Dalam lima tahun terakhir, saya giat melakukan
aktivitas yang berhubungan dengan upaya menjadi penulis. Pertama, saya membaca puluhan buku tentang cara praktis menjadi penulis
yang baik. Buku-buku “Sukses Menjadi Penulis”, “Menulis Itu Gampang”, “Resep
Cespleng Menulis Buku”, dan lain-lain berulang-ulang saya baca. Juga buku-buku mengenai
kisah tokoh-tokoh yang berhasil dalam dunia tulis menulis. Ditambah lagi
puluhan artikel yang tersebar di internet. Semua saya lahab habis. Intinya, saya
sudah khatam membaca “Kitab Suci”
tentang dunia tulis menulis.
Kedua, saya ikuti
berbagai seminar, workshop atau pelatihan tentang kepenulisan yang
diselenggarakan oleh beberapa lembaga amatir, organisasi komunitas dan
perguruan tinggi, baik gratis maupun membayar.
Dua jenis kegiatan tersebut saya
ikuti dengan sungguh-sungguh. Harapannya, kelak saya bisa menjadi penulis. Bisa
menerbitkan atau mempublikasikan karya di media massa, dan akhirnya menerbitkan
buku. Menjadi penulis buku. Menjadi pengarang. Gagasan, pemikiran saya bisa dibaca
orang banyak. Bermanfaat bagi umat manusia. Meninggalkan jejak kebaikan dalam
perjalanan hidup ini. Itu cita-cita saya.
Hasilnya bagaimana? Saya memang menjadi
orang yang ‘pintar bicara’ tentang cara menjadi penulis. Sekali lagi, pintar
bicara! Tetapi bagaimana hasil karya tulisan saya? Terutama tulisan yang
diterbitkan, dipublikasikan di media massa, media sosial, atau media lain, atau
buku? Tidak sesuai angan-angan saya.
Semakin banyak buku dan artikel saya baca,
kian sering kegiatan saya ikuti, belum juga berhasil mempublikasikan tulisan
seperti harapan semula. Dalam tiga tahunan, hanya beberapa tulisan berbentuk
reportase atau features ter-upload
di media online di kantor saya. Dan hanya satu judul puisi dan satu cerpen ikut
diterbitkan secara indie dalam buku
antologi besama beberapa teman.
November 2015, saya berkenalan dengan
seorang pejabat Pemda Kebumen Jawa Tengah yang berkunjung ke Kabupaten Sragen. Ia bercerita banyak (pamer) tentang
kemampuannya menulis di Blog. Sekarang bahkan sudah menjadi Bloger andalan yang
telah menghasilkan banyak uang. Ketika saya bercerita tidak bisa bikin Blog, dia langsung menyanggupi untuk menularkan ilmunya.
“Dalam waktu sepuluh menit, saya
jamin bapak bisa bikin Blog”, tantangnya. Betul, sambil ngobrol santai dengan
teman lain, ia mengajari saya. Dan berhasil. Alhamdulillah, sejak saat itu saya
punya Blog. Saya senang sekali. Tetapi ia berpesan, agar saya bisa menulis tiap
hari di Blog, tentang apa saja.
Sejak punya Blog, saya seperti punya
semangat untuk dapat menulis tiap hari. Namun kenyataannya, jauh dari harapan. Selama
tiga bulan, hanya 18 tulisan nongol di Blog. Artinya, rata-rata hanya bisa posting
enam tulisan dalam satu bulan.
Ketika semangat mulai mengendor,
akhir Januari 2016 facebook saya terkoneksi dengan nama ‘bang-syaiha’ yang membuka
program “One Day One Post” (ODOP)-1. Setelah mencermati, saya seperti
tertantang untuk mengikuti. Ternyata program ini sudah berjalan hampir sebulan.
Meski demikian, saya tetap meng-connect
ke link ODOP, sehingga setiap hari
saya menerima hasil postingan peserta ODOP. Selama seminggu saya hanya
menyimak, belum ikut menulis. Namun beberapa tulisan dan profil Bang Syaiha yang
inspiratif mulai mempengaruhi pikiran saya.
Awal Februari, saya berketetapan hati
untuk ikut menulis setiap hari, memposting di Blog dan melaporkan di link ODOP. Saya seperti punya kekuatan
baru dan daya dorong untuk menulis setiap hari dan mem-posting di Blog. Saya yakin, melalui ODOP ini bisa menjadi penulis
yang baik dan produktif.
Saya seolah dipaksa untuk menulis,
dalam kondisi apa pun. Dipaksa dan dipaksa, lama-lama menjadi biasa dan
terbiasa. Akhirnya menjadi kebiasaan. Menjadi kewajiban. Hasilnya, selama
Februari, ada 27 tulisan saya bertengger di Blog.
Kini, kalimat ‘menulis untuk
keabadian’ yang sering muncul di link
ODOP itu, terpatri di dalam ingatanku, dan meninggalkan jejak yang abadi. Ya, abadi
!!
Waahhh.. ini mah udah suhunya.. udah masternya..^_^ salam hormat bapak.. tetap semangatt..
ReplyDeleteWaahhh.. ini mah udah suhunya.. udah masternya..^_^ salam hormat bapak.. tetap semangatt..
ReplyDeleteTerima kasih ya mbak. Kita saling menyemangati. Saya juga baru belajar nulis dengan serius.
DeleteMasyaAllaah Pak Suparto usaha nya Bapak sangat luar biasa, sampai segitu nya mencari ilmu.. Salut Pak! Semoga sukses menjadi Penulis seperti yang Bapak cita-citakan ya.. Semoga sukses terus ya Pak.. ^__^ aamiin...
ReplyDeletehttp://www.tetydisini.blogspot.com
Iya Mbak. Semoga melalui tulisan, kita bisa mengisi sisa hidup ini untuk kebaikan dan bermanfaat bagi umat manusia.
Deleteada bawa nama sragen, jangan jangan sih keluargaan ma kang mas :D salam kenal, salam hormat ma salam santun pak.. eh mas?
ReplyDeleteEmang sy di Sragen kok. Salam kenal juga. Semangat
DeleteKalo ke Solo mampir Sragen nggih Mbak. Salam untuk Kang Mas nya
DeleteSmoga makin sukss pak :)
ReplyDeleteAamiin. Sukses juga untuk Mbak Rofikoh
Delete