Berikut saya tampilkan tulisan seorang teman, namanya Ibudh.
Dia dikenal sebagai seorang aktivis lingkungan, pemerhati sosial, penyair jalanan dan esais. Buku karyanya berjudul "Membaca Negeri" merupakan kumpulan esai.
Ibudh saat ini menjabat sekjen Forum Lingkar Pena ( FLP) Solo Raya.
Ibudh. Saat membaca Puisi di acara Solo Muslim Fair |
Pria kelahiran Sragen ini sekarang tinggal di Solo bersama istrinya, Hidayatul Hasanah, yang juga aktif menulis.
Selamat membaca, semoga bermanfaat.
Bijak Lingkungan Adalah Konsekuensi Iman
2
NOVEMBER · PUBLIK
Oleh: ibudh (Pelayan
di #Rumah_Pemberadaban_Hijau )
Kerusakan lingkungan
sudah nyata di depan mata. Ia butuh perhatian dan tindakan serius umat manusia.
Konsep sekular yang hanya menyentuh aspek fisik semata tak mampu mengatasinya.
Islam adalah jalan keluarnya, karena agama ini memiliki konsep yang mapan dan
tegas tentang lingkungan: fisik dan spiritual tak dipisahkan.
Tapi fakta saat ini
menunjukkan, kajian tentang lingkungan menurut perspektif al-Qur'an jarang
ditemukan. Alhasil, mayoritas umat Islam berkepedulian rendah pada lingkungan.
Ulama salaf memang
belum mengkaji lingkungan secara luas dan mendalam. Wajar, sebab di zaman
mereka persoalan lingkungan belumlah seberapa dibanding persoalan hidup
lainnya. Berbedalah sekarang, kerusakan lingkungan sudah amat sangat nyata di
depan mata!
Tak boleh ditunda lagi,
umat Islam harus memahami ajaran agamanya tentang lingkungan. Karena seharusnya
merekalah yang terdepan dalam gerak langkah pelestarian.
"Kamu (umat
Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu)
menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman
kepada Allah ...." (Ali Imran: 110).
Tulisan sederhana ini
mudah-mudahan sedikit membantu kita dalam memahami ajaran Islam tentang
lingkungan. Ada empat hal penting mengenai lingkungan yang disajikan di sini,
yang seyogianya kita mengerti.
I.
Lingkungan Milik Allah swt
al-Qur'an memberitahu
kita bahwa Allah swt-lah Pencipta jagad raya/lingkungan, dan secara mutlak
memiliknya.
"Yang memiliki
kerajaan langit dan bumi, tidak mempunyai anak, tidak ada sekutu bagiNya dalam
kekuasaan(Nya), dan Dia menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan
ukuran-ukurannya dengan tepat." (al-Furqan: 2),
"Tidakkah kamu
tahu bahwa Allah memiliki kerajaan langit dan bumi? Dan tidak ada bagimu
pelindung dan penolong selain Allah." (al-Baqarah: 107).
Kendati menjadi
Pemilik mutlaknya, Allah swt sama sekali tidak membutuhkan lingkungan.
KepemilikanNya bersifat tanpa pamrih.
"MilikNya-lah
apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Allah benar-benar
Mahakaya, Maha Terpuji." (al-Hajj: 64),
"Milik Allah-lah
apa yang di langit dan di bumi. Sesungguhnya Allah, Dia-lah yang Mahakaya, Maha
Terpuji." (Luqman: 26),
"Mereka
(orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata, 'Allah mempunyai anak.' Mahasuci Dia,
Dia-lah yang Mahakaya; milikNya-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi. Kamu tidak mempunyai alasan yang kuat tentang ini. Pantaskah kamu
mengatakan tentang Allah apa yang kamu tidak ketahui?" (Yunus: 68).
II.
Allah swt Pemeliharanya
Allah swt Maha
Pemelihara lingkungan. Dalam al-Qur'an, pemeliharaanNya diungkapkan dengan term
al-Hafiz dan al-Wakil.
Term al-Hafiz
terdapat di dua tempat dan bermakna Pemelihara seutuh ciptaanNya.
"....
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pemelihara segala sesuatu." (Hud: 57),
".... Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala
sesuatu." (Saba': 21).
Sedangkan term
al-Wakil yang konteks kalimatnya bermakna Tuhan Pemelihara Lingkungan, terbagi
dalam tiga makna.
Pertama, bermakna Pemelihara seluruh ciptaanNya.
