اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ
أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣)
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ
اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ
إِنَّ الْحَمْدَ
لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ
شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا . مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ .َأَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
أَمَّا بَعْدُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ: وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا. وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah, Hadirin Jamaah Shalat Idul Adha yang dirahmati Allah
Swt.
Hari
ini, Jumat, 10 Dzulhijjah 1446 H, bertepatan dengan tanggal 6 Juni 2025, umat
Islam di dunia merayakan ’Idul Ad-ha. Sejak tadi malam hingga tanggal 13
Zulhijah, gemuruh suara takbir, tahlil dan tahmid dari jutaan umat muslim di
dunia, bergema memenuhi angkasa jagat raya. Mereka serentak melantunkan kalimah
suci, mengagungkan asma Allah – Penguasa Alam Semesta. Jutaan manusia, dari
berbagai suku dan bangsa di seluruh dunia, mengumandangkan takbir, tahlil, dan
tahmid sebagai refleksi rasa syukur dan sikap kehambaan mereka kepada Allah
SWT. Allahu Akbar. Allah Maha Besar. Allah
Maha Agung. Tiada yang pantas disembah dan dipuji kecuali hanya Allah.
Marilah kita tundukkan
kepala dan tengadahkan jiwa di hadapan Allah Yang Maha Besar, Maha Kuasa. mari
kita enyahkan sifat angkuh dan congkak yang dapat menjauhkan diri dari rahmat
Allah.
Apapun kebesaran yang kita
sandang, amat kecil di hadapan Allah. Betapa pun perkasa kita, tak berdaya di
hadapan Allah Yang Maha Kuat. Sehebat apapun kekuasaan dan pengaruh kita, tidak
ada artinya dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.
Mari kita senantiasa
meningkatkan dan menguatkan ketakwaan kepada Allah swt. Dengan menjalankan
semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dengan berada di jalan yang
telah digariskan oleh Allah swt, semoga kita mampu menggapai tujuan hidup yang
benar dan hakiki, yakni bahagia di dunia, akhir hidup yang husnul khatimah dan
di akhirat kelak kita masuk Surga-Nya. Aamiin Yaa Rabbal ‘aalamiin.
Ketakwaan ini ditegaskan
Allah swt sebagai bekal yang paling baik dalam menjalani kehidupan:
وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ
خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
Artinya: “Bawalah bekal,
karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku
wahai orang-orang yang berakal sehat!”(QS. al-Baqarah: 197)
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah
Di momen Hari Raya Idul
Adha ini, marilah kita kembali renungkan nikmat dan rezeki yang telah
dianugerahkan oleh Allah swt dalam kehidupan, yang tidak bisa dihitung.
Segala nikmat ini adalah
nyata adanya. Ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Kautsar ayat 1:
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ
الْكَوْثَر
Artinya: “Sungguh, Kami
telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.”
Nikmat yang telah diberikan
ini harus dijadikan sebagai sarana untuk beribadah dan membawa kita lebih dekat
kepada Allah swt.
Salah satu sarana untuk
mendekatkan diri kepada Allah, dijelaskan Allah pada ayat kedua surat
Al-Kautsar:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ
وَانْحَرْۗ
Artinya: “Maka
laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah.”
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah.
Dalam ayat ini, Allah
perintahkan kita untuk mendekatkan diri kepada-Nya dengan dua bentuk
ibadah.
Pertama shalat,
dan kedua adalah berkurban yang dalam syari'at dilaksanakan
pada tanggal 10 Zulhijah, dan tiga hari setelahnya atau hari Tasrik,
yaitu 11,12 dan 13 Zulhijjah.
Dalam
Qur’an surat Al-Haj [22]:36 Allah berfirman,
وَالْبُدْنَ جَعَلْنٰهَا
لَكُمْ مِّنْ شَعَاۤىِٕرِ اللّٰهِ لَكُمْ فِيْهَا خَيْرٌۖ فَاذْكُرُوا اسْمَ
اللّٰهِ عَلَيْهَا صَوَاۤفَّۚ فَاِذَا وَجَبَتْ جُنُوْبُهَا فَكُلُوْا مِنْهَا
وَاَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّۗ كَذٰلِكَ سَخَّرْنٰهَا لَكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan telah Kami jadikan untukmu binatang
qurban itu sebagian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak
daripadanya, maka sebutlah nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan
berdiri. Kemudian apabila telah gugur, makanlah sebagian dan beri makanlah
orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan
orang yang meminta. Demikianlah telah Kami mudahkan binatang-binatang qurban
itu bagi kamu, agar kamu bersyukur.”
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa
penyembelihan hewan Qurban merupakan syi’ar agama Allah. Kemudian terdapat
kegembiraan karena bisa menikmati daging Qurban, sedangkan orang lain dan fakir
miskin juga memperoleh bagian.
