“Dan memakai (pula) perhiasannya.” Sehingga semua yang dikeluarkannya tampak indah dihiasi dengan bunga-bungaan yang aneka ragam warna dan bentuknya.

 

“Dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya.” Maksudnya, mampu menuai dan memetik hasilnya. Ketika mereka dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba datanglah sa'iqah atau angin kencang yang sangat dingin sehingga dedaunannya menjadi kering dan buahnya membusuk. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:

 

“Tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang hari, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit.” Yakni menjadi kering, yang sebelumnya segar lagi hijau.

 

“Seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin.” Yaitu seakan-akan tidak pernah tumbuh sebelum itu, seakan-akan belum pernah tumbuh dengan segar.

 

Demikianlah keadaan semua urusan sesudah kehancurannya, maka akan kelihatan seakan-akan belum pernah ada.

 

Dan Allah  telah berfirman menceritakan tentang orang-orang yang binasa: 

وَاَخَذَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دِيَارِهِمْ جٰثِمِيْنَۙ

 

“Lalu mereka mati bergelimpangan di dalam rumahnya, seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu.” (Hud: 67-68)

 كَاَنۡ لَّمۡ يَغۡنَوۡا فِيۡهَا​ ؕ اَلَاۤ اِنَّ ثَمُوۡدَا۟ كَفَرُوۡا رَبَّهُمۡ​ؕ اَلَا بُعۡدًا لِّـثَمُوۡدَ‏ ٦٨

seolah-olah mereka belum pernah tinggal1 di tempat itu. Ingatlah, kaum Samud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, binasalah kaum Samud.

Kemudian Allah  berfirman: “Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami).” (Yunus: 24)

Maksudnya, begitulah caranya Kami menjelaskan bukti-bukti dan dalil-dalil.

 

“Kepada orang-orang yang berpikir.”

Agar mereka mengambil pelajaran dari perumpamaan ini yang menunjukkan akan lenyapnya dunia dari pemiliknya dengan cepat, tetapi mereka terpedaya olehnya, merasa yakin dan pasti bahwa diri mereka pasti dapat memetik hasilnya pada waktunya, tetapi akhirnya dunia luput dari mereka.

 

Karena sesungguhnya watak dunia itu selalu lari dari orang yang memburunya dan selalu memburu orang yang menghindarinya. Allah  telah membuat perumpamaan dunia dengan tumbuh-tumbuhan dalam berbagai ayat dari Kitab-Nya. Di dalam surat Al-Kahfi, Allah  telah berfirman:

 

“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia) kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Kahfi: 45)

Tafsir Surat Al-Kahfi, ayat 45 

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا

Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering dan diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

Artinya, Dia mampu menciptakan keadaan seperti itu dan membuat per­umpamaan seperti itu. Sering sekali Allah Swt. membuat perumpamaan seperti itu untuk kehidupan dunia.

Dan firman Allah Swt. dalam surat Az-Zumar, yaitu:

{أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الأرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لأولِي الألْبَابِ}

Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit. Maka diaturnya menjadi sumber-sumber di bumi, kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu ta­nam-tanaman yang bermacam-macam warnanya. (Az-Zumar: 21),

Dalam surat Al-Hadid disebutkan oleh firman-Nya:

{اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ}

Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan, dan bermegah-megah antara kalian serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani. (Al-Hadid : 20)

*******************

Firman Allah Swt.:

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, teta­pi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pa­halanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.

 (Al-Kahfi: 46)

Sama halnya dengan makna yang terkandung di dalam ayat lain yang di­sebutkan melalui firman-Nya:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ}

“Dijadikan indah bagi manusia kecintaan pada aneka kesenangan yang berupa perempuan, anak-anak, harta benda yang bertimbun tak terhingga berupa emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik.”

(Ali Imran: 14).

 

{إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ}

Sesungguhnya harta kalian dan anak-anak kalian hanyalah cobaan (bagi kalian); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (At-Taghabun: 15)

 

Dengan kata lain, kembali kepada Allah dan menyibukkan diri dengan beribadah kepada-Nya adalah lebih baik bagi kalian daripada menyibukkan diri dengan hal-hal tersebut, menghimpun dunia (harta), serta merasa khawatir yang berlebihan terhadap hal-hal tersebut.

