Kami seluruh
keluarga berkumpul di rumah Ibu untuk acara Sungkeman
kepada orang tua.
Diawali
dari saudara kami tertua, duduk bersimpuh di hadapan Ibu yang sudah berusia 80
tahun lebih. Disusul oleh saudara yang lain, selanjutnya diantara istri/suami
dan anak-anak.
Di hari
nan suci ini, kami ingin mengucapkan kata maaf kepada orang tua dan seluruh
keluarga atas segala kesalahan. Kami berharap mendapat ampunan dan bersihnya hati.
Namun seluruh rangkaian kata maaf yang ingin terucap, tak kuasa terungkap. Yang terjadi adalah suasana haru biru.
Segala yang menyesak di dada meledak menjadi tangis pilu
di pangkuan dan pelukan Ibu. Begitu pun ketika kami berhadapan dengan istri/suami,
anak-anak dan saudara.
Hanya isak tangis haru yang menjadi ungkapan saling
memaafkan dan kasih sayang diantara kami.
***
Meski tak
ada kata yang sanggup kuucapkan
Seluruh
rasa menyatu dalam ketulusan
Sucinya
hati dan kasih sayang di hari lebaran
Hanya tangis
yang mengungkap seribu pesan
Suparto
Sragen, Syawal 1437 Sragen. Anak-cucu Keluarga Eyang Sastro Mihardjo.
Sragen, Syawal 1437 Sragen. Anak-cucu Keluarga Eyang Sastro Mihardjo.
Harunya memang sangat berada... namun pegelnya ituuu ampe sekarang masih membekas hehhehee...
ReplyDeleteselamat hari raya idul fitri pak Parto dann keluarga, mohon maaf lahir dan batin yaa..
Sama2 mbak Raida. Gimana kabarnya, apa masih di kampung halaman.
DeleteSetuju pak parto... Ga malu klo mau nangis di hari lebaran, hhee
ReplyDeleteMohon maaf lahir dan batin, pak.
iya Cin. prosesi sungkeman hari lebaran menjadi momen dramatis....
DeleteSalam-salaman sudah,
ReplyDeleteSekarang saatnya Kupatan ..
KUPAT (Ketupat)= KUlo lePAT (Saya Salah)
Moment yang tepat untuk mengakui kesalahan dan saling meminta maaf.
Minal Aidin Wal Faidzin pak.
Sungkeman..
ReplyDeletePengen banget punya ritual sungkeman, di keluarga besarku ga ada soalnya..
Mohon maaf lahir batin ya pak parto..