"Itulah Allah,
Tuhan kamu; tidak ada tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah
Dia; Dia-lah Pemelihara segala sesuatu." (al-An'am: 102),
".... Sungguh,
engkau hanyalah seorang pemberi peringatan, dan Allah pemelihara segala
sesuatu." (Hud: 12), "Allah pencipta segala sesuatu dan Dia Maha
Pemelihara atas segala sesuatu." (az-Zumar: 62).
Kedua, bermakna Pemelihara Tunggal.
".... Cukuplah
Allah yang menjadi pelindung." (an-Nisa': 81),
"Dan milik
Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Cukuplah Allah
sebagai Pemeliharanya." (an-Nisa': 132),
"....
MilikNya-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan cukuplah
Allah sebagai pelindung." (an-Nisa': 171),
"Sesungguhnya
(terhadap) hamba-hambaKu, engkau (Iblis) tidaklah dapat berkuasa atas mereka.
Dan cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga." (al-Isra': 65),
"dan
bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara."
(al-Ahzaab: 3).
Ketiga, bermakna Pemelihara terbaik.
".... 'Cukuplah
Allah (menjadi penolong) bagi kami, dan Dia sebaik-baik pelindung.'" (Ali
Imran: 173).
Terdapat perbedaan
pendapat tentang teknis pelaksanaan kemahapemeliharaan Allah swt terhadap
lingkungan. Sebagian ulama memahami bahwa Dia melakukannya secara langsung.
Sebagian lainnya mengatakan seperti dijelaskan di bawah ini.
Cara Allah swt
memelihara lingkungan adalah dengan mencipta sunah lingkungan/hukum alam, yang
terdiri dari dua divisi, yakni (1) niche ekologis setiap komponen lingkungan
dan (2) daur energi.
1.
Niche Ekologis
Niche ekologis adalah
fungsi atau peran suatu komponen lingkungan yang memengaruhi komponen
lingkungan lainnya.
"Dan setiap umat
memiliki kiblat yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam
kebajikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkanmu semuanya.
Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (al-Baqarah: 148).
Daya dukung
lingkungan (kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan semua
komponennya) akan optimal bila niche ekologis setiap komponen lingkungan
berkerja dengan baik.
2.
Daur Energi
Wujud daur energi
adalah rantai makanan dan jaring-jaring kehidupan.
"Apakah mereka
yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka
dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian
yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian
yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan."
(az-Zukhruf: 32),
"(Dialah) yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, dan langit sebagai atap. Dan Dia-lah
yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu
buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan
tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (al-Baqarah:
22).
Setelah memahami cara
Allah swt dalam memelihara lingkungan, orang beriman mestinya sadar untuk
menggunakan niche ekologisnya dengan baik, yaitu dengan berperilaku bijak
lingkungan.
"Dan kepada
penduduk Madyan, Kami (utus) Syu'aib, saudara mereka sendiri. Dia berkata,
'Wahai kaumku! Sembahlah Allah. Tidak ada Tuhan(sesembahan) bagimu selain Dia.
Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu.
Sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan jangan kamu merugikan orang sedikit
pun. Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik.
Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu orang beriman." (al-A'raf: 85).
III.
Posisi dan Peran Manusia dalam Lingkungan
Islam menjelaskan
bahwa jagad raya beserta seluruh isinya adalah ciptaan dan milik Allah swt.
Setiap ciptaan/makhluk itu memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri.
Realitas ini sengaja Dia rancang agar terjadi hubungan timbal balik yang saling
melengkapi.
"Dan tidak ada
seekor binatang pun yang ada di bumi, dan burung-burung yang terbang dengan
kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu.
Tidak ada sesuatu pun yang kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan
mereka dikumpulkan." (al-An'am: 38).
Tegasnya, manusia
bukan milik lingkungan, dan lingkungan juga bukan milik manusia. Keduanya
sama-sama milik Allah swt. Manusia adalah bagian dari lingkungan yang memikili
keistimewaan. Ia adalah makhluk yang dicipta paling sempurna (baca at-Tiin: 4)
dan dibekali kemampuan mengelola lingkungan dengan tata aturan yang Dia
wahyukan. Karena itu Dia menjadikannya khalifah: pengemban tugas mengelola
lingkungan.
"Dan (ingatlah)
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Aku hendak menjadikan khalifah
di bumi.' Mereka bertanya, 'Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak
dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memujiMu dan mensucikan
namaMu?' Dia berfirman, 'Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.'" (al-Baqarah: 30).
IV.
