Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kata Deparpolisasi mempunyai arti "pengurangan
jumlah partai politik". Namun,
bila ditelusuri lebih mendalam, kata deparpolisasi mempunyai arti yang sangat luas.
Deparpolisasi adalah gejala
psikologis warga yang menghilangkan kepercayaan terhadap partai politik, dan
enggan untuk mengidentifikasikan diri pada partai politik tertentu. Keengganan
masyarakat terhadap partai politik berdampak pada tingkat partisipasi warga
dalam pemilu.
Dalam sebuah pemilu yang demokratis,
partisipasi politik warga adalah sebuah keniscayaan bagi kehidupan demokrasi.
Demokrasi tanpa kehadiran rakyat (demos) adalah kesia-siaan. Keterlibatan
warga dipercaya sebagai partisipasi
warga dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang diharapkan dapat menyelesaikan
persoalan negara.
Dalam setiap pemilu di negara
demokratis, dinamika partai politik akan menjadi preferensi warga dalam
menentukan pilihan politik. Celakanya, jika dalam pemilu tidak ada partai yang
berhasil menjadi “partai idola”
masyarakat, maka gejala “emoh” partai atau deparpolisasi akan terjadi.
Gejala deparpolisasi ini tentu sangat
berdampak pada keikutsertaan warga dalam proses pemilu. Puncaknya, karena
melihat partai yang tidak memberikan harapan kebaikan, maka golput adalah salah satu pilihan
rasional masyarakat.
Istilah golput digunakan untuk
menunjuk pada orang yang tidak menghadiri TPS sebagai aksi protes. Atau menghadiri
TPS tetapi tidak menggunakan hak pilihnya secara benar. Golput bisa juga
diartikan orang yang mengunakan hak pilihnya namun dengan jalan menusuk bagian
putih dari kartu suara, atau menusuk seluruh tanda gambar yang ada sehingga
tidak sah.
Golput atau tidak memilih dalam
pemilu, bisa disebabkan beberapa hal. Pertama, disebabkan kendala teknis
seperti persoalan Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan banyaknya pemilih yang tidak
terdaftar. Kedua, alasan pragmatis, yaitu sikap antipati warga terhadap proses
politik yang dinilai tidak memberikan untung dan perubahan dari pemilu. Ketiga,
alasan ideologis, yakni ketidak sesuaian harapan warga terhadap calon dan
partai politik.
Golput juga bisa dimaknai sebagai sikap
protes atau penolakan terhadap mekanisme dan sistem yang sedang berjalan. Golput
menjadi bagian dari sikap kritis yang menghendaki adanya perubahan sistem politik.
Mencuatnya angka golput bisa dibaca bahwa masyarakat tidak peduli terhadap
politik. Apatis. Golput mampu menyeruak menjadi basis atas ketidakpercayaan
pada kader parpol.
Pernyataan keras Ketua Umum Partai Nasdem, Surya
Paloh, barangkali bisa kita jadikan tambahan referensi. Menurut Paloh, saat
ini ada persepsi negatif dari masyarakat
terhadap partai politik. Persepsi masyarakat itu bahkan sudah sampai menganggap
parpol sebagai pencoleng.
Sekarang yang ada bukan hanya kritik, tapi
sinisme. Bahkan, parpol gagal melakukan komunikasi yang cair terhadap
pemilihnya. "Persepsi publik masih tempatkan parpol mau menang sendiri,
sebagai sarang orang yang dianggap tahu arti idealisme, tapi sebenarnya
pencoleng. Ini merisaukan," ujar Surya dalam pembukaan Rakorwil DPW Nasdem
Aceh, di Banda Aceh, Sabtu (12/3).
Surya Paloh mengingatkan elite politik perihal
tersebut. Dia berharap persepsi itu tidak hanya dijawab dengan retorika,
melainkan harus dijawab dengan perilaku eliet politik. "Antara sikap dan
ucapan harus sejalan. Kepada saudara dan sahabat yang ada dalam posisinya
sebagai elite parpol, saya ingatkan persepsi publik terhadap parpol masih
merisaukan kita," imbau bos Media Group itu.
Semoga menjadi pembelajaran bagi kita
semua.
Diolah dari berbagai sumber, antara lain :
Betul... betul...betul... semoga ada keselarasan janji dan bukti dari para parpol ya pak...
ReplyDeleteitulah yang sekarang sulit kita temui di dunia parpol kita.
DeleteTajam dan mengena bang.
ReplyDeleteLalu bagaimana dg "dugaan" perilaku Surya Paloh dlm kasus korupsi dana Bansos Sumut oleh Gatot Pujo?
Yg telah menyeret petinggi Nasdem Patrice?
Ah ... otak saya ndak nutut.
Salam kenal bang
Saya belum bisa menganalis tentang perilaku Surya Paloh. Tetapi insyaallah besok pagi saya akan angkat tulisan mengenai 'etika politik'.
DeleteSalam kenal kembali Mas.
Semoga kita bisa saling belajar.
Wahh keren banget pak, aku jadi bisa belajar politik..^_^
ReplyDeleteKalau saya nulis tentang politik, artinya saya juga sedang belajar mengenai politik. Gitu ya Mbak...
DeleteMungkinkah saya termasuk yangGapatis terhadap politik di negara inj yah pak. #mikir
ReplyDeleteKarena mikirnya, kalau mau perubahan ya tidak bisa hanya andalkan penerintah saja. Melainkan harus dari diri sendiri . Bisa jadi karena tidak terllau kenal politik itu seperti apa ya.. ah jadi curhat. Hehehehe
Saya kira mbak Vinny nggak apatis thd politik. Buktinya masih bisa mikirin ttg kondisi pemerintahan yg lebih baik.
DeleteSaya suka tulisannya :)
ReplyDeleteSaya suka tulisannya :)
ReplyDeleteTerima kasih.
DeleteSaya masih terus belajar