Forum Lingkar
Pena (FLP) Cabang Soloraya, Ahad (29/5) mengadakan kegiatan pelatihan
kepenulisan dan perekrutan (Pelatpulpen) Angkatan 10. Acara yang berlangsung di
aula Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Surakarta itu diikuti 75 orang
peserta.
Menurut ketua
FLP Soloraya, Opik Oman, Pelatpulpen kali ini cukup istimewa. Pertama, pesertanya
ternyata tidak hanya berasal dari daerah Soloraya, tetapi juga dari luar.
“Disamping
dari Solo, Wonogiri, Sragen, Klaten, Karanganyar, Sukoharjo dan Boyolali, juga
ada dua orang peserta dari Purworejo. Jadi ini sesuatu yang luar biasa,” kata
Opik. Keistimewaan kedua, peserta Pelatpulpen mendapatkan kartu anggota
Perpustakaan Daerah Surakarta.
Pelatpulpen angkatan
10 diisi pelatihan kepenulisan oleh tiga orang penulis. Pertama, Opik Oman
sendiri yang terkenal dengan karya buku-buku fotokopian. Kedua, Dr. Siti Isnaniah,
M.Pd (esais yang dosen IAIN Surakarta) dan ketiga, Afifah Afra, sekjen FLP
Pusat dan seorang novelis yang telah melahirkan lebih dari 50 karya buku.
Opik menyampaikan
materi tentang pengalaman menulis buku-buku cerita dan menerbitkan secara Indie
dalam model fotokopian.
“Buku-buku
saya memang terbit secara fotokopian dengan design cover seadanya. Tetapi
isinya ternyata diminati banyak orang. Dari delapan judul buku karya saya, kini
sudah laku hampir seribu eksemplar,” kata Opik bangga.
Isna yang mengangkat tema ‘Populer Writing’, mengupas teknik
penulisan esai, artikel, feature, berita, kolom, tajuk dan resensi. Isna berpesan
kepada peserta untuk menjadi penulis yang jujur, karena karya yang berangkat
dari kejujuran akan memberikan pencerahan.
Sedangkan
Afra membeberkan kiat menulis Fiksi yang dikemas dalam tajuk ‘Be A Brilliant
Writer’. Afra menyatakan, saat ini
antara karya fiksi dan non fiksi sangat tipis perbedaannya.
“Ada karya
fiksi yang kadang lebih dari non fiksi karena menggambarkan secara detail
fakta-fakta. Sebaliknya, ada karya non fiksi yang ditulis dengan penggambaran
mirip imajinasi,“ cerita Afra.
“Makanya sekarang muncul karya faksi
(fakta-fiksi), yang memadukan dua jenis menulis fiksi dan non fiksi. Membuat cerita
fiksi berdasarkan kisah nyata dengan penyajian data, dan membuat penulisan
fakta menjadi karya fiksi,” lanjutnya. .
Berharap Menjadi Penulis Handal
Kegiatan Pelatpulpen
FLP Soloraya angkatan 10 ini membuktikan bahwa minat generasi muda untuk
menjadi penulis sangat tinggi. Mereka berharap kelak menjadi penulis yang
handal seperti para penyaji materi hari itu. Antusiasme peserta patut
diapresiasi. Mereka datang dari berbagai daerah dengan latar belakang yang
beragam.
“Ada yang naik
motor dan bus. Ada juga yang naik kereta api dari Purworejo, namanya Sri
Bandiyah. Yang dari Wonogiri bahkan nginap di rumah teman agar bisa mengikuti
kegiatan tepat waktu,” ujar sekretaris FLP Soloraya, Ibudh.
Dalam sesi
dialog tergambar betapa para peserta memiliki semangat luar biasa untuk
mengikuti jejak para seniornya. Sayangnya, karena waktu yang terbatas tidak
semua uneg-uneg bisa disampaikan
dalam forum Pelatpulpen.
“Agar bisa transfer
ilmu dan pengalaman perlu sering pertemuan antara para penulis FLP lama dengan yang
baru (lintas angkatan),” pinta Nunung Pratiwi, mahasiswi IAIN Surakarta asal
Sragen.
Sementara itu,
Raida, peserta dari kota Solo usai acara menyampaikan beberapa catatan sebagai
masukan untuk penyelenggara.
“Antar
peserta terasa ada sekat sehingga kebersamaan kurang banget. Apalagi beberapa
diantara mereka terlihat sibuk sendiri dengan hp-nya,” kata Raida.
Raida
menyarankan, ke depan, agar anggota tidak berguguran di tengah jalan perlu ada
kegiatan-kegiatan menarik dan menantang sehingga bisa mengikat. Menyinggung keberadaan
FLP, Raida juga memberikan masukan.
“Biar FLP semakin
eksis, dikenal dan terkenal, kebersamaannya kian terjalin serta bermanfaat dan
menjadi komunitas penuh berkah perlu mengadakan kegiatan sosial seperti donor
darah, bazar amal, bagi buku ke panti asuhan dan lain-lain,” pesan Raida.
Sri Bandiyah, dari Purworejo |
Mari aktif utk memajukan FLP solo....
ReplyDeleteMenulis untuk mencerahkan
DeleteWah mb Raida juga algojoin flp pelatpulpen solo ya..?
ReplyDeleteKita butuh orang2 kritis seperti mb Raida, agar tidak terlena.
Delete