Dalam hadits Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah
disebutkan ”Mereka bertanya : apakah yang kita peroleh dari udl-hiyah
(hewan qurban)?” Rasulullah SAW menjawab, ”pada setiap bulu ada
kebaikan untukmu.” Mereka bertanya lagi, ”bulu-bulu halusnya?” Rasulullah
menegaskan, “Pada setiap helai dari bulu-bulu halusnya juga ada kebaikan
untukmu.”
Tentu kita harus
benar-benar ikhlas dan menata hati yang lurus dalam berkurban ini.
Bahwa segala hal yang kita kerjakan harus ikhlas,
semata-mata karena ketaatan dan memenuhi perintah Allah, dan hanya karena
mengharap ridla Allah semata, bukan karena ingin pamer, ingin dipuji orang dan yang
lain. Dalam QS Al-Bayyinah [98]:5: Allah tegaskan,
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا
لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ
حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا
الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ
”Padahal
mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata
karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Menyembelih
hewan kurban menurut Imam Malik dan Imam al-Syafi’i adalah kesunnahan yang
diutamakan atau sunnah muakkadah.
Sedangkan Imam Abu Hanifah
berpendapat bahwa ibadah kurban adalah wajib bagi Muslim yang mampu.
Sebagai sebuah kesunnahan
yang ditekankan dan rutin dilakukan oleh Nabi Muhammad, ibadah kurban memiliki
keutamaan sebagaimana haditst Nabi dari Siti ‘Aisyah yang diriwayatkan
oleh Imam Tirmidzi dan Ibnu Majah, yang artinya: “Tidak ada suatu amalan yang
dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai
oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari
kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah
hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya,
lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.”
Keutamaan lain dari ibadah
kurban adalah :
1. Bukti kecintaan kepada Allah melebihi segala macam
kecintaan kepada yang lain.
Seperti
dicontohkan dalam kisah Ibrahim dan Ismail, bahwa jika Allah telah
memerintahkan, kecintaan apapun yang bersifat duniawi harus dikurbankan.
Dalam surat At-taubah [9]: 24 juga ditegaskan, yg
artinya,
“Katakanlah! Sekiranya bapak-bapakmu, anak-anakmu,
saudara-saudaramu, isteri-isterimu, kaum keluargamu, perdaganganmu yang kamu
khawatir rugi, semuanya lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan dari
berjihad dijalan-Nya maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik”.
2. Bukti rasa syukur kepada Allah.
Dalam Surat Al-haj [22] :
36, Allah berfirman
كَذٰلِكَ سَخَّرْنٰهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Demikianlah Kami mudahkan binatang qurban
untukmu, agar kamu bersyukur.”
Pada Surat Ibrahim (14) : 34, disebutkan:
وَاٰتٰىكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَاَلْتُمُوْهُۗ وَاِنْ تَعُدُّوْا
نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ
”Dan Dia (Allah) telah memberikan kepadamu
keperluan dari apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu mau menghitung
ni’mat Allah, pasti tidak akan dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya
manusia itu sangat dzalim dan tidak tahu bersyukur”.
3. Sebagai bukti ketaqwaan kepada Allah.
Dalam Surat Al-haj [22]:
37, Allah berfirman,
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ
يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا
اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ
“Daging-daging binatang qurban itu serta
darahnya sekali-kali tidak akan dapat mencapai (ridla) Allah, tetapi ketaqwaaan
dari kamu itulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah memudahkannya
untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepadamu. Dan
berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Karena itu niat ikhlas dalam berqurban harus dijadikan motivasi utama karena menjadi dasar sampai tidaknya nilai qurban itu terhadap ridla Allah.
اللهُ
أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah,
Ibadah kurban ini melatih
keikhlasan dan melatih seseorang untuk tidak terlalu cinta dunia. Perilaku ini
merupakan sebuah latihan jiwa yang cukup berat. Kerena harus melepaskan hal-hal
yang dicintainya, berupa harta untuk berqurban. Dengan latihan keikhlasan ini
jiwa senantiasa akan mampu mengendalikan diri dari motivasi dikuasai keduniaan
dan kebendaan. Orang yang bisa lepas dari budak keduniaan (zuhud) maka hidupnya
akan bahagia dan terhindar dari kecemasan.
Sebagaimana diketahui bahwa
hidup manusia tidak terlepas dari permasalahan keduniaan, harta dan sifat
kebendaan lainnya.
Karena itu ada sosial dari ibadah qurban, yakni berbagi rezeki untuk membahagiakan orang lain.
Ketika kita mampu
membahagiakan orang lain, maka kita akan merasa bahagia dan pada akhirnya
kebahagiaan bersama akan terwujud di tengah masyarakat.
