Jumat (27/6/2025) umat Islam memasuki bulan Muharram 1447, yang menandai datangnya tahun baru hijriyah. Ada sejuta harapan dan impian memenuhi dada dalam menyambut datangnya tahun baru itu.
Pergantian waktu setahun ini, di satu sisi menunjukkan bahwa umur kita bertambah satu tahun, tetapi kesempatan hidup kita di dunia telah berkurang pula satu tahun. Ini berarti semakin jauh kita dari kelahiran dan kian dekat kepada kematian.
Secara historis, hijrah adalah peristiwa keberangkatan nabi besar Muhammad s.a.w. dan para sahabatnya dari kota Makkah menuju kota Yathrib, yang kemudian disebut al-Madinah al-Munawwarah.
Dalam konteks sekarang ini, makna hijrah tentu tidak harus identik dengan meninggalkan kampung halaman seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan kaum muhajirin, tetapi lebih kepada nilai-nilai dan semangat berhijrah itu sendiri.
Jadikan makna hijrah dengan semangat menyambut masa depan dengan penuh harapan. Kita yakin bahwa sehabis gelap akan terbit terang, setelah kesusahan akan datang kemudahan dan kita yakin bahwa pagi pasti akan datang walaupun malam terasa begitu lama dan panjang. Roda kehidupan selalu berputar dan tidak mungkin berhenti.
Mari kita jadikan peralihan tahun sebagai momen untuk melihat kembali catatan yang mewarnai perjalanan hidup masa lalu, dengan melakukan renungan atas apa yang telah kita perbuat.
Kita gunakan kesempatan ini untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup di dunia demi kebahagiaan akhirat kelak, dengan bercermin kepada nilai-nilai dan semangat hijrah dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.
Sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Furqan:62, “Sesungguhnya Allah menjadikan pergantian siang dan malam sebagai pelajaran dan mengungkapkan rasa syukur, dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur."
Dalam surat al-Hasyr 18 Allah berfirman, “Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah,dan setiap diri hendaklah selalu melihat apa yang telah dikerjakan untuk hari esuk. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha teliti serta Maha Mendengar.”
...
Keutamaan Hijrah
Orang-orang yang berhijrah, mereka berharap memperoleh rahmat Allah Ta’ala. Sebagaimana firman Allah,
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِۙ اُولٰۤىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ٢١٨
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah [2]: 218).
Pada ayat lain, Allah tegaskan bahwa orang yang berhijrah adalah orang yang benar keimanannya.
وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَالَّذِيْنَ اٰوَوْا وَّنَصَرُوْٓا اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ حَقًّاۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌ
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal [8]: 74).
Allah juga menjelaskan bahwa mereka yang berhijrah di jalan Allah adalah orang yang tinggi derajatnya dan termasuk orang yang mendapat kemenangan besar.
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْۙ اَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللّٰهِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفَاۤىِٕزُوْنَ ٢٠
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. At-Taubah [9]: 20).
Atas dasar beberapa keterangan tersebut, maka momentum menyambut tahun baru hijrah hendaknya kita maknai sebagai sarana untuk melakukan perubahan diri secara maksimal dalam menyempurnakan iman dan ketakwaan kepada Allah Ta’ala.
Peralihan tahun harus kita jadikan sebagai momen untuk melihat kembali catatan yang mewarnai perjalanan hidup masa lalu, dengan melakukan renungan atas apa yang telah kita perbuat.
Secara filosofis, renungan dan evaluasi untuk melihat catatan perjalanan hidup bukan hanya dilakukan pada saat pergantian tahun, namun harus dilakukan setiap hari, sepanjang hayat.
Seperti diungkapkan dalam Qur’an Surat Al-Hasyr [59] : 18 Allah menegaskan,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ١٨
“Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah,dan setiap diri hendaklah selalu melihat apa yang telah dikerjakan untuk hari esuk. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha teliti serta Maha Mendengar.”
Saat ini kita perlu mengejawantahkan hijrah dalam konteks yang lebih luas. Makna hijrah dapat diimplementasikan dalam berbagai konteks kehidupan.
Hijrah juga bermakna perpindahan atau perubahan dari satu situasi kepada situasi lain yang lebih baik, perubahan dari satu perilaku menuju perilaku yang lebih baik.
Maka, langkah nyata yang harus dilakukan, baik secara pribadi maupun organisasi atau komunitas adalah dengan memperbanyak amalan shalih (kebaikan) dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang masa. Kebaikan yang bisa memberikan manfaat bagi orang banyak.
Yakinlah, dengan kebaikan itu, akan berbuah dan melahirkan kebaikan pula. Sebagaimana firman Allah,
هَلۡ جَزَآءُ الْاِحۡسَانِ اِلَّا الۡاِحۡسَانُۚ
Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula).
..
Bagaimana berhijrah pada konteks kekinian? Hijrah adalah sebuah etos dan spirit yang harus terus dirawat dalam kehidupan. Hijrah adalah sebuah upaya keras (jihad) untuk memperbaiki kualitas hidup yang berisi dan menuju kepada kebaikan dan perbaikan, dalam bingkai peribadatan. Allah SWT, Berfirman dalam surah An-Nisaa’ ayat 100:
وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Artinya: Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat/cita-cita yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya adalah dengan berusaha keras agar kehidupan diri, keluarga, masyarakat serta bangsa berjalan pada koridor yang diridhoi oleh Allah SWT, sesuai dengan tuntunan serta panduan yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW, sebagaimana yang diwarisi dan diajarkan oleh para ulama.
Inilah satu-satunya cara, yang bila cara tersebut ditempuh, maka garansinya adalah suatu perubahan menuju kepada situasi dan kondisi kehidupan yang lebih baik dan beradab, sebagaimana yang telah Allah janjikan kepada kita pada ayat di atas.
Dalam berhijrah, secara lebih spesifik, Rasulullah berwasiat kepada kita:
والمهاجر من هجر ما نهى الله عنه (رواه البخاري)
Artinya: Dan orang yang berhijrah adalah orang yang telah meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah. (HR. Imam Al-Bukhari)
Wasiat Rasulallah di atas senada dengan apa yang telah Allah wajibkan dalam surah Al-Muddatstsir ayat 5:
والرجز فاهجر
Artinya: Dan dari segala perbuatan dosa, maka hijrahlah (tinggalkanlah).
Memperkokoh niat dan mengoptimalkan daya upaya untuk menaati segala perintah dan larangan Allah, inilah esensi dari kewajiban hijrah.
...
Comments
Post a Comment