 

Karena itulah dalam firman Allah :

{وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا}

Tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (Al-Kahfi: 46)

Ibnu Abbas, Sa'id ibnu Jubair, serta lain-lainnya dari kalangan ulama Sa­laf yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-baqiyatus salihatu ialah salat lima waktu.

Ata ibnu Abu Rabah dan Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan al-baqiyatus salihat ialah ucapan:

سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ

Mahasuci Allah, dan segala puji bagi Allah, dan tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah Mahabesar.

Hal yang sama dikatakan pula oleh Amirul Mu’minin Usman ibnu Affan ketika ditanya mengenai makna al-baqiyah ini, maka ia menjawab bahwa hal itu adalah ucapan:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ لله، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Mahasuci Allah, dan segala puji bagi Allah, dan Allah Mahabesar, dan tidak ada upaya (untuk menghindari kedurhakaan) dan tidak ada kekuatan (untuk melakukan ibadah) kecuali hanya dengan (pertolongan) Allah, Yang Mahatinggi lagi Mahaagung.

Hal ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:

."..telah menceri­takan kepada kami Abu Abdur Rahman Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Haiwah, telah menceritakan kepada kami Abu Uqail, bahwa ia pernah mendengar Al-Haris (bekas budak Usman r.a.) mengatakan, "Pada suatu hari Usman duduk di suatu majelis, dan kami pun duduk bersamanya. Maka datanglah juru azan kepadanya (memberitahukan masuknya waktu salat), lalu ia meminta air dalam sebuah wadah —me­nurutku jumlah air tersebut kurang lebih satu mud banyaknya—, kemudian dipakainya untuk wudu. Sesudah itu ia berkata, 'Saya pernah melihat Rasulullah Saw. melakukan wudu seperti wuduku ini (yang kuperagakan kepada kalian),' lalu beliau Saw. bersabda: 'Barang siapa melakukan wudu seperti wuduku ini, kemudian ia berdiri dan salat Lohor, maka diampuni baginya semua dosa yang ada, antara salat Lohor dan salat Subuhnya. Kemudian bila ia salat Asar, maka diampuni baginya semua dosa yang ada antara salat Asar dan salat Lohornya. Kemudian bila ia salat Magrib, maka diampuni baginya semua dosa yang ada antara salat Magrib dan salat Asarnya. Kemudian bila ia salat Isya, maka diampuni baginya semua dosa yang ada antara salat Magrib dan salat Isyanya. Kemudian barangkali ia tidur di malam harinya, lalu bangun di pagi hari dan melakukan wudu dan salat Subuh, maka diampuni baginya semua dosa yang ada antara salat Isya dan salat Subuhnya. Semuanya itu adalah kebaikan-kebaikan yang dapat menghapuskan keburukan-keburukan (dosa-dosa). Orang-orang bertanya, 'Ini adalah kebaikan-kebaikan. Maka apakah yang dimaksud dengan al-baqiyatus salihat, hai Usman?' Usman menjawab bahwa yang dimaksud dengannya ialah kalimah: 'Tidak ada Tuhan selain Allah, Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, Allah Mahabesar, tidak ada upaya (untuk menjauhkan diri dari kedurhakaan) dan tidak ada kekuatan (untuk mengerjakan ibadah) kecuali hanya dengan (pertolongan) Allah, Yang Maha­tinggi lagi Mahaagung.

 

وَقَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ: أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ خُثَيْم، عَنْ نَافِعٍ عَنْ سَرْجس، أَنَّهُ أَخْبَرَهُ أنه سأل ابن عمر عن: {الْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ} قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ.

Ibnu Juraij mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Us­man ibnu Khaisam, dari Nafi' ibnu Sarjis; ia pernah menceritakan kepada­nya bahwa ia bertanya kepada Ibnu Umar tentang apa yang dimaksud dengan istilah al-baqiyatus salihat. Maka Ibnu Umar r.a. menjawab: Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Mahabesar, Mahasuci Allah, dan tidak ada daya serta tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah.

 

Tafsir Surat Az-Zumar, ayat 21-22

{أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الأرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لأولِي الألْبَابِ (21) أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ أُولَئِكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ (22) }

Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, lalu diatur-Nya menjadi sumber-sumber air di bumi, kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering, lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam, lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang-orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.

Allah Swt. menceritakan bahwa asal mula air yang ada di dalam tanah berasal dari langit, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

{وَأَنزلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا}

dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih. (Al-Furqan: 48)

Apabila telah diturunkan air dari langit, maka air itu tersimpan di dalam bumi, lalu Allah Swt. mengalirkannya ke berbagai bagian bumi menurut apa yang dikehendaki-Nya, dan Allah menyumberkannya menjadi mata air-mata air, ada yang kecil dan ada yang besar menurut apa yang diperlukan. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya dalam surat ini:

{فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الأرْضِ}

lalu diatur-Nya menjadi sumber-sumber air di bumi. (Az-Zumar: 21)

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Abu Qutaibah alias Atabah ibnul Yaqzan, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, lalu diatur-Nya sumber-sumber air di bumi. (Az-Zumar: 21). Tiada suatu air pun di dalam bumi, melainkan berasal dari air yang diturunkan dari langit, tetapi rongga-rongga yang ada di dalam bumilah yang mengubahnya. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: lalu diatur-Nya menjadi sumber-sumber air di bumi. (Az-Zumar: 21) Maka barang siapa yang ingin mengubah air yang asin menjadi tawar, hendaklah ia menguapkannya (dan uapnya itu akan menjadi air yang tawar).

Hal yang sama telah dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair dan Amir Asy-Sya'bi, bahwa semua air yang ada di dalam tanah berasal dari langit.

Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa asalnya dari salju. Yakni salju itu terhimpun di atas gunung-gunung dan menetap di puncaknya, lalu dari bawahnya menyumberlah mata air-mata air.

***********

Firman Allah Swt.:

{ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ}

kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya. (Az-Zumar: 21)

Yaitu kemudian dari air yang diturunkan dari langit dan yang timbul dari sumber air yang ada di bumi dikeluarkanlah tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam bentuk, rasa, bau, dan manfaatnya. {ثُمَّ يَهِيجُ}

lalu ia menjadi kering. (Az-Zumar: 21)

Yakni sesudah kelihatan segar dan muda, terus menjadi tua. maka kamu lihat menjadi kuning yang bercampur kering.{ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا}

kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. (Az-Zumar: 21)

Maksudnya, sesudah itu menjadi kering dan hancur berguguran.

{إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لأولِي الألْبَابِ}

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (Az-Zumar: 21)

Yakni orang-orang yang mengambil pelajaran dari fenomena ini akan menyimpulkan bahwa pada mulanya dunia itu seperti gambaran tersebut; diawali dengan hijau segar dan indah, lalu menjadi tua dan cacat. Dahulunya muda, kini menjadi tua dan pikun serta lemah; dan sesudah semuanya itu lalu mati. Orang yang berbahagia adalah orang sesudah itu mendapat kebaikan.

Sering kali Allah Swt. membuat perumpamaan bagi kehidupan dunia ini dengan air yang diturunkan-Nya dari langit, lalu dengannya ditumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, sesudah itu menjadi hancur berguguran. Sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya melalui ayat lain, yaitu:

{وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا}

Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Kahfi: 45)

************

Adapun firman Allah Swt.:

{أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ}

Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya untuk (menerima) agama Islam, lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? (Az-Zumar: 22) Maksudnya, apakah sama orang yang demikian dengan orang yang membatu hatinya lagi jauh dari kebenaran? Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

{أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا}

Dan apakah orang yang sudah mati, kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar darinya? (Al-An’am: 122)

Karena itulah disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ

Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya umtuk mengingat Allah. (Az-Zumar: 22)

Yakni hati mereka tidak lunak saat menyebut nama Allah, tidak khusyuk, tidak sadar dan tidak memahami.

{أُولَئِكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ}

Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (Az-Zumar: 22)

 

http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-al-hadid-ayat-20-21.html

Tafsir Surat Al-Hadid, ayat 20-21

{اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ (20) سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالأرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (21) }

Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.

Allah Swt. berfirman, menceritakan hinanya kehidupan dunia dan kerendahannya. Untuk itu maka Dia berfirman:

{أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ}

sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak. (Al-Hadid: 20)

Yakni sesungguhnya kesimpulan dari kehidupan dunia bagi para pemiliknya adalah hal-hal tersebut, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ}

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Ali Imran: 14)

Kemudian Allah Swt. menggambarkan tentang perumpamaan kehidupan dunia, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu adalah kemewahan yang fana dan nikmat yang pasti lenyap. Untuk itu Dia berfirman:

{كَمَثَلِ غَيْثٍ}

seperti hujan. (Al-Hadid: 20)

Yaitu hujan yang turun sesudah manusia berputus asa dari kedatangannya, seperti yang diungkapkan oleh firman-Nya:

وَهُوَ الَّذِي يُنزلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا

Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa. (Asy-Syura: 28)

Adapun firman Allah Swt.:

{أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ}

yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani. (Al-Hadid: 20)

Artinya, tanam-tanaman yang ditumbuhkan berkat hujan itu mengagumkan para petaninya. Maka sebagaimana para petani merasa kagum dengan hal tersebut, begitu pula halnya orang-orang kafir mengagumi kehidupan dunia; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling menyenangi­nya dan tiada yang terlintas dalam benak mereka selain darinya.

{ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا}

kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. (Al-Hadid: 20)

Yakni tanam-tanaman itu kering dan kelihatan kuning, padahal sebelumnya tampak hijau dan segar, kemudian semuanya menjadi hancur berantakan alias kering kerontang. Demikian pula kehidupan dunia, pada mulanya kelihatan muda, lalu tumbuh dewasa dan menua, akhirnya pikun dan peot. Demikian pula manusia pada permulaan usianya dan usia mudanya, ia kelihatan segar, padat, berisi, serta penampilannya hebat. Kemudian secara berangsur-angsur mulai menua dan semua wataknya berubah dan merasa kehilangan sebagian dari kekuatannya. Lalu jadilah ia manusia yang lanjut usia dan lemah kekuatannya, sedikit geraknya dan tidak mampu mengerjakan sedikit pekerjaan pun, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:

{اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ}

Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. (Ar-Rum: 54)

Mengingat perumpamaan ini menunjukkan akan lenyapnya dunia dan kehancurannya serta kehabisan usianya sebagai suatu kepastian, dan bahwa negeri akhirat itu ada dan pasti, maka diperingatkanlah untuk berhati-hati dalam menghadapinya, sekaligus mengandung anjuran untuk berbuat kebaikan yang akan membawa pahala kebaikan di negeri akhirat nanti. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

{وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ}

Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Al-Hadid: 20)

Artinya, tiada di negeri akhirat yang akan datang dalam waktu yang dekat kecuali ini atau itu, yakni adakalanya azab yang keras dan adakalanya ampunan dari Allah dan rida-Nya. Firman Allah Swt.:

{وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ}

Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

 

Yakni kesenangan yang fana lagi memperdayakan orang yang cenderung kepadanya, karena hanya dialah yang teperdaya olehnya dan merasa kagum dengannya, hingga ia mempunyai keyakinan bahwa tiada negeri lain selain dunia ini dan di balik ini tidak ada hari berbangkit. Padahal kehidupan dunia ini amatlah hina/rendah bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat.

 

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Harb Al-Mausuli, telah menceritakan kepada kami Al-Muharibi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tempat cambuk di dalam surga lebih baik daripada dunia dan seisinya, bacalah oleh kalian akan firman-Nya, {وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ}

Ibnu "Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”

 

Hadis ini telah disebutkan di dalam kitab sahih, tanpa tambahan ayat; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ ووَكِيع، كِلَاهُمَا عَنِ الْأَعْمَشُ، عَنْ شَقِيقٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَلْجنة أَقْرَبُ إِلَى أَحَدِكُمْ مِنْ شِرَاك نَعْلِهِ، وَالنَّارُ مِثْلُ ذَلِكَ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir dan Waki', keduanya dari Al-A'masy, dari Syaqiq, dari Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya surga itu lebih dekat kepada seseorang dari kamu daripada tali terompahnya, dan neraka pun sama seperti itu.

Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini secara tunggal di dalam kitab Raqa-iq melalui hadis As-Sauri, dari Al-A'masy dengan sanad yang sama. Di dalam hadis ini terkandung makna yang menunjukkan dekatnya kebaikan dan keburukan dengan manusia.

Oleh karena itulah maka Allah menganjurkan kepada manusia untuk bersegera mengerjakan kebaikan yaitu berupa amal-amal ketaatan, dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan. Karena dengan mengerjakan amal-amal ketaatan terhapuslah dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan orang yang bersangkutan, sekaligus menghasilkan baginya pahala dan derajat. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

{سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالأرْضِ}

Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. (Al-Hadid:21)

Makna yang dimaksud ialah jenis langit dan bumi. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ}

Dan bergegaslah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Ali-Imran: 133)

Dan dalam surat ini disebutkan:

{أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ}

yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Hadid: 21)

Yakni apa yang telah disediakan oleh Allah bagi mereka merupakan karunia dan kebaikan dari-Nya kepada mereka.

 

 


Comments

Popular posts from this blog

TANGGAP WACANA ATUR PAMBAGYA HARJA

Pada rangkaian acara resepsi pernikahan, keluarga yang mempunyai hajat (punya kerja), berkewajiban menyampaikan sambutan (tanggap wacana) selamat datang kepada seluruh hadirin. Dalam tatacara resepsi adat Jawa disebut Atur Pambagya Harja, atau atur pambagya wilujeng. Dalam sambutan ini, orang yang punya kerja akan mewakilkan kepada orang tertentu yang ditunjuk, biasanya ketua RT/RW, atau orang yang dituakan di lingkungannya. Nah, ketika menjadi ketua RT, saya pernah mendapat tugas untuk menyampaikan pidato (tanggap wacana) tersebut. ****** Berikut contoh / tuladha atur pambagya harja yang pernah saya sampaikan…. Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -        Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -        Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Allah SWT, Gusti Ingkang Mah

CONTOH ATUR PANAMPI PASRAH TEMANTEN SARIMBIT ACARA NGUNDUH MANTU

Bp-Ibu Bambang Sutopo  Assalamu'alaikum wrwb. 1.      Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.. 2.      Panjenenganipun Bapa Suwardi minangka sulih sarira saking Bapa Gito Suwarno-Ibu Tuginem, ingkang tuhu kinurmatan. 3.      Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang bagya mulya. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Allah SWT - Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bp. Bambang Sutopo, S.Pd,  sekalian Ibu Jari, keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah saking kulawarga Bapa Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem. Ingkang sepisan , kula minangkani punapa ingkang dados kersanipun Bapa Bambang Sutopo sekalian dalasan sedaya kulawarga, ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bp Gito Suwarno sekalian Ibu Tuginem-sapendherek,  ingkang pidalem w onten ing   Dukuh Jenggrik,  Desa Purwosuman,  Kec. Sidoharjo, Kab Sragen. Kaping kalih , menggah salam taklim 

ATUR PASRAH BOYONG TEMANTEN KEKALIH

Salah satu rangkaian adat Jawa setelah melangsungkan resepsi pernikahan adalah, keluarga temanten perempuan memboyong kedua mempelai kepada keluarga orangtua mempelai laki-laki (besan).  Sebelum masuk rumah keluarga besan, diadakan acara “Atur Pasrah” dari keluarga mempelai perempuan, dan “Atur Panampi” dari keluarga besan. Berikut adalah tuladha (contoh) sederhana “Atur Pasrah” yang saya susun dan laksanakan. *** Assalamu ‘alaikum Wr.Wb. Bismillahirrahmanirrahim. Al-hamdu lillahi rabbil ‘alamin. * Para sesepuh pinisepuh ingkang dahat kinabekten ** Panjenenganipun Bp.Waluyo dalasan Ibu Sumarni ingkang kinurmatan *** P ara rawuh kakung putri ingkang bagya mulya . Kanti  ngunjukaken raos syukur dumateng Allah SWT, Gusti Ingkang Moho Agung. Sowan kula mriki dipun saroyo dening panjenenganipun Bapa Haji Supriyadi, S.Pd dalasan Ibu Hajah Lasmi ingkang pidalem wonten Plumbungan Indah RT.27/RW.08 Kelurahan Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Sragen, kepareng matur

Pidato Kocak Dai Gokil

Humor sebagai salah satu bumbu komunikasi dalam berpidato hingga kini masih diakui kehebatannya. Ketrampilan   menyelipkan humor-humor segar dalam berpidato atau ceramah,   menjadi daya pikat tersendiri bagi audien atau pendengarnya sehingga membuat mereka betah mengikuti acara sampai selesai. Buku saku berjudul “Pidato-pidato Kocak ala Pesantren” karya Ustad Nadzirin (Mbah Rien) ini mungkin bisa menjadi referensi bagi pembaca yang ingin menciptakan suasana segar dalam berpidato. Buku setebal   88 halaman yang diterbitkan oleh Mitra Gayatri Kediri (tanpa tahun) ini berisi contoh-contoh pidato penuh humor. Membaca buku yang menyajikan enam contoh pidato yang oleh penulisnya dimaksudkan untuk bekal dakwah   para dai gokil dan humoris ini saya ngakak abis .  Pengin tahu cuplikannya? Silahkan simak berikut ini. “Saudara dan saudari.  Baik eyang putra maupun eyang putri…Semua tanpa kecuali yang saya cintai… Meski kalian semua tidak merasa saya cintai…” “…..Allah tela

Atur Wangsulan Lamaran Calon Temanten

Meski tugas juru bicara untuk menyampaikan lamaran (pinangan) seperti yang saya tulis kemarin berlangsung 'glagepan' dan 'gobyoss', namun oleh beberapa teman,  saya dianggap 'sukses'.  "Bagus Pak. Sederhana dan 'cekak aos' apa yang menjadi inti," kata teman.  Tapi bagi saya pribadi, respon teman itu mungkin bisa diartikan lain. Sekedar untuk menyenangkan saya atau 'nyindir'. Namun tetap saya ucapkan terima kasih, karena memberi saya kesempatan untuk belajar dari pengalaman.  Betul. Beberapa hari setelah kejadian itu, saya diminta lagi untuk menjadi 'juru bicara' sebagai pihak yang harus menyampaikan jawaban/tanggapan atas lamaran di keluarga lain. Saya pun tak bisa mengelak. Karena waktunya sangat mendadak maka konsep saya tulis tangan dengan banyak coretan.  Seperti diketahui, setelah adanya lamaran dari keluarga pihak lelaki, biasannya diikuti dengan kunjungan balasan untuk  menyampaikan jawaban atau balasan.

ATUR PASRAH CALON TEMANTEN KAKUNG BADE IJAB ( Kanthi Prasaja ) )

Setelah dua kali mendapat mandat menjadi ‘talanging basa’ atau juru bicara untuk menyampaikan dan menerima ‘lamaran’ atau pinangan, dikesempatan lain ternyata saya ‘dipaksa’ lagi menjalani tugas untuk urusan adat Jawa. Kali ini, saya diminta salah satu keluarga untuk menjadi juru bicara ‘atur pasrah calon temanten kakung’ - pasrah calon mempelai pria, kepada calon besan menjelang acara ijab qabul. Permintaan tersebut saya jalani, meski, sekali lagi, dengan cara yang amat sederhana dan apa adanya. Pengetahuan dan pengalaman yang sangat minim tidak menghalangi saya untuk melaksanakan tugas tersebut sebagai bagian dari pengabdian di tengah masyarakat. ****** Berikut contoh atau tuladha apa yang saya sampaikan tersebut. Assalamu 'alaikum wr.wb. ·           *** Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten.      *** Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. ·          *** Panjenenganipun Bapak Susilo ingkang hamikili Bapak Sukimin sek

Tanggap Wacana Basa Jawi dan Contoh Lamaran

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi yang berpengaruh pada perubahan perilaku masyarakat, ternyata masih banyak orang tetap memegang teguh   dan ‘nguri-nguri’ (melestarikan) warisan ‘Budaya Jawa’. Salah satu warisan tersebut adalah ‘Tanggap Wacana Basa Jawi’ atau pidato bahasa jawa dalam acara-acara adat maupun ‘pasamuan’ (pertemuan) keluarga dan warga kampung, terutama   di ‘tlatah’ (daerah) Jawa Tengah dan Jawa Timur. Atau di berbagai daerah di Indonesia yang terdapat komunitas atau kelompok masyarakat ‘Jawa’. Bagi sebagian orang, meski mereka hidup di lingkungan masyarakat berbudaya Jawa, tanggap wacana basa jawi (pidato bahasa jawa) sering dianggap momok karena sulit pengetrapannya. Ketidakmampuan mereka bisa karena sudah ngga peduli dengan bubaya jawa atau ngga mau belajar, sehingga keadaan sekarang ini ibarat ‘Wong Jowo Ilang Jawane’ – orang Jawa sudah kehilangan jatidirinya sebagai orang Jawa. Namun bagi orang yang kebetulan di- tua -kan di li

ATUR PAMBAGYA HARJA WILUJENG

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. -       Para Sesepuh Pinisepuh, ingkang satuhu kula bekteni -       Para Rawuh Kakung sumawana putri ingkang kinurmatan Sakderengipun kula matur menggah wigatosing sedya wonten kelenggahan punika, sumangga panjenengan sedaya kula derek-aken ngunjuk-aken raos syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingkang Maha Kawasa, awit saking peparing ni’mat saha berkahipun, panjenengan dalasan kula saget makempal manunggal, wonten papan punika kanthi wilujeng mboten wonten alangan satunggal punapa. Para Rawuh Kakung Sumawana Putri ingkang minulya. Kula minangka talanging basa saking panjenenganipun Bapa Ignasius Sarono, S.Pd dalasan Ibu Dra. Christiana Sri Wahyuni Kustiasih, M.Pd , ingkang pidalem ing Plumbungan Indah Sragen, wonten kalenggahan punika kepareng matur : Sepisan , bilih Bapa Ibu Iganasius Sarono ngaturaken syukur dumateng ngarsanipun Gusti Ingakang Maha Kawasa, awit   saking Berkahi-pun, saha donga pangestu panjenengan sedaya, sampun kal

ATUR PANAMPI PASRAH CALON TEMANTEN BADE IJAB

Assalamu'alaikum wrwb. -    Para Sesepuh-Pinisepuh ingkang dahat kinabekten. -    Para Rawuh kakung sumawana putri ingkang kinurmatan. -    Panjenenganipun Bapak….                  ingkang hamikili Bapak Karjiyono, SE, MM – Ibu Rr. Erniani Djihad Sismiyati (alm) ingkang tuhu kinurmatan. Kanthi ngonjukaken raos syukur dhumateng Gusti Ingkang Maha Agung, kula minangka sulih salira saking panjenenganipun Bp. Haji Mulyono Raharjo, S.Pd, MM   sekalian Ibu Sri Sayekti, Sm,Hk keparenga tumanggap atur menggah paring pangandikan pasrah calon temanten kakung. Ingkang sepisan , kula minangkani Bapak Mulyono Raharjo sekalian, dalasan sedaya kulawarga ngaturaken pambagya sugeng ing sarawuh panjenengan minangka Dhuta Saraya Pasrah saking Bapak Karjiyono, sapendherek, ingkang pidalem wonten ing   Jombor Lor, RT.01/18, Kel. Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Ngayogyakarta Hadiningrat. Kaping kalih , menggah salam taklim Bp. Karjiyono sekalian lumantar panjenengan s