Orang yang ikhlas dan
terbiasa menginfakkan harta miliknya untuk kemaslahatan umat, maka dirinya
tidak terbebani oleh pengaruh sifat kebendaan tersebut, tidak terlalu dipusingkan
untuk memikirkan hartanya, bisnisnya, dan pekerjaannya, sehingga melalaikan ibadah
dan tugas sosial.
Dalam beberapa kasus, banyak orang yang mengalami gangguan tidur (insomnia) karena selalu memikirkan hal tersebut. Bahkan ada juga yang mengalami "ketergantungan terhadap harta benda." Seperti perilaku berulang-ulang setiap jam mengecek brankas, rekening, dan sebagainya yang malah menambah kecemasan dalam dirinya. Khawatir kalau hartanya mendadak hilang.
Islam melatih manusia untuk
menjadi zuhud (jauh dari budak dunia), salah satunya dengan berqurban, dan
melepaskan sesuatu yang dicintai,
membiasakan diri kehilangan harta benda, demi meraih kemuliaan dari Allah Swt.
Dirinya yakin, bahwa semua kebaikan atau amal shaleh itu akan mendapatkan balasan
berlimpah dari Allah baik di dunia maupun kenikmatan di akhirat kelak.
Ketika daging kurban
telah diberikan kepada orang lain, kita akan melihat kesenangan,
senyuman, dan kebahagiaan dari si penerima.
Mereka merasa bahagia,
merasa dipedulikan, dan merasa diperhatikan. Hal ini akan berdampak pada
kesehatan mental mereka.
Bahwa orang yang senang
memberi, sering berbagi, hidupnya akan lebih bahagia.
Ada hal yang menarik dari
syari’at kurban. Karena daging kurban tidak hanya dibagikan kepada golongan
tertentu saja, tetapi seluruh masyarakat dapat merasakan daging kurban, tanpa
melihat golongan dan latar belakangnya.
Syari’at qurban berdampak
sosial dan psikis, ingin merekatkan toleransi dan kebersamaan (ukhuwah) dalam
masyarakat, menjalin kembali jaringan (silaturahim) yang terputus, menumbuhkan
rasa dipedulikan, memperbaiki hubungan sosial dan sebagainya.
Begitulah ajaran Islam yang
sangat manusiawi dan memahami betul kebutuhan manusia.
Begitu agungnya makna dan tujuan dari ibadah kurban ini, demikian indahnya sikap berbagi dalam ibadah Kurban.
Ibadah Qurban memang
dilakukan setahun sekali, tapi pengaruhnya, yaitu nilai ketaqwaan dan
keikhlasan serta semangat berkurban harus tetap menjadi nafas segala kegiatan,
sepanjang waktu, selama hayat dikandung badan.
Dengan demikian, hakikat
Qurban bukan hanya pada saat ‘Idul Ad-ha saja, tetapi juga diwaktu-waktu yang
lain dengan ruang lingkup yang lebih luas.
Mulai dari menyantuni fakir
miskin, mengelola TPQ, aktif dalam syiar (dakwah) Islam, mengeluarkan sebagian
rejeki untuk perjuangan umat, dan lain sebagainya. Semuanya itu membutuhkan
pengorbanan, baik harta benda, tenaga, dan pikiran.
Jika semua itu dilakukan
semata-mata karena keikhlasan dan ketaqwaan serta hanya mengharap ridla Allah,
yakinlah bahwa Allah akan menolong kita dan meneguhkan langkah kita untuk
meraih kemuliaan dan kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.
***
Demikian beberapa hal yang
dapat kami sampaikan dalam kesempatan ini, semoga bermanfaat. Terima kasih atas
perhatiannya. Jika terdapat banyak kesalahan, mohon dimaafkan.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ
وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْن
====
اللهُ
أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ
اْلحَمْدُ
Jamaah
Sholat Idul Adha Rahimakumullah
Mari
kita tutup khutbah ini dengan berdoa, semoga Allah menjauhkan kita dari
segala penyakit dan bencana yang menghinakan. Dan melimpahkan
keselamatan, kekuatan dan kesehatan lahir batin, hidup kita selalu
barakah, bermanfaat bagi sesama dalam rangka meraih ridla Allah, kebahagiaan
sejati di dunia dan akhirat.
Semoga
Allah menerima amal kebaikan dan ibadah kita, mengampuni dosa-dosa kita, dosa
orangtua dan semua umat Muslim, dan kelak apabila Allah menentukan
kematian, kita menjadi hamba Allah yang Husnul Khatimah, kembali kepada Allah
dengan Ridha dan diridai-Nya.
Aamiin,
yaa Rabbal ‘aalamiin
إِنَّ
اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ مُحَمَّد
اَلْحَمْدُ لِلّهِ
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ
وَاْلاَمْوَاتِ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرْ
-----------
Suparto
10 Zuhijah 1446 H /
6 Juni 2025
Comments
Post a Comment