Biang Kerusakan Lingkungan
Ada empat macam cara
pandang manusia terhadap lingkungan. Ekosentris
(menganggap manusia sebagai bagian sangat kecil dari lingkungan, sehingga harus
tunduk padanya), transisi (keraguan
antara ekosentris dan antroposentris), antroposentris
(menganggap manusia sebagai pemilik mutlak lingkungan sehingga boleh
mengeksploitasinya sesuka hati), holistik
(menganggap manusia bagian dari lingkungan tapi punya kelebihan dan sadar untuk
tidak bertindak sewenang-wenang --tapi yang dijadikan tujuan kearifan adalah
lingkungan, bukan Allah swt).
Dari keempatnya, cara
pandang antroposentrislah yang menjadi penyebab ideologis kerusakan lingkungan.
Faham antroposentrisme menganggap manusia sebagai pusat kosmos: lingkungan
diciptakan semata-mata untuk kepentingan manusia dan secara mutlak menjadi
milik manusia. Sehingga penganut faham ini menghalalkan perilaku
sewenang-wenang: eksploitatif dan destruktif, terhadap lingkungan.
"Sekali-kali
tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat
dirinya serba cukup." (al-'Alaq: 6-7).
Paham
antroposentrisme yang sangat nyata bertentangan dengan ajaran Islam inilah yang
menjadi penyebab mendasar, utama, dan terbesar, kerusakan lingkungan. Namun
lucunya, banyak Muslim --sadar atau tidak-- menjadi penganutnya. (Semoga
tulisan ini menjadi jalan tobat nasuha.)
"Dan janganlah engkau berjalan di muka
bumi dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi
dan dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung." (al-Isra': 37).
Akhirnya, dari
keempat hal penting yang telah dipaparkan di atas, kita dapat menarik
kesimpulan bahwa berjiwa bijak lingkungan merupakan konsekuensi iman.
Sebagai Muslim, kita
harus tampil terdepan dalam gerak langkah pelestarian lingkungan. Melestarikan
lingkungan adalah ibadah yang harus dilakukan dengan penuh keikhlasan, tanpa
pamrih.
Usaha pelestarian
lingkungan seyogianya kita lakukan bukan saja agar manusia tidak tertimpa
dampak buruk kerusakan lingkungan, melainkan demi lestarinya lingkungan itu
sendiri. Begitulah cara kita mensyukuri nikmat Allah swt.
"(Allah) Yang
Maha Pengasih. Yang telah mengajarkan al-Qur'an. Dia menciptakan manusia,
mengajarnya pandai berbicara. Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan,
dan tumbuhan dan pepohonan keduanya tunduk (kepadaNya). Dan langit telah
ditinggikanNya dan Dia ciptakan keseimbangan, agar kamu jangan merusak
keseimbangan itu. Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah
kamu mengurangi keseimbangan itu. Dan bumi telah dibentangkanNya untuk
makhluk(Nya). Di dalamnya ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai
kelopak mayang, dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum
baunya. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" (ar-Rahman:
1-13).
Wallahu a'lam.
(Kartasura, Kamis
Legi 2 November 2017)
Daftar bacaan:
- al-Qur'an:
Terjemah, Tajwid dan Tafsir Per Kata, Bandung, Jabal,
- Mujiyono Abdillah, Agama Ramah
Lingkungan: Perspektif al-Qur'an, Jakarta, Paramadina, 2001
Terima kasih banyak Pak Parto. Semoga tulisan ini jadi sentuhan lembut bagi hati bangsa Indonesia yang peka. Indonesia memiliki kearifan lokal yang luar biasa berharga. Namun sayangnya, generasi modern kini kurang tertarik meliriknya. Salah satu kearifan lokal itu adalah bagaimana leluhur kita berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Mereka belum seterdidik kita, wawasannya belum seluas kita, tapi mampu mengekspresikan kasih sayangnya kepada kita yang kala itu belum ada. Ya, ekspresi kasih sayang kepada generasi mendatang adalah (salah satunya) dengan menjaga kelestarian lingkungan. Bagaimana dengan kita kini? Masihkan kita berani bilang sayang kepada anak cucu sementara tiap hari mencemari lingkungan yang akan kita wariskan kepada mereka?
ReplyDeleteMari sadar bersama. Insya Allah kita bisa bersinergi melakukan gerak langkah konkret pendidikan dan pelestarian lingkungan. Kontak saya: 081329654654. Terima kasih. (ibudh)
luar biasa mas ibudh. Semoga Allah memberkahi usaha panjenengan